Lintas Internasional Trans-Asia
Pada tahun 2000 dan 2004, ASEAN mengusulkan untuk menyelesaikan jalur kereta api Kunming-Singapura dengan menghubungkan Jalur Timur (melalui Vietnam dan Kamboja) dan Jalur Barat (melalui Myanmar).
Ini adalah Lintasan Internasional Kereta Pan-Asian. Lintasan Kereta Pan-Asia dibagi menjadi jalur tengah, jalur barat, dan jalur timur, yang pada dasarnya adalah jalur kereta untuk penumpang dan barang.
Jalur Kereta Tiongkok-Laos merupakan bagian penting dari Jalur Tengah, yang lainnya, termasuk Jalur Kereta Tiongkok-Thailand, dan Jalur Kereta Tiongkok-Myanmar juga terus dikembangkan.
Jika Lintas Trans-Asia berhasil diselesaikan, orang dan barang dari Yunnan-Tiongkok dapat diangkut melalui darat ke Samudra Hindia, dan juga dapat diangkut kembali ke arah yang berlawanan untuk mengurangi ketergantungan Tiongkok di Selat Malaka.
Gagasan proyek ini dimulai pada 1950-an, dengan tujuan menyediakan jalur kereta sepanjang 8.750 mil (14.080 km) antara Singapura dan Istanbul, Turki, dengan kemungkinan koneksi lebih lanjut ke Eropa dan Afrika. Pada saat itu pengiriman dan perjalanan udara belum berkembang dengan baik, dan proyek tersebut menjanjikan secara signifikan mengurangi waktu dan biaya pengiriman antara Eropa dan Asia. Kemajuan dalam mengembangkan Tans-Asia terhalang oleh hambatan politik dan ekonomi sepanjang tahun 1960-an, 1970-an dan awal 1980-an. Pada 1990-an, berakhirnya Perang Dingin dan normalisasi hubungan antara beberapa negara meningkatkan prospek untuk menciptakan jaringan kereta di seluruh benua Asia.
Tiongkok memiliki 15 sambungan kereta dengan 14 negara tetangganya yang tersabung dengan daratan. Kereta barang bahkan bisa langsung menuju Amsterdam-Belanda di sisi Atlantik. Namun, tata letak kereta ini masih kurang padat di barat daya, maka perlu ditembus dengan jalur Trans-Asia.
Kebiasaan dua alternatif dalam strategi utama ini adalah perbedaan terbesar antara Tiongkok dan negara-negara Eropa dan AS. Di Tiongkok kuno, arteri utama yang mengembangkan rantai "Jalan Sutra" dan "Jalan Sutra Maritim" untuk berkomunikasi dengan dunia luar sudah sepertinya hilang. Melalui dua arteri ini, mereka telah mencapai kemajuan bersama yang bermanfaat dan perkembangan bersama dengan dunia.
Dalam IBR, "Sabuk Ekonomi Jalur Sutra Daratan" dan "Jalur Sutra Maritim Abad 21" juga ditempatkan pada posisi yang sama pentingnya. Aspek ini merupakan warisan kearifan politik Tiongkok selama ribuan tahun. Di sisi lain, itu juga merupakan perwujudan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia yang selalu dikejar banyak orang dunia dan yang dicita-citakan oleh orang Tiongkok.