Padahal, Tiongkok sesuai dengan kebijakannya yang tidak mau ikut campur urusan dalam negeri negara lain, hal itu kurang bisa diterima masyarakat, dan juga Tiongkok tidak perlu melakukannya. Marcos Jr bisa mendapatkan keunggulan itu karena didukung oleh rakyat domestik dan partai politik Filipina, kekuatan eksternal tidak mudah untuk mengendalikannya.
Tentu saja, kita masih harus melihat apakah Filipina akan sepenuhnya meninggalkan AS di era pasca-Duterte. Bagaimanapun, hubungan militer substantif antara AS dan Filipina belum berakhir.
Pada akhir Maret, AS dan Filipina meluncurkan latihan militer bersama yang bertema "Bahu Membahu" dan "terbesar sejak 2015", total sekitar 9.000 tentara dari kedua negara berpartisipasi dalam latihan tersebut, sebagai satu latihan militer besar-besaran.
Dan latihan militer ini bertepatan dengan menjelang pemilu Filipina. Tampaknya ini untuk menunjukkan "hubungan dekat" antara kedua negara, dan itu juga berarti ancaman kekuatan. Ini seolah memberi tahu rakyat Filipina bahwa AS memiliki kekuatan besar yang dapat memasak, dan dapat melindungi Filipina jika mereka patuh, sebaliknya jika tidak patuh bisa memukulnya.
Maka dari itu, meskipun Filipina berkeinginan "bercerai" dengan AS, tidaklah semudah yang dibayangkan, setidaknya tidak dalam jangka pendek ini. Duterte juga diduga pernah mengancam akan membatalkan latihan tersebut, tetapi tidak pernah menjadi kenyataan.
Tapi bagaimanapun meski pengaruh internasional dan reputasi AS terus menurun, dan kekuatan Tiongkok sedang terus tumbuh, bagi Filipina untuk kembali seperti 10 tahun lalu berkonfrontasi dengan Tiongkok kemungkinannya sangat kecil di masa depan.
Untuk hal ini kemungkinannya ada beberapa alasan utama: pertama, belakangan ini perkembangan Filipina tidak terlepas dari dukungan Tiongkok.
Dalam beberapa tahun terakhir, di bawah promosi dan dorongan Duterte, Tiongkok dan Filipina telah bekerja sama sangat erat. Baik itu dalam hal pertumbuhan ekonomi atau tindakan mitigasi melawan pandemi Covid-19, Tiongkok telah memberikan kontribusi dan memberikan bantuan tidak kecil kepada Filipina.
Selain itu negara-negara ASEAN tidak akan mendukung Filipina jika hendak menjadi pion AS untuk bermusuhan dengan Tiongkok.
Saat ini antara Tiongkok dan ASEAN sedang dalam tahap kerjasama yang baik dalam bidang politik dan ekonomi (double heat of politic and economy). Negara-negara ASEAN tidak berkeinginan mengganggu ketenangan dan stabilitas LTS karena provokasi AS, termasuk Singapura, Vietnam dan negara-negara lain selalu menjaga jarak dengan AS.
Dalam hal ini, kalaupun Filipina bersedia dijadikan pemukul atau pion AS, mereka akan sendirian, dan juga akan ditentang oleh ASEAN, tampaknya Filipina tidak akan percaya lagi kepada AS.