Menlu Filipina Teodoro Lochin JR. dengan keras mengutuk Barat atas situasi di Myanmar: Saya (Menteri Luar Negeri Filipina) sekarang mengungkapkan pendapat resmi saya tentang situasi kudeta di Myanmar. tindakan jangka panjang untuk menekan Aung San Suu Kyi sungguh sangat buruk.
"Saya mencela dunia Barat karena telah menghancurkan Aung San Suu Kyi dan menjadikannya korban militer. Myanmar yang tadinya terpecah-pecah disatukan oleh Tentara. Tentara yang didirikan ayahnya. Negara yang didirikan ayahnya dan yang dia miliki, dan dia sebagai penyeimbang terhadap tentara, dan dia adalah pejuang kemerdekaan" Kata Lochin.
"Aung San Suu Kyi telah menyeimbangkan toleransi yang berkelanjutan dari tentara terhadap gerakan demokratisnya melawan kebencian rasial terhadap Rohingya. Dan apa yang dilakukan oleh orang-orang Barat dan peri-peri itu --- boleh saya sebut mereka peri --- di Oxford? Mereka meruntuhkannya, mereka menghapus reputasinya. Dia tadinya telah memiliki pemujaan dunia untuk melawan tentara. Kini mereka menanggalkan dan menghancurkan semua itu," tambahnya.
"Setiap langkah yang dia buat dalam kebebasan Burma (nama lama Myanmar), mereka menghapus semua sehingga mereka merasa baik untuk menghancurkannya," katanya lebih lanjut.
Militer Myanmar (Tatmadaw) merebut kekuasaan pada Senin (1 Februari) dalam kudeta terhadap pemerintah pemenang Nobel perdamaian Suu Kyi yang terpilih secara demokratis, yang ditahan bersama dengan para pemimpin lain dari partai Liga Nasional (NDL) untuk Demokrasi dalam penggerebekan dini hari.
Kudeta tersebut menyusul kemenangan telak bagi NDL Suu Kyi dalam pemilu 8 November 2020, hasil yang ditolak militer dengan alasan tuduhan penipuan yang tidak berdasar.
Suu Kyi, 75, mengalami sekitar 15 tahun tahanan rumah antara 1989 dan 2010 saat dia memimpin gerakan demokrasi melawan militer, yang telah berkuasa selama enam dekade terakhir.
Tetapi reputasi internasionalnya rusak setelah dia gagal menghentikan pengusiran paksa ratusan ribu orang Rohingya dari Negara Bagian Rakhine barat pada tahun 2017.
 "Jadi, dimana dia sekarang? Dan di mana demokrasi Myanmar? Sepuluh langkah maju --- hanya agar kaum liberal di AS merasa senang menghancurkan seorang wanita --- mereka telah mundur 20 langkah dari demokrasi Myanmar," lanjut Lochin.
Reputasi internasional Aung San Suu Kyi yang tadinya telah memberinya tempat dalam situasi politik yang didominasi Tatmadaw, tetapi media Barat menstigmatisasi dan menggerogoti kemajuannya demokratisasi Myanmar hingga kembali ke titik awal.
Dengan memfitnah Aung San Suu Kyi, Barat menikmati rasa superioritas yang tak dapat dijelaskan. Di mata Tatmadaw melihat situasi (ciptaan Barat) ini bagi mereka untuk melakukan penangkapan Aung San Suu Kyi tidak akan menimbulkan masalah internasional. Â Ini adalah tentang situasi sebenaran yang terjadi di Myanmar.