Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jepang Mengancam Tiongkok Tidak Dapat Partisipasi Olimpiade Tokyo karena Menentang Membuang Air Limbah Nuklir Fukushima ke Laut

9 Juli 2021   11:17 Diperbarui: 9 Juli 2021   14:11 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 11 Maret 2011, tragedi melanda Jepang berupa Gempa Fukushima. Gempa berkekuatan 9 SR merengut lebih dari 15.000 nyawa dan menyebabkan bencana nuklir paling dahsyat sejak Chernobyl. Radiasi dari bencana menginfeksi bagian laut, menciptakan efek yang merugikan pada kehidupan akuatik setelah kejadian tersebut. Dalam peringatan satu dekade dari acara tersebut, banyak orang dan netizen mengingat kehidupan yang hilang serta kehidupan yang diubah oleh bencana alam ini. Outlet media yang berbeda di dunia telah menurunkan liputan luas tentang mereka yang telah meninggalkan Fukushima untuk selamanya dan mereka yang kembali, tahun demi tahun.

Meskipun telah lebih dari sepuluh tahun berlalu, tapi dampak gempa bumi Tohoku dan bencana nuklir Fukushima berikutnya terus dirasakan oleh kehidupan dan komunitas yang hancur di Jepang, dan masih sangat terlihat. Pikiran kita hari ini masih msama-sama terkena dampaknya.

Namun akhir-akhir ini masalah pembuangan air limah nuklir Fukushima menjadi hangat lagi diperdebatkan dunia. Karena Jepang bermaksud membuangnya ke laut.

Juru bicara Kemenlu Tiongkok  pada 13 Aril 2021 menantang wakil perdana menteri Jepang untuk meminum air yang telah diolah, yang terkontaminasi dari kontak dengan reaktor, dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang rusak, setelah pejabat Jepang tersebut menyarankan air yang dilepaskan akan aman untuk dikonsumsi.

"Seorang pejabat Jepang mengatakan tidak apa-apa jika Anda minum air ini," kata juru bicara Kemenlu Tiongkok Zhao Lijian pada konferensi pers. "Kalau begitu tolong Anda minum."

"Lautan bukan tempat sampah Jepang," kata Zhao. Pejabat Tiongkok itu juga men-tweet pesan serupa dalam bahasa Inggris.

Sumber: washingtonpost.com
Sumber: washingtonpost.com
Pernyataan Kemenlu Tiongkok muncul setelah pemerintah Jepang mengumumkan Selasa (13 April 2021) bahwa mereka telah memutuskan untuk melepaskan ke laut lebih dari 1 juta ton air yang dikumpulkan dari Fukushima, yang meleleh selama bencana nuklir 2011 setelah tsunami.

Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengatakan air yang diolah dan diencerkan akan aman untuk diminum dan menurutnya Jepang seharusnya melepaskan air lebih awal.

Rencananya adalah mulai melepaskan air dalam dua tahun dan berlanjut perlahan selama beberapa dekade. Pemerintah Jepang mengatakan air akan diolah lebih lanjut untuk menghilangkan isotop berbahaya dan diencerkan untuk memenuhi standar WHO untuk air minum, meskipun tidak akan mampu menghilangkan satu kontaminan, tritium, bentuk radioaktif hidrogen.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan mengawasi operasi tersebut. Pakar radiasi telah mengecilkan ketakutan tentang air, juga, menyarankan menelan itu akan menghasilkan hanya satu menit dosis radiasi dan tritium dalam air akan dengan cepat melewati tubuh.

Keputusan itu dibuat karena Tokyo Electric Power Co. yang dikenal sebagai Tepco, kehabisan ruang penyimpanan air di lokasi tersebut, kata pejabat Jepang.

Tetapi tetangga Jepang di Tiongkok dan Korea Selatan (Korsel) telah menyuarakan keprihatinan tentang langkah tersebut, sementara nelayan dan kelompok lain juga menyatakan kekhawatirannya.

Perwakilan Jepang di PBB secara terbuka memperingatkan Tiongkok: "Jika Anda tidak membiarkan air limbah nuklir Jepang dibuang ke laut, Anda akan ditolak partisipasi di Olimpiade Tokyo!"

Dalam dua bulan terakhir, berbagai pemangku kepentingan, termasuk Tiongkok dan Korea Selatan (Korsel), telah meminta Jepang untuk menangani air limbah nuklir Fukushima dengan hati-hati, dan meminta para ahli ditempatkan untuk melakukan penyelidikan di tempat.

Namun, Jepang lambat merespons. Dalam rangka melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap pembuangan air limbah nuklir Jepang, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA/the International Atomic Energy Agency) secara aktif mempersiapkan pembentukan kelompok kerja teknis untuk pengolahan air tercemar dari uji coba nuklir Fukushima di Jepang.

Dan mengundang kelompok ahli Tiongkok untuk berpartisipasi dalam penyelidikan lapangan, yang menarik perhatian media internasional untuk sementara waktu.

Menurut situs web Kemenlu Tiongkok, pada sore hari tanggal 2 Juli lalu, juru bicara Wang Wenbin mengatakan bahwa saat ini, Direktur Jenderal IAEA Rafel Mariano Grossi telah mengirim surat mengundang para ahli Tiongkok untuk bergabung dengan kelompok kerja, dan Tiongkok akan mendukung penuh tindak lanjut kerja kelompok kerja tersebut.

Diharapkan IAEA akan sepenuhnya mendengarkan pendapat para pemangku kepentingan dan memastikan bahwa kelompok kerja dapat memainkan perannya dengan baik untuk mencapai sebelum, selama dan setelah evaluasi teknis dan pengawasan air yang terkontaminasi nuklir di Fukushima, Jepang. Wenbin menekankan kecelakaan nuklir Fukushima di Jepang. Masalah pembuangan air yang tercemar sangat penting dan bukan masalah Jepang sendiri saja. Tiongkok sangat mendesak Jepang untuk menyediakan semua kerja sama yang diperlukan untuk memastikan bahwa kelompok kerja teknis IAEA dapat melaksanakan tugasnya. bekerja dengan lancar.

Jepang tidak boleh memulai pembuangan air yang terkontaminasi nuklir tanpa izin atau sampai telah bernegosiasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk negara-negara tetangga dan lembaga internasional terkait dan mencapai konsensus.

Meskipun ahli Tiongkok telah berpartisipasi dalam kelompok kerja teknologi pembuangan air tercemar kecelakaan nuklir Fukushima di Jepang, namun pada konferensi video ketujuh anggota B yang diadakan oleh Majelis Kesehatan Dunia (WHA) ke-74, anggota delegasi Jepang dua kali mencoba mempertahankan masalah air limbah nuklir Fukushima sambil mengingat tahap pertahanan argumentasinya yang terakhir.

Namun, hal itu dibantah keras oleh pihak Tiongkok. Sebelumnya pada pertemuan tersebut, delegasi Tiongkok menyatakan pada pertemuan itu bahwa Jepang ingin membuang air limbah nuklir ke laut. mereka gagal bernegosiasi sepenuhnya dan tidak bertanggung jawab dengan negara tetangga, yang tidak hanya secara langsung membahayakan rakyat Tiongkok dan negara-negara tetangga lainnya, juga secara serius mengancam kepentingan vital dan keselamatan kesehatan masyarakat global dan menuntut agar keputusan yang salah ini dicabut.

Selanjutnya, anggota delegasi Jepang tiba-tiba berinisiatif untuk mengajukan pembelaan pada tahap pertahanan akhir pertemuan ketujuh Komite B, tetapi pemerintah Jepang membenarkan tindakan membuang air terkontaminasi nuklir ke laut. "Ini secara transparan dan ada bukti ilmiah. Kami telah menerima kesimpulan dari IAEA bahwa mereka percaya bahwa ini sejalan dengan peraturan internasional."

Anggota delegasi Jepang lebih lanjut berargumen bahwa: "Kami melakukan ini sesuai dengan praktik dan standar internasional, dengan mempertimbangkan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan manusia sepenuhnya. IAEA memerlukan pemantauan yang ditingkatkan, dan pemerintah Jepang akan terus bekerja dengan lembaga internasional. masyarakat untuk memberikan informasi secara tepat waktu dan transparan. Dan bukti ilmiah"

Namun, dalam menghadapi pidato perwakilan Jepang tanpa substansi, Cong Ze, anggota delegasi Tiongkok di Jenewa, membantah: "Lebih dari sebulan yang lalu, pihak Jepang mengabaikan pertanyaan dan oposisi serta kebaratan dari pihak domestik dan asing, tanpa mengtuntaskan langkah-langkah pembuangan yang aman dan langkah-langkah komprehensif, belum mengungkapan informasi yang relevan, tanpa sepenuhnya berkonsultasi dengan masyarakat internasional dan negara-negara tetangga, secara sepihak memutuskan untuk membuang air limbah yang tercemar nuklir ke laut dan tidak bertanggung jawab"

Cong Ze mengutip laporan ahli dari IAEA bahwa jika air limbah yang mengandung tritium pencemar dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dibuang ke laut, itu akan berdampak pada lingkungan laut dan kesehatan masyarakat negara-negara tetangga.

Pada saat yang sama, masih belum ada radionuklida (radionuclides cesium 134Cs and 137Cs) lain dalam air limbah yang telah diolah, dan perlu dimurnikan lebih lanjut. "Institut Ilmu Kelautan Jerman juga menunjukkan bahwa ada arus laut terkuat di dunia di sepanjang pantai. Zat radioaktif dalam waktu 57 hari akan meluas dan menyebar ke setengah wilayah Pasifik, sepuluh tahun kemudian akan menyebar ke lautan dunia. Pakar nuklir Greenpeace menunjukkan bahwa karbon-14 dalam air limbah nuklir Jepang adalah berbahaya pada tahun sebelumnya dan dapat menyebabkan kerusakan genetik."

Cong Ze menyimpulkan: "Oleh karena itu, masalah penanganan air limbah dari kecelakaan PLTN bukan hanya masalah domestik di Jepang. Kami sangat mendesak Jepang untuk mengakui tanggung jawabnya sendiri, menjunjung tinggi sikap ilmiah, dan memenuhi kewajiban internasionalnya, harus menanggapi kekhawatiran serius warga domestik dan negara-negara tetangga."

limbah-nuklir-fukushima-mencapai-pantai-barat-as-60e7ccc0591cb129490b1062.png
limbah-nuklir-fukushima-mencapai-pantai-barat-as-60e7ccc0591cb129490b1062.png
Sumber: www.fisheries.noaa.gov

Lebih lanjut Cong Ze mengatakan: "Jepang harus mengkaji kembali isu panduan pembuangan air limbah nuklir pembangkit listrik tenaga nuklir, kemudian sepenuhnya dirundingkan dengan semua pemangku kepentingan dan IAEA, dan sebelum mencapai kesepakatan, pembuangan laut tidak boleh dilakukan tanpa izin. Tiongkok akan terus memperhatikan dan memantau perkembangan dan berhak untuk membuat reaksi lebih lanjut"

Pidato kedua belah pihak sudah berakhir, dan orang khusus utama (pihak Jepang) dari pertemuan itu awalnya berencana untuk mengakhiri pembelaan.

Tapi pada saat ini, pihak Jepang tiba-tiba meminta untuk menggunakan hak jawab lagi. Perwakilan Jepang mengatakan, "Kami ingin menekankan bahwa tindakan yang telah kami ambil sejalan dengan standar dan praktik internasional. Kami juga dapat mementingkan keselamatan dan kesehatan masyarakat, kami selalu menunjukkan bahwa kami dan masyarakat internasional bekerja sama dan transparan."

Labih lanjut pihak Jepang menyatakan: "Jika pihak Tiongkok bersikukuh menyelidiki masalah ini, maka pihak Tiongkok tidak perlu berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo di Jepang, bagaimanapun ini alah masalah ketidak-percayaan terhadap Jepang."

Sesuai dengan aturan, pihak Tiongkok juga membuat pembelaan terakhir dan membalas: "Fakta telah membuktikan bahwa penanganan Jepang terhadap kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima telah berulang kali mengecewakan rakyat domestik dan komunitas internasional. Kami harus mengatakan kepada pihak Jepang : 'Rasionalitas Keamanan'  Rasionalitas dalam keilmiahan 'pembuangan yang aman', serta keaslian dan kredibilitas data dan informasi yang diberikan, menimbulkan tanda tanya besar. Pembuangan air limbah nuklir tidak bisa menjadi pilihan pertama, apalagi satu-satunya pilihan. Jepang harus bertanggung jawab atas kesehatan manusia dan ekologi untuk memeriksa kembali dan mencabut keputusan yang salah. Jika Jepang menggunakan ini sebagai alasan untuk menolak partisipasi Tiongkok di Olimpiade Tokyo, akan lebih baik bagi Tiongkok untuk tidak berpartisipasi dalam Olimpiade semacam itu."

Namun faktanya, seperti yang dikatakan pihak Tiongkok, menurut sejumlah penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa pembuangan air limbah nuklir Jepang ke laut adalah praktik yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan global dan kesehatan umat manusia.

Sebelumnya, ilmuwan dari Tiongkok, Belanda, Ukraina, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, dan Thailand yang  diundang oleh Marine Pollution Bulletin untuk bersama-sama membentuk tim peneliti ilmiah guna mengevaluasi kemungkinan dampak pembuangan air limbah nuklir Jepang.

Sumber: bigthink.com
Sumber: bigthink.com
Baru-baru ini, penelitian ini juga mempublikasikan hasil prakiraan dalam "Marine Pollution Bulletin". Pertama, badan utama air limbah nuklir yang mengandung zat radioaktif akan terus mengalir ke arah timur mengikuti arus laut setelah memasuki lautan.

Ini dapat mencapai pantai Amerika Utara dalam 4-5 tahun, dan kemudian akan mengalir ke selatan sepanjang pantai. Di antaranya, bagian yang mengalir ke selatan akan kembali ke Pasifik barat mengikuti arus laut dalam 10- 15 tahun.

Menurut sarjana/ahli Jepang menunjukkan bahwa lautan di sekitarnya bukan hanya tempat menangkap ikan bagi nelayan lokal untuk bertahan hidup, tetapi juga bagian dari limbah nuklir yang dibuang ke laut dari Samudra Pasifik dan bahkan lautan global akan mempengaruhi migrasi ikan global, perikanan laut, kesehatan manusia, keamanan ekologi dan aspek lainnya.

Oleh karena itu, masalah ini bukan hanya masalah domestik di Jepang, tetapi masalah internasional yang melibatkan ekologi laut dan keamanan lingkungan global.

Selain itu, seperti yang dikatakan perwakilan Tiongkok, pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company (TEPCO) memiliki banyak "sejarah hitam" dalam menangani kecelakaan nuklir Fukushima. Bahkan masyarakat Jepang tidak mempercayai TEPCO. Misalnya, pemerintah Jepang pada April Setelah keputusan resmi untuk membuang limbah nuklir, membuat marah para nelayan di prefektur Fukushima berlanjut satu demi satu. Seorang nelayan dari Tangki Ikan Matsukawa di Kota Soma berteriak, "(Jika itu benar-benar difilmkan, Tokyo Electric Power Co. Ltd.) telah melanggar janji sebelumnya!

Secara historis, setelah kecelakaan nuklir 3.11 TEPCO-Fukushima, karena penanganannya yang buruk terhadap kesalahan pengambilan keputusan, dibahas dengan hangat oleh semua pihak. Dan pernyataan Jepang menolak partisipasi Tiongkok di Olimpiade Tokyo sebagai alat tawar-menawar dan menekan Tiongkok untuk mengakui bahwa air limbah nuklir Jepang memenuhi standar, itu sama saja mengangkat batu menimpakan pada kaki sendiri.

Sumber: dw.com
Sumber: dw.com
Menurut laporan media Korea Selatan, Jepang secara resmi akan menjadi tuan rumah Olimpiade sendiri dalam waktu dekat. Kali ini, Jepang bermaksud untuk membawa makanan dari Prefektur Fukushima untuk konsumsi para altlet.. Reporter atlet bertanya kepada personel yang relevan dari Olimpiade untuk mengetahuinya secara detail, staf tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa makanan tersebut berasal dari sebuah restoran bernama "Casual Eating".

Restoran ini diharapkan mengumpulkan makanan dari 47 prefektur di Jepang. Reporter ingin tahu dari mana tempat pasokan makanan ini berasal? Staf terkait tidak memberi tahu. Namun, hanya ada 47 prefektur di Jepang, dengan kata lain, makanan Fukushima akan selalu muncul di meja para latlet dan offisial.

Restoran yang khusus melayani atlet ini memiliki 280 kursi tempat makan, sesuai dengan tema restorannya. Restoran ini menyatakan: "Karena pada akhirnya Anda telah datang ke Jepang, kami persilahkan Anda mencicipi semua cita rasa kami."

Maka dari itu, restoran ini mendesain masakan Jepang yang umum, dan bahan baku masakan ini berasal dari berbagai prefektur di Jepang. Menurut adat Jepang, restoran ini harus menunjukkan asal usul dari makanannya.

Namun, tampaknya untuk menghindari kemungkinan kontroversi di Prefektur Fukushima. Restoran ini kali ini tidak memberikan deskripsi rinci tentang ketentuan tersebut, yang tidak sejalan dengan praktik Jepang. Namun, perilaku propaganda prefektur Fukushima mengungkapkan situasi sebenarnya dari restoran ini.

Ini karena Prefektur Fukushima secara sepihak mempromosikan bahan-bahan yang disediakan selama periode ini, dan kata-kata promosi tidak terhindari dari Olimpiade. Namun, teman-teman asing tidak mendukung pendekatan Fukushima, setelah media Korsel melaporkannya, netizen Korsel yang  pertama meramaikan permasalahan ini.

Tidak sulit untuk memahami reaksi sengit dari netizen Korsel. Sebelum ini, Jepang telah menyebabkan efek buruk di laut sekitarnya karena kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir, yang pada gilirannya menyebabkan orang-orang di negara-negara tetangga khawatir tentang keamanan pangan.

Korsel telah lama menentang Jepang dalam masalah nuklir. Pada Maret 2013, karena perlakuan Jepang yang tidak tepat terhadap air limbah nuklir, Korsel mulai membatasi impor makanan laut dari Jepang dan melarang makanan laut dari delapan kabupaten Jepang sekaligus.

Setelah berita tentang bahan-bahan yang mungkin disediakan untuk atlet keluar, rasa marah netizen sekali lagi disegarkan, Banyak orang mengatakan bahwa pasokan Prefektur Fukushima harus ditentang, dan bahkan yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa Jepang harus dilarang menjadi tuan rumah Olimpiade.

Reaksi netizen sebenarnya adalah bahaya tersembunyi yang terkubur oleh tingginya ketidak-sepakatan tentang penanganan polusi antara kedua negara ini.

Demikian juga menjadi kekhawatiran dari negara-negara sekitar Jepang, termasuk keluatan kita yang luas yang dapat mencemari perikanan dan produk laut kita se Nusantara ini .......

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

Whatstrending, IAEA, Washington Post, Fisheries, DW, wtatennis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun