Apa yang di katakan oleh David Paul Goldman (lahir 27 September 1951) ahli strategi dan penulis ekonomi Amerika, yang sudah terkenal karena rangkaian esai online di Asia Times dengan nama samaran Spengler.
Dalam twitternya dia mengatakan: Kita (AS) tidak dapat mempertahankan kapal permukaan AS dalam jarak 1.000 mil dari pantai Tiongkok terhadap 2.000 rudal presisi. Semua perbincangan alot tersebut hanyalah menutupi pihak perusahaan pertahanan yang mengalami kegagalan besar namun ingin mempertahankan pekerjaannya. Saat ini kita tidak bisa berjalan atau mengunyah permen karet.
Jika kita (AS) menghabiskan 1/10 dari dana Forever Wars sebesar US$ 8 triliun untuk penelitian dan pengembangan teknologi tinggi, infrastruktur, dan pelatihan pekerja, kita tidak akan panik terhadap Tiongkok. Kami adalah negara paling kuat di dunia. Hanya kami yang bisa mengalahkan kami, dan kami melakukannya dengan sangat baik (yang sinis terhadap dirinya sendiri).
Akankah Jepang berperang demi Taiwan? Survei Gallup global tahun 2015 menanyakan orang-orang di 64 negara apakah mereka akan berjuang untuk negaranya sendiri. Jepang berada di posisi terakhir dengan 11%. Jika mereka tidak tidak mau berperang untuk Jepang, mengapa mereka harus berperang untuk orang lain? Demikian pernyataan dalam twitter terakhir (28 Agustus 2023) dari David P Goldman. (Japan Today 23 Nov 2015).
Berkenaan dengan Perang Teknologi yang dimulai oleh AS terhadap Tiongkok, dia mengeritik AS dengan mengatakan: Sudah terlambat untuk mencoba menekan Tiongkok. AS harus mengeluarkan dana yang besar untuk penelitian dan pengembangan, serta kebijakan industri, atau Amerika akan kalah dalam perlombaan untuk supremasi teknologi abad ke-21.
Media Barat, sebagian besar, telah mengabaikan serangkaian produk percontohan (pilot produksi) Tiongkok yang luar biasa dalam otomasi industri, yang terutama dilakukan oleh Huawei, pembuat infrastruktur telekomunikasi terbesar di dunia dan yang menjadi target kampanye penindasan global yang dilakukan AS.
Di Tiongkok daratan, pabrik, tambang, pelabuhan, dan gudang yang sepenuhnya otomatis telah beroperasi, dan layanan taksi otonom komersial pertama telah dimulai di Beijing.
Pejabat Huawei mengatakan perusahaannya memiliki 10.000 kontrak untuk jaringan 5G swasta di Tiongkok, termasuk 6.000 kontrak di pabrik. Divisi cloud Huawei baru saja meluncurkan platform perangkat lunak yang dirancang untuk membantu bisnis Tiongkok membangun sistem AI menggunakan data mereka sendiri.
Tidak ada indikasi bahwa pembatasan atau sanksi yang dilakukan pemerintahan Biden terhadap chip kelas atas serta perangkat lunak dan mesin yang memproduksinya telah memperlambat upaya Tiongkok untuk mendominasi apa yang disebut "Revolusi Industri Keempat (Revolusi Industri 4.0)" Â yaitu penerapan AI pada manufaktur, pertambangan, pertanian, dan logistik. Meskipun kabut perang teknologi membuat sulit untuk mengevaluasi kemajuan Tiongkok secara tepat, informasi yang tersedia menunjukkan kemajuan pesat dalam upaya Tiongkok untuk mengatasi pembatasan/sanksi teknologi.