Pada tahun 1991, Marcos Jr kembali ke Filipina dari pengasingan dan memasuki arena politik, berhasil memenang pemilu sebagai senator dari 2010 hingga 2016. Dia adalah anak kedua dan putra satu-satunya dari mantan presiden Ferdinand Marcos Sr. dan mantan ibu negara Imelda Romualdez Marcos.
Pada tahun 1980, Marcos Jr. yang berusia 23 tahun menang menjadi wakil gubernur Ilocos Norte, yang mencalonkan diri di bawah partai Kilusang Bagong Lipunan ayahnya.
Marcos Jr terpilih sebagai wakil dari distrik kongres ke-2 Ilocos Norte dari tahun 1992 hingga 1995. Dia mencalonkan diri dan terpilih sebagai gubernur Ilocos Norte lagi pada tahun 1998. Setelah sembilan tahun, dia kembali ke posisi sebelumnya sebagai wakil dari tahun 2007 hingga 2010, kemudian menjadi senator di bawah Partai Nacionalista dari 2010 hingga 2016.
Pada 2015, Marcos Jr mencalonkan diri sebagai wakil presiden dalam pemilu 2016, namun tidak berhasil menang. Pada tahun 2021, dia mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai presiden Filipina dalam pemilihan 2022, di bawah Partido Federal ng Pilipinas (PFP).
Menurut data lembaga jajak pendapat Filipina, pada Maret 2022, peringkat persetujuan Marcos setinggi 60%, jauh melebihi saingan terbesarnya, yang tingkat persetujuan 15% dari Wakil Presiden Lenny Robredo saat ini. Jika tidak ada aral melintang dan kejadian khusus yang lain, Marcos Jr kemungkinan besar bisa menang.
Jika Marcos Jr berhasil terpilih sebagai presiden, hal itu akan menjadi seperti disambar petir bagi AS, karena ayahnya Marcos Sr pernah terjadi "perseteruan" dengan AS. Ayahnya atau Marcos Sr adalah sosok yang sangat legendaris di Filipina. Dia dipenjara karena "membunuh musuh politik ayahnya" ketika dia masih muda. Dia ditangkap oleh Jepang selama P.D. II, dan kemudian menjadi pemimpin Filipina yang anti-Jepang, yang dikenal sebagai "pahlawan anti-Jepang".
Pasca P.D. II, MacArthur mengangkatnya sebagai administrator untuk delapan provinsi Luzon Utara, dan memberinya pangkat kolonel. Setelah Marcos Sr terpilih sebagai presiden, karena gaya pemerintahannya yang ketat, dia memiliki reputasi yang beragam, yang meninggalkan kesempatan dimusuhi oleh lawan politiknya.
Tepat setelah lawan politiknya pada 21 Agustus 1983 -- Benigno Aquino Jr. yang kembali dari AS tewas dibunuh di apron Bandara Internasional Manila oleh seorang pria bersenjata saat dia turun dari sebuah pesawat di bandara Manila setelah tiga tahun mengasingkan diri, dan pembunuhnya dibunuh oleh petugas keamanan. Pria bersenjata yang belum teridentifikasi, mengenakan seragam staf pemeliharaan bandara, ditembak mati di tempat oleh penjaga yang mengawal Aquino dari pesawat.
Padahal pada 24 Agustus 1983 -- Presiden Ferdinand Marcos Sr ketika itu membentuk komisi pencari fakta yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung Enrique Fernando untuk menyelidiki pembunuhan Aquino ini.
Tapi kemudian Marcos Sr mendapat serangan politik karena dicurigai berada di belakang layar dalam pembunuhan tesebut.
Ketika dalam pemilu 1986, Partai oposisi yang dipimpin oleh Maria Corazon Aquino (istri almarhun Aquino yang terbunuh) menggerakan jutaan pawai protes dengan alasan "kecurangan pemilu", yang akhirnya menyebabkan pemberontakan yang disebut people power. Akibatnya, Marcos Sr melarikan diri ke Hawaii, AS, dan akhrinya meninggal karena serangan jantung beberapa tahun kemudian di Haiwai.