Di mata Marcos Jr, ayahnya digulingkan dari kekuasaan dan meninggal di kota negara pengasingan karena manipulasi AS. Dia pernah berkata bahwa "jika bukan karena AS campur tangan dalam kudeta, itu tidak akan terjadi," yang diduga AS memberikan dukungan keuangan untuk kudeta Filipina pada saat itu, dan beberapa anggota milter AS yang ditempatkan di Filipina terlibat langsung sebagi komando.
Menurut Marcos Jr kemudian mengenang dan menuturkan: "Ketika ayahnya diusir dari istana presiden, duta besar AS untuk Filipina bertanya kepada Nyonya Aquino bagaimana untuk menangani keluarga mereka. Jawabannya, Nyonya Aquino meminta militer AS untuk membawa kami sekeluar keluar dari Filipina", sehingga Marcos Sr dan keluarganya terpaksa naik pesawat militer ke Hawaii, selanjutnya Marcos Sr dan ibunya Imelda Marcos (mantan ratu kecantikan) selalu berharap untuk bisa mengklarifikasikan kasus keluarganya setelah kembali ke Filipina negaranya.
Sehubungan dengan peristiwa di atas ini, keluarga Marcos mempunyai kesan tidak senang dan rasa dendam kepada AS.
Marcos Jr meskipun belajar di Barat ketika masih remaja, dan lulus dari Universitas Oxford di Inggris dan Universitas Pennsylvania di AS. Dan dia menikah dengan Louise, seorang pengacara dan melahirkan 3 putra, tetapi dia memiliki kesan baik terhadap Tiongkok. Karena pada amsa remajanya ketika berumur 16 tahun, dia dipanggil ke Istana Kepresidenan dan ayahnya memneri misi khusus "untuk menamani ibu negara Imelda Marcos" dalam kunjungannnya ke Tiongkok, tampaknya Marcos Jr "tegerak oleh keramahan oleh rakyat Tiongkok yang menyambutnya".
Selain itu ayahnya (Marcos Sr) juga diciptakan AS sangat berkuasa di era ketika AS menjadikan Filipina sebagai "ujung tombak atau pemukul untuk menghentikan kekuatan komunis agar tidak merambat ke selatan", tetapi dia tetap bersikeras untuk mempromosikan pembentukan hubungan diplomatik antara Filipina dan Tiongkok.
Kemudian, pada peringatan 10 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Filipina pada tahun 1983, Marcos Jr memimpin delegasi untuk mengunjungi Tiongkok, tetapi dia tidak menyangka bahwa "Revolusi Februari" pecah di Filipina beberapa tahun kemudian ayahnya digulingkan dari kekuasaan, dan terpaksa meninggalkan negara dan kampung halamannya.
Setelah kembali lagi ke negaranya Flipina pada tahun 1991, dia dengan cepat kembali aktif dalam politik dan menjadi anggota komando penting tim sukses Duterte dalam pencalonan presiden.
Sikapnya terhadap Tiongkok pada dasarnya sama dengan sikap Duterte. Dia secara terbuka mendukung kebijakan luar negeri Duterte.
Dia juga menilai bahwa "prasangka terhadap Tiongkok oleh pemerintahan Aquino III sebelumnya sangat salah." Ketika dia ditanya tentang pandangan Filipina tentang Tiongkok, Marcos Jr juga mengatakan bahwa banyak orang Filipina juga berdarah/keturunan Tionghoa. "Prasangka terhadap Tiongkok adalah tidak ada alasan". (kakek Aquino III juga berasal dari Hokkian Tiongkok).
Adapun menurut pandangan Marcos Jr terhadap AS, tidak boleh menjadi satu-satunya sisi keberpihakan Filipina, dia berpandangan Filipina sebagai "negara kecil" harus bermain keseimbangan di antara persaingan negara-negara besar. Dia mungkin tidak ingin aliansi Filipina-AS berlanjut, menurutnya pilihan Filipina untuk bersekutu dengan AS yang terikat dengan "perjanjian pertahanan bersama" dulu itu hanyalah pilihan yang dipaksakan dalam situasi Perang Dingin, tapi sekarang Perang Dingin telah berakhir, jadi pilihan ini tidak diperlukan lagi.
Dari sini bisa diperkirakan, jika dia berhasil terpilih sebagai presiden, kemungkinan akan mempromosikan "eliminasi" aliansi antara Filipina dan AS, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak ingin dilihat Biden. Maka AS menciptakan opini publik dengan mesin propangandanya, dan merilis desas-desus bahwa Marcos didukung oleh Tiongkok. Ini adalah tuduhan terselubung bahwa Tiongkok ikut campur dalam pemilu negara lain, dengan niat provokasi dan mendiskreditkannya.