Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perang Laut Vietsel-Tiongkok di LTS 1974 untuk Memperebutkan Kembali Kepulauan Xisha dari Vietsel

3 Desember 2020   14:58 Diperbarui: 3 Desember 2020   15:02 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan catatan sejarah kegiatan orang Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS) memiliki lebih dari 2000 tahun, namun laut biru yang tampak tenang terus bergejolak. Baca:

Apa yang Terjadi Pasca Keputusan Tribunal Sementara Arbitrase Laut Tiongkok Selatan

https://www.kompasiana.com/makenyok/57c035d820afbdcc4d6b0026/apa-yang-terjadi-pasca-keputusan-tribunal-sementara-arbitrase-laut-tiongkok-selatan

Ini Alasan Tiongkok Menolak Keputusan Tribual Arbitrase Filipina

https://www.kompasiana.com/makenyok/5797640a537a61d4168b456a/ini-alasan-tiongkok-menolak-keputusan-tribual-arbitrase-filipina

Latar BelakangTribunal Arbitrase Laut Tiongkok Selatan Filipina dan ASEAN Tidak Memihak

https://www.kompasiana.com/makenyok/579ddc69d49373f511dc4b9b/latar-belakang-tribunal-arbitrase-laut-tiongkok-selatan-filipina-dan-asean-tidak-memihak

Laut Tiongkok Selatan Memanas Gegara Ulah Provokasi AS-Beranikah  Melawan Setara 110 Kapal Induk Tiongkok Yang Tak Tenggelam

https://www.kompasiana.com/makenyok/5f2019f9d541df2f0426a122/laut-tiongkok-selatan-memanas-gegara-ulah-provokasi-as-beranikah-melawan-setara-110-kapal-induk-tiongkok-yang-tak-tenggelam

46 tahun yang lalu, terjadi serangan balik yang sengit dalam pertempuran laut antara AL Vietnam Selatan (Vietsel)-Tiongkok. Bagi Tiongkok perang ini merupakan perang untuk mempetahankan wilayahnya.

Konflik bermula ketika Vietsel secara ilegal menangkap nelayan Tiongkok selama November 1973. Hal ini mendorong kementerian luar negeri RRT untuk mengumumkan pada 11 Januari 1974 bahwa Vietsel telah menginvasi wilayah kedaulatannya, itulah sebabnya operasi tersebut diberi label sebuah "serangan balik".

Pada bulan Januari 1974, otoritas Vietsel mengirim kapal perang untuk menyerang perairan Xisha Tiongkok (Kep. Paracel) dalam upaya untuk menginvasi dan menduduki Kepulauan Yongle. Formasi armada 271 dan 396 dari AL Tiongkok (PLA) tiba dan menghadapi kapal-kapal AL Vietsel.

Total tonase empat kapal AL-Tiongkok lebih kecil dari kapal AL Vietsel, dan kekuatan serangan tembakan artileri juga seperlima dari kekuatan Vietnam Selatan, jadi kekuatan kedua pihak pihak sungguh sangat berbeda secara teori, AL-Tiongkok harus menghadapi kekuatan lawannya yang tidak seimbang pada medan perang tersebut.

Sumber: weaponsandwarfare.com
Sumber: weaponsandwarfare.com
Sekarang bagi banyak orang tua mungkin masih mengetahui Vietnam Selatan (Vietsel), tetapi beberapa pembaca generasi muda mungkin tidak terlalu mengenal Vietnam Selatan. Mereka tahunya hanya Vietnam tetapi tidak tahu Vietnam Selatan.

Memang ada perbedaan kata-kata, satu Vietnam Selatan, satu Vietnam. Mari kita mulai dengan kata-kata yang sudah dikenal. Di garis Lintang Utara (LU) 38 derajat, Korea Utara memiliki garis ke-38, sedangkan Vietnam memiliki garis LU 17 derajat, keduanya di garis lintang utara. Kemudian Korea dibagi menjadi dua negara di paralel ke-38 Korea Utara dan Korea Selatan, kemudian Vietnam juga dibagi menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di sepanjang paralel LU ke-17.

Sumber: Pinterest
Sumber: Pinterest
50-60 tahun yang lalu, telah terjadi Perang Vietnam yang telah berlangsung selama 20 tahun di Vietnam. Dua pihak dalam pertempuran tersebut Vietnam Selatan disebut Republik Vietnam, yang didukung oleh AS, dan Vietnam Utara disebut Republik Demokratik Vietnam, yang dipimpin oleh Ho Chi Minh.

Pertempuran Laut Xisha (Paracel) terjadi di akhir Perang Vietnam, yang saat itu belum sepenuhnya berakhir. Jadi apa yang terjadi pada malam sebelum rezim Vietnam Selatan benar-benar runtuh.

Menurut beberapa analis, mengapa Vietsel yang didukung AS melakukan provokasi untuk menantang Tiongkok saat itu? Dari sudut pandang besar, AS sudah akan meninggalkan Vietnam. Semua orang tahu bahwa konfrontasi antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara ini sepenuhnya bergantung pada uang dan pemberian senjata oleh AS, dan AS mengirim pasukan, jadi mereka mendukung secara langsung.

Tetapi seperti yang banyak kita ketahui Presiden AS pada masa itu Nixon mengunjungi Tiongkok pada tahun 1972. Setelah pintu hubungan Tiongkok-AS dibuka, AS bertekad untuk menarik diri dari Asia dan menarik diri dari medan perang di Vietnam.

AS merasakan tekanan yang luar biasa pada saat itu, dalam mendukung Vietnam Selatan untuk melawan Vietnam Utara. Jika AS telah meninggalkan Vietnam perlu bagi bonekanya---Vietnam Selatan untuk menunjukkan pada  bosnya diri masih berkekuatan.

Tapi ada salah perhitungan dari Vietnam Selatan, dikira keadaan Tiongkok yang dilanda persoalan dalam negeri dan alautsistanya yang masih terbelakang pada saat itu untuk bisa mempertahankan kedaulatannya di Kep. Yongle -- Xisha bagian dari LTS.

Pada tahun 1974, Tiongkok, berada dalam periode sepuluh tahun yang mengerikan, dihadapkan pada lingkungan eksternal yang rumit. Sengketa perbatasan dengan bekas Uni Soviet, insiden menyebabkan harus melibatkan jutaan tentara di perbatasan utara Tiongkok dari waktu ke waktu, sehingga menimbulkan ancaman militer yang sangat besar bagi Tiongkok. Selain itu baru usainya revolusi kebudayaan dalam negeri Tiongkok yang telah menguras banyak SDM dan SDA domestik.

Oleh karena itu, dari tiga armada AL-PLA, Armada Laut Utara yang digunakan untuk mempertahankan dari kemungkinan bentrok dengan bekas Uni Soviet adalah yang terkuat, sedangkan Armada Laut Tiongkok Selatan adalah yang paling lemah.

Dengan pertimbangan situasi dan konsidi Tiongkok yang demikian, Vietnam Selatan ingin mengambil kesempatan ini untuk menduduki Kep. Xisha, dengan perhitungan Tiongkok yang sedang kacau di dalam negerinya akibat revolusi kebudayaan, dan di utara menghadapi Uni Soviet, maka urusan Kep. Xisha di LTS akan lemah dan terabaikan.

Kep. Xisha terletak  ratusan kilometer jauhnya dari Pulau Hainan. AL-PLA relatif lemah pada saat itu, jadi untuk menempuh jarak ratusan kilometer dari laut, Vietnam Selatan mengira Tiongkok tidak memiliki kemampuan untuk itu, dan berada di luar jangkauannya. Jadi setelah Vietnam Selatan membuat serangkaian kesalahan penilaian ini, maka mereka memanfaatkan titik waktu seperti itu untuk melakukan tindakan ini. Satu hal, tujuannya adalah untuk menunjukkan pada AS bahwa dirinya masih berkekuatan.

Penarikan AS dari Vietnam Selatan seharusnya dianggap sebagai yang memalukan AS seolah meninggalkan dan mengabaikan sekutunya. AS untuk menutupi kemaluan ini secara mudah sebelum berangkat meninggalkan alutsista militer besar-besaran yang sudah digunakan sebelumnya untuk diberikan kepada Vietnam Selatan.

Banyak alutisista yang digunakan untuk intervensi sebelumnya yang telah digunakan selama bertahun-tahun yang telah compang camping ini, daripada dibawa kembali dihibahkan kepada Vietnam Selatan seolah berbaik hati. Termasuk juga alutsista laut.

Rezim Vietnam Selatan setelah menerima alutsista ini merasa dirinya telah sangat berkekuatan. Saat itu kekuatan angkatan laut Vietsel dikatakan sebagai 10 teratas di dunia.

Pada masa itu, AL-Tiongkok sangat lemah, hanya memiliki beberapa fregat dengan tonase sekitar 1000 ton-an, armada lautnya dapat dihitung dengan jari, di Armada LTS bahkan tidak memiliki kapal fregat dan kapal perusak. Jadi kesenjangan dengan armada laut Vietnam Selatan sangat besar sekali.

Sejak dari Agustus 1973, Vietnam Selatan sudah mulai memprovokasi Tiongkok di perairan Xisha, berturut-turut mereka merebut 3 Pulau di Xisha Kepulauan Yongle yaitu Pulau Shanhu, Pulau Ganquan, dan Pulau Jinyin. Dan berulang kali mengancam kapal nelayan Tiongkok yang beroperasi di situ dan menembaki mereka.

Bendera nasional Tiongkok yang ditancapkan di P. Ganquan diserbu Vietnam Selatan dan dicabut. Xisha dalam keadaan darurat dan keputusasaan.

Sejak paruh kedua tahun 1973 hingga paruh pertama tahun 1974, Vietnam Selatan mulai merebut pulau dan terumbu karang Tiongkok di wilayah laut ini, dan kapal perangnya datang dan menabrak kapal penangkap ikan nelayan Tiongkok.

Laporan-laporan ini datang dari para nelayan Tiongkok yang pulang melaut kepada AL-PLA. Jadi bisa dibayangkan persiapan AL-PLA ketika berangkat lokasi peristiwa sangat tidak memadai.

Saat itu, yang menjadi  wakil komandan dan kepala staf pangkalan Yulin adalah Wei Mingsen, yang menerima perintah untuk pergi ke Kepulauan Yongle di Xisha, LTS untuk melakukan misi patroli yang ke-77 untuk melindungi perikanan dan pengawalan nelayan. Sebelum keberangkatan, tidak ada yang mengira bahwa perjalanan ke laut ini akan berbeda dari masa-masa sebelumnya.

Sumber: dzjiapu.com
Sumber: dzjiapu.com
Kronologi Perang Laut Vietsel-Tiongkok 1974

Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Pada 18 Januari 1974 pagi ketika kapten kapal penangkap ikan Yang Gui dari Perusahaan Perikanan Laut Tiongkok Selatan menginstruksikan kru agar menyesuaikan jalur. Tiba-tiba benda hitam menghalangi pandangannya. Yang Gui melihat ke sepanjang jendela depan ruang kemudi. Hal yang tidak terduga terjadi.

Sebuah kapal besar bergerak lurus ke depan dan semakin dekat dan lebih dekat, bahkan bisa terlihat tulisan angka "4" yang mencolok di lambung kapal besar itu, diikuti oleh suara yang tajam, dan kaca di jendela depan kabin pengemudi kapal ikan pecah, dan kapal hampir terguling.

Kapal penangkap ikan Yang Gui 407 berbobot 300 ton milik Perusahaan Penangkapan Ikan wilayah Kepulauan Xisha di Nansha ditabrak kapal perang besar.

Kapal perang besar menabrak kapal kecil penangkap ikan adalah suatu yang sangat jarang terjadi jika tidak sengaja.

Jadi kali ini apakah ada unsur kesengajaan, jika benar apa tujuannya? Kita lihat dulu asal usul kapal perang yang menyebabkan kecelakaan itu? Ternyata kapal ini adalah "bintangnya" kapal perang AL-Vietsel, Destroyer d'escorde HQ-4 Tran Khanh Du mantan kapal perang NATO yang pernah menenggelamkan 14 kapal perang dengan bobot muat 1850 ton.

Sebuah kapal perang Vietsel bertabrakan dengan kapal nelayan Tiongkok di perairan teritorial Tiongkok. Apakah ini hanya suatu kecelakaan yang sesederhana itu?

Sehari sebelum tabrakan ini, pada 17 Januari 1974, Vietsel baru saja menyerbu bagian selatan Kepulauan Xisha (Paracel), dua pulau Ganquan dan Jinyin ditambah pulau Shanhu yang diduduki sejak pada tahun 1950-an. Vietnam Selatan telah menguasai seluruh tiga pulau bagian barat  Kepulauan Yongle.

Sumber: baike.baidu.com + zh.wikipedia.org
Sumber: baike.baidu.com + zh.wikipedia.org
Pagi hari tanggal 17 Januari 1974, seorang pria paruh baya berseragam militer dan kacamata hitam di Da Nang, Pangkalan Angkatan Laut Vietnam Selatan, mengambil catatan kecil yang diserahkan padanya oleh bosnya. Setelah membacanya, dia mengerti bahwa dirinya mulai ditempatkan di Kepulauan Xisha.

Seperti yang telah diceritakan di atas, kapal nelayan Tiongkok yang ditabrak kapal perang Vietsel Tran Khanh Du HQ-4  justru orang ini ditempatkan di kapal No. 4 ini, dan dia adalah orang yang menjadi sutradara dalam insiden penabrakan ini.

Ha Van Ngac adalah komandan tertinggi armada gabungan AL-Vietsel  di Laut Xisha pada saat itu. Sebelumnya, dia belajar di South Vietnam Naval Training Center. Setelah lulus, dia mulai bertugas di South Vietnam Navy. Karena prestasinya yang luar biasa, dia dikirim ke California Naval Graduate School untuk studi lebih lanjut.

SUmber: wapbaike.baidu.com
SUmber: wapbaike.baidu.com
Dia lulus pada tahun 1972 ketika berusia 37 tahun. Ketika itu dia menjabat sebagai komandan Armada Gabungan Vietnam Selatan dengan pangkat kolonel. Dia berusia kurang dari 40 tahun dan masuk Panglima Tertinggi Armada Gabungan Vietnam Selatan.

Ha Van Ngac sebetulnya yang mengizinkan dengan sengaja kapal perangnya untuk menubruk kapal nelayan. Tujuannya untuk memprovoksi agar kapal AL-Tiongkok untuk keluar membelanya.

Cuma  alasannya jelas tidak dikemukakannya secara terang-terangan, tujuannya memang untuk memprovokasi perang dan menggunakan keunggulan kapal perang yang diperoleh dari AS untuk menyerbu seluruh Kepulauan Xisha, menduduki Pulau (P) Shanhu terlebih dahulu, lalu turun ke P. Ganquan dan P. Jinyin, itu adalah rencana dia. Rangkaian aksi Vietsel ini membuktikan bahwa mereka telah merencanakan sejak lama.

Sumber: chinadaily.com.cn
Sumber: chinadaily.com.cn
Pada malam 18 Januari 1974, Zhou Enlai PM Tiongkok saat itu, yang berada di kantornya menebarkan telegram dari Armada Laut Tiongkok Selatan di atas meja, dan menulis laporannya.

Saat itu lengan kanan Zhou Enlai masih sedang terluka, sehingga saat menulis dalam waktu yang lama membuatnya sedikit sakit, tetapi saat ini dia tidak peduli dengan luka lama yang menyakitkan. Ingatan otak Zhou Enlai berulang kali memikirkan pertemuan Politbiro Komite Sentral yang baru saja dia pimpin. Dalam pertemuan tersebut, dia mengusulkan agar Komisi Militer Pusat membentuk komite militer yang dipimpin oleh Ye Jianying dan Deng Xiaoping, berdasarkan info intelijen Vietsel sudah siap bergerak.

Tiongkok harus mempertahankan kedaulatan teritorialnya. Perintah berlayar untuk patroli telah dikeluarkan pada 14 Januari 1974, tetapi dirasa tidak cukup untuk saat itu jika dililhat dari perubahan yang telah terlihat di depan matanya.

Zhou Enlai menyesap teh dingin di depannya, dan dia menyadari dengan jelas Armada Laut Tiongkok Selatan yang saat itu bertanggung jawab atas pertahanan Xisha seolah-olah seperti secangkir teh di depannya yang tidak cukup panas.

Armada Laut Tiongkok Selatan adalah yang terlemah di AL-Tiongkok, tetapi sekarang Vietnam Selatan telah tiba beraksi, Tiongkok harus dengan tegas melakukan serangan balik untuk mempertahankan diri. Kali ini Vietnam Selatan memberangkatkan semua kapal besar ex. Amerika, jika mereka berinisiatif menyerang peluang menang bagi Tiongkok tidak besar.

Prioritas utama sekarang adalah bagaimana menggunakan sumber daya yang ada untuk memaksa kapal Vietnam Selatan mundur. Meskipun Ye Jianying telah membuat pengaturan sebelumnya, tapi masalahnya masih pelik.

Pada 16 Januari 1974, Ye Jianying mengeluarkan telegram mendesak yang meminta Armada Laut Tiongkok Selatan untuk mengirimkan kapal untuk pengawalan kapal dengan tujuan memaksa kapal Vietnam Selatan mundur, dengan mengajukan tiga persyaratan: tidak boleh untuk melakukan kesalahan, tidak melakukan tembakan pertama, tidak boleh merugikan diri sendiri.

Setelah menerima perintah dari Marsekal Ye Jianying, armada tersebut mengerahkan total 6 kapal ke perairan Kepulauan Xisha (Paracel). Yang terdiri kapal pemburu kapal selam dengan nomor lambung No. 271, 274 dari brigade Pangkalan Yulin ke-73. Misinya adalah melindungi kapal nelayan dan mengawal mereka. Pada saat yang sama, kedua kapal tersebut juga diperintahkan untuk membawa milisi dan material serta mendarat di Pulau Jinqing untuk pertahanan.

Kapal penyapu ranjau No. 389 dan 396 dari Batalyon 10 Pangkalan Guangzhou untuk mengangkut perbekalan. Selain itu, kapal pemburu kapal selam No. 281 dan No 282 dari Batalyon 74 Pangkalan Guangzhou diberangkatkan. Tugas pertama adalah pergi ke Pulau Yongxing dan menunggu instruksi lebih lanjut.

Sumber: Federation of American Scientists
Sumber: Federation of American Scientists
Dari peta pangkalan Yulin terletak di ujung paling selatan Pulau Hainan dan merupakan pangkalan terdekat Tiongkok untuk  ke Xisha.

Ketika dua kapal 271 dan 274 tiba di perairan Xisha pada 17 Januari, kapal-kapal lain baru saja berlayar, dan yang ditunjuk untuk memimpin ke enam kapal ini adalah Wei Mingsen, wakil komandan Pangkalan Yulin pada saat itu. Jangan memandang Komandan Wei dan terlihat seperti orang yang sembrono, tetapi menurut anak buah lawasnya Komandan Wei adalah orang yang berhati-hati, dan dia sangat pandai memanfaatkan peluang tempur. Selain itu ketabahan dan keberaniannya terkenal.

Wei Mingsen saat itu hanya berangkat dengan dua kapal pemburu kapal selam ringan No. 271 dan No. 274, tetapi Ha Van Ngac telah memberangkatkan dua kapal perusak besar No. 4 (Tran Khanh Du HQ-4) dan No. 16 (Ly Thruong Kiet HQ-16) ke perairan Xisha,  mereka telah melakukan manuver disana.

Selain itu, Ha Van Ngac masih memegang beberapa kapal besar di tangannya, siap untuk memperkuatnya kapan saja. Wei Mingsen tahu betul di dalam hatinya bahwa sebelum kapal AL Tiongkok lain tiba, dia akan menderita kerugian jika bertemu dengan kapal perang Vietnam Selatan.

Saat Wei Mingsen sedang mempertimbangkan bagaimana memaksa kapal perang Vietnam Selatan mundur, hal yang tidak terduga terjadi. Kapal perang Vietnam Selatan datang, dan datangnya terlalu cepat.

Armada Vietsel telah berada disana berprovokasi, dalam hati Wei Mingsen tahu bahwa instruksi yang diberikan pemerintah pusat Tiongkok harus memberi hormat militer terlebih dahulu, perintah ini harus dilaksanakan.

Segera, dia memerintahkan petugas sinyal untuk memberi tanda bahwa ini adalah perairan Tiongkok, tetapi kapal No. 4 berpura-pura tidak melihatnya, dan dengan angkuh dan terus mendekati perairan Tiongkok.

Untuk menembak dulu haruslah dipertimbangkan mengingat perbanding artileri kedua sisi. Senjata utama armada Vietsel terdiri dari 76mm dan bisa ditembakkan secara otomatis. Jangkauan maksimumnya adalah enam hingga tujuh kilometer, sedangkan senjata di pihak Tiongkok masih  dioperasikan secara manual. Jangkauan maksimum kurang dari empat kilometer. Jika Kapal No. 271 dan 274 digabungkan bertarung dengan meriam kapal Vietsel, itu pasti sia-sia.

Maka Wei Mingsen tidak mau menjadi bulan-bulanan kapal Vietsel. Jadi perlu menyiasati dan bekerja keras untuk mengatasinya. Bagaimana Wei Mingsen menyiasatinya? Mari kita dengarkan kenangan Jenderal Wei Mingsen, yang sudah berusia 88 tahun, dalam sebuah wawancara dengan majalah "Kapal Modern".

"Kita bertarung sambil  terus mengejar untuk mendekatinya, melakukan pertarungan  jarak dekat, semakin dekat semakin baik. Dalam pertempuran jarak dekat, meskipun kapal angkatan laut kita (Tiongkok)  memiliki tonase kecil dan daya tembak yang buruk, tapi kita memiliki keunggulan kecil. Kita fleksibel dan kita terus melekat dekat padanya untuk mencapai sudut mati artileri kapal Vietsel, dan  membuat keunggulan kapal perang  Vietsel menjadi tidak efektif." Kata Wei Mingsen.

Secara teori mudah untuk dikatakan, tetapi di  medan perang benar-benar membutuhkan banyak keberanian dan tekad untuk menggunakan kapal pemburu selam bertonase kecil untuk melawan kapal perusak besar dari jarak dekat. Jika tidak tepat melakukannya kapal akan tenggelam dan mati, tetapi waktu sudah mendesak. Wei Mingsen dengan tegas mengeluarkan perintah tempur.

Wei Mingsen meperintahkan untuk mendekati kapal perang Vietsel dengan kecepatan penuh, dan kapal Vietsel No. 4 "Tran Khanh Du HQ-4"  ketakutan dengan langkah Wei Mingsen, dan kapal perang Vietsel  menjadi bingun.

Kekuatan formasi Tiongkok belum diketahui berapa banyak kapal yang ada, maka kapal Vietsel berbalik untuk menghindar dan meninggalkan tempat. Mereka tampaknya tidak ingin mengalami kerugian besar.

Wei Mingsen memegang teleskop di tangannya, dengan tenang menginstruksikan kru untuk tidak mengejar, mengendurkan tangan kirinya yang tergenggam erat yang berkeringat dingin.

Saat itu hari sudah larut malam, meskipun kapal perang Vietsel telah menyingkir, Wei Mingsen merasa masih tidak nyaman, karena masih ada dua masalah besar di hadapannya.

Kapal pemburu kapal selam No. 271 dan 274 misi kali ini adalah untuk menigrim perbekalan dan prajurit milisi ke Pulau Jinqing. Namun, karena keberangkatan darurat dan tergesah-gesah dari formasi tersebut, tidak ada waktu untuk membawa kapal pendarat kecil sebelum keberangkatannya, dan Pulau Jinqing tidak memiliki dermaga.

Untuk masalah pertama ini, semua orang sekarang melihat apa yang akan diperbuat Wei Mingsen, komandan tertinggi di misi laut kali ini untuk mengatasi hal ini. Wei Mingsen melihat sekeliling dengan sangat tenang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba dia menemukan kapal dengan nomor lambung 402 dan 407 perahu nelayan di kejauhan, dengan menyeret barang-barang bagus di belakang setiap kapalnya.

Wei Mingsen sangat gembira, dan kemudian dia meminta petugas sinyal untuk memberi tanda pada kapal ikan yang ada di kejauhan itu. Namun, sinyal cahaya yang dikirim lebih dari satu kali, dan waktu telah berlalu 40 menit, dan tidak ada balasan dari kejauhan.

Ketika semua orang hampir putus asa, sebuah jawaban datang, "Mengerti!"

Apa sebenarnya yang dilihat Wei Mingsen? Ternyata, ada tiga sampan kayu, yang umumnya digunakan sebagai alat transportasi laut atau alat penyelamat nyawa. Sekarang Wei Mingsen ingin menggunakannya dengan baik untuk misinya. Mendarat di pulau itu, jelas. Artinya, milisi, personel, dan material yang diangkut dengan dua kapal No. 271 dan 274 dipindahkan ke pulau itu. Oleh karena itu, sanpan yang dapat bekerjasama dengan kapal No. 271 untuk menyelesaikan tugas pengangkutan menjadi pilihan terbaik saat itu.

Selain itu, para nelayan tidak hanya membantu Wei Mingsen menyelesaikan tugasnya, tetapi juga memberikan kejutan yang tidak terduga.

Sebelumnya, Vietnam Selatan telah sepenuhnya menduduki Kepulauan Dongsan di Kepulauan Xisha dan mengirim kapal perang untuk mengganggu para nelayan Tiongkok.

Perseteruan Vietnam dan Tiongkok bisa kita lacak klaim mereka di Kepulauan Xisha (Paracel) hingga dinasti kekaisaran yang lama, akar dari perselisihan Tiongkok-Vietnam modern terletak pada tahun 1930-an dari ambisi kolonial Prancis.

Prancis sebagai kekuatan kolonial di Vietnam sejak 1858, menetapkan klaimnya atas Paracel (Xisha) dan Kepulauan Spratly (Nansha) di dekatnya pada tahun 1932, tetapi pada awalnya tidak khawatir untuk benar-benar menduduki mereka. Itu berubah pada tahun 1937 ketika perang Jepang dengan Tiongkok pecah, dimulai pada tahun 1931 dengan direbutya Manchuria oleh Jepang terus meningkat ketika Jepang semakin jauh ke Tiongkok. Prancis, khawatir bahwa Tiongkok atau Jepang mungkin akan merebut pulau-pulau itu, menempatkan garnisun Prancis-Vietnam yang terdiri dari sekitar 100 orang di Pulau Woody (Yongxing) pada tahun 1938 sebagai penyangga untuk memperluas perimeter pertahanan koloni Indochina Prancis.

Otoritas Inggris mendorong tindakan Prancis karena tindakan itu juga memperluas perimeter pertahanan koloni Inggris di Malaya. Kedua negara percaya bahwa perang Jepang dengan Tiongkok hanyalah langkah awal menuju penyitaan koloni Eropa di Asia Tenggara. Tetapi alih-alih menghalangi langkah Jepang ke Laut Tiongkok Selatan (LTS), pendudukan Prancis di Paracel (Xisha) memprovokasi Jepang, yang mendaratkan unit infanteri angkatan laut kecil di Pulau Woody (Yongxing) pada tahun 1938 hanya beberapa bulan setelah pendudukan Prancis. Garnisun Prancis menyerah tanpa perlawanan. Jepang mencaplok pulau Paracel/Xisha dan Spratly/Nansha pada tahun 1941, mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari Taiwan yang diduduki Jepang.

Setelah bom atom AS dijatuhkan pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang mulai memindahkan pasukannya dari pulau-pulau tersebut, menyelesaikan penarikan pada akhir Agustus. Pemerintah Kuomintang Tiongkok Nasionalis (Republik Nasionalis Tiongkok) menduduki Grup dua bulan kemudian dan menempatkan garnisun di Pulau Yongxing (Woody) pada Januari 1946. Prancis, setelah gagal mengusir Tiongkok Nasionalis dari Grup Amphitrite dalam unjuk kekuatan angkatan laut, mengajukan klaim kepada Grup Bulan Sabit dan mendaratkan satu peleton Legiun Asing di Pulau Pattle (P. Shanhu) kepulauan kelompok tersebut untuk mencegah pendudukan Tiongkok.

Pemerintah Tiongkok Nasionalis mengulangi klaimnya atas seluruh Laut Tiongkok Selatan (LTS) pada tahun 1947, mengeluarkan peta yang menempatkan klaim teritorialnya di dalam "garis sembilan-putus" di tepi luar laut. Pada tahun 1949, pasukan Komunis Tiongkok mendorong pemerintah Tiongkok Nasionalis ke Taiwan. Jepang melepaskan klaimnya atas semua pulau LTS pada Konferensi Perdamaian San Francisco 1951 tetapi tidak menyerahkan kendalinya secara khusus kepada penggugat lain, membiarkan kepemilikan pulau itu tidak terselesaikan. Republik Rakyat Tiongkok menganggap klaim LTS pemerintah Nasionalis (Taiwan) sebagai miliknya.

Vietnam Selatan, bagaimanapun, menduduki Grup Bulan Sabit pada tahun 1954 dan menempatkan garnisun kecil di tiga pulau (Pulau Shanhu, Pulau Ganquan, dan Pulau Jinyin). Tiongkok menguasai Kep. (Yongxing Amphitrite Group dan Woody Island) pada tahun 1956. Nelayan Tiongkok mendarat di Pulau Chenhang (Pulau Duncan) termasuk dalam Kep. Xiasha (Crescent Group) pada tahun 1959, tetapi pemerintah Vietnam Selatan mengusir mereka.

Saat pertempuran dalam Perang Vietnam meningkat, Vietsel (Saigon) yang yakin akan dukungan AL-AS menarik garnisun pulau mereka. Pada tahun 1967, kehadiran Vietsel telah dikurangi menjadi satu stasiun layanan cuaca. Tiongkok sepertinya menerima status quo.

Dua perkembangan di tahun 1970-an mengubah dinamika di LTS. Laporan tentang potensi cadangan minyak di wilayah tersebut muncul pada pertengahan tahun 1972, dan Kesepakatan Perdamaian Paris bulan Januari 1973 mengakhiri keterlibatan militer AS di Vietnam. Para pemimpin Asia tiba-tiba melihat sengketa LTS tidak hanya sebagai masalah politik dan administrasi tetapi juga sebagai masalah pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, sebelum Wei Mingsen tiba, para nelayan juga melakukan beberapa investigasi. Setelah pengintaian, situasi saat itu adalah Tiga Pulau Timur, hanya P. Shanhu, P. Jinyin yang memiliki benteng dan garnisun Vietsel, garnisunnya sekitar 70 hingga 80 orang, tetapi pasukannya banyak merokok, bermain kartu, dan terlihat tidak disiplin.

P. Ganquan sebenarnya sebuah pulau kosong, Selain kapal perang Vietsel no 4 (Tran Khanh Du HQ-4) juga ada kapal besar dengan no. 16 (Ly Thruong Kiet HQ-16). Info dai nelayan juga telah memberikan bantuan besar bagi pengambilan keputusan juga berkontribusi pertama dalam melakukan serangan balik untuk memperebutkan kembali pulau-pulau ini dari tangan Vietsel bagi Tiongkok.

Pada pukul 21:25 malam 17 Januari 1974, lebih dari sepuluh sampan bersandar di kedua sisi Kapal No. 274 dan mulai meturunkan logistik dan personil milisi untuk dipindahkan ke pulau.

Milisi mulai membangun benteng dan posisi segera setelah mereka tiba di Pulau Jinqing. Pada saat yang sama, untuk mengamati kapal Vietsel dengan lebih baik, radar pada formasi 271 perlu dinyalakan.

Namun kemudian masalah kedua terungkap. Radar tidak bisa bekerja normal untuk waktu yang lama. Kedua kapal 271 dan 274 dilengkapi dengan radar 705. Jarak kerja efektif radar jenis ini hanya 20 mil laut. Dikarenakan teknologi operasi terbelakang, radar di kapal tidak dapat bekerja terus menerus, waktu kerja efektifnya hanya setengah jam, setelah dioperasikan setengah jam maka magnetron pada radar akan terlalu panas dan harus dimatikan.

Perlu waktu setengah jam lgai untuk melanjutkan pekerjaan. Dalam hal ini, para tentara Tiongkok memikirkan cara yang terbaik untuk menggunakan dua setengah jam ini agar radar kedua kapal dapat bekerja secara bergantian, sehingga mereka akan selalu dapat memantau kapal Vietsel yang ada di laut, supaya tetap waspada atas segala kegiatan kapal musuh untuk menghindari serangan yang tidak terduga setiap saat.

Yang disebut situasi tak terduga ini sebenarnya mengkhawatirkan serangan diam-diam AL-Vietsel, dan malam itu bisa dikatakan sebagai masa vakum dalam pertahanan Pulau Jinqing.

Malam itu, kapal No.274 yang mengangkut milisi dan perbekalan, dan benar-benar kehilangan kemampuan tempur mereka. Hanya kapal no.271 yang tersisa untuk siap bertempur. Wei Mingsen memerintahkan masing-masing dari dua kapal untuk operator artileri tetap bertugas, dan semua anggota awak tidak boleh melepas pakaian siap tempur mereka saat tidur.

Saat itu, dua kapal AL-Vietsel No. 4 dan No. 16 buatan AS berlego jangkar berhenti di Pulau Shanhu tidak jauh dari Pulau Jinqing. Jika tentara Vietsel ini datang untuk menyerang, Wei Mingsen harus melawan satu lawan dua, dan konsekuensinya akan menjadi bencana.

Wei Mingsen sedang dalam tekanan besar saat itu, tidak diragukan lagi jika Vietsel memilih untuk menyerang, maka malam 17 Januari 1974 akan menjadi kesempatan terbaik bagi mereka.

Namun saat itu Armada Vietsel sama sekali tidak berpikir untuk bertempur, melainkan untuk menyambut kedatangan komandannya.

Malam itu, komandan Vietsel  Ha Van Ngac memimpin kapal Vietsel menuju laut. Malam itu, Armada Vietsel tidak melakukan serangan diam-diam, ini membuat kesempatan bernafas bagi Wei Mingsen dan formasi 271 untuk sementara waktu.

Besambung....

Satu Jam Situasi Menjelang Pertempuran  Laut Vietsel-Tiongkok di Kep. Xisha Januari 1974

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

Referensi lain akan dimuat pada tulisan terakhir (serial ke 3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun