Medvedev mengatakan bahwa jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO, Rusia akan menggunakan senjata nuklir untuk memperkuat pertahanan perbatasan barat. Kanselir Jerman Scholz mengkritik keras Ukraina. Selain itu jumlah target militer Ukraina yang dihancurkan Rusia telah luluh lantak yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mari kita perhatikan pernyataan terbaru yang dibuat oleh Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Federal Rusia. Menanggapi keinginan kuat Swedia dan Finlandia untuk bergabung NATO, militer Rusia mau tidak mau akan mengambil tindakan.Â
Ditunjukkan bahwa begitu kedua negara bergabung dengan NATO, panjang perbatasan antara Rusia dan NATO akan menjadi lebih dari dua kali lipat, sehingga pertahanan yang nyaman akan menjadi masalah yang harus dihadapi tentara Rusia.Â
Jika itu terjadi Rusia mempertimbangkan menempatkan lebih banyak pasukan di darat, pasukan pertahanan udara, dan mengerahkan lebih banyak AL di perairan Teluk Finlandia.
Tidak hanya itu, tentara Rusia akan mengerahkan senjata nuklir di daerah perbatasan untuk memperkuat pertahanannya. Harus dikatakan bahwa pernyataan pihak Rusia ini memiliki makna ke arah itu. Yang pertama Rusia sudah benar-benar sudah frustrasi.Â
Setelah pecahnya konflik Rusia-Ukraina, Finlandia dan Swedia merasakan tekanan atas keamanannya, saat ini, alih-alih memperkuat komunikasi dengan Rusia untuk memastikan keamanan mereka sendiri, mereka memilih untuk bergabung dengan NATO untuk mencari perlindungan dari AS dan NATO. Oleh karena itu, dari perspektif ini, pihak Rusia membuat pernyataan seperti itu sebagai upaya terakhir.
Selain itu Rusia mengeluarkan peringatan khusus kepada kedua negara ini, selama konflik Rusia-Ukraina pecah, Rusia merasakan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari NATO, sehingga Rusia sangat sensitif terhadap gagasan negara tetangga bergabung dengan NATO. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti demikian Rusia terpaksa mengeluarkan peringatan serius yang menjadi pililhan penting baginya.
Berita selanjutnya adalah memperhatikan pidato terakhir yang disampaikan oleh Kanselir Jerman Scholz. Scholz mengkritik keras Ukraina. Pasalnya, di satu sisi, Jerman telah memberikan banyak bantuan kepada Ukraina, tidak hanya perluasan dana tetapi juga sejumlah besar pealatan militer.Â
Tapi di sisi lain, Zelensky menunjukkan arogansi yang tidak biasa dan menolak permintaan Presiden Jerman Steinmeier untuk mengunjungi Kyiv. Dalam keadaan seperti itu, Zelensky juga membuat pernyataan bahwa dia tidak menyambut presiden Jerman, tetapi akan menyambut baik kunjungan Kanselir Jerman.
Kita harus tahu bahwa Kanselir Jerman akan membuat pilihan berdasarkan kepentingannya sendiri dan emosi rakyatnya. Setelah ditolak oleh Ukraina, sentimen anti-Ukraina yang serius pecah di Jerman.Â