George Floyd, seorang pria kulit hitam 46 tahun tak bersenjata telah terbunuh oleh polisi di Minneapolis, Minnesota, pada 25 Mei. Yang bermula ditangkap karena diduga membeli rokok dengan uang palsu US$ 20, dan dilaporkan penjual dengan menelpon 911.
Akibat terbunuhnya George Floyd yang tercekik oleh polisi menuai protest yang meluas atas kebrutalan polisi. Protes telah meletus di ratusan kota AS, bahkan merembet keseluruh kota-kota di negara Barat lainnya untuk "Black Lives Matter" (ras diskriminasi).
Puluhan ribu demonstran berunjuk rasa di Washington, DC, dan kota-kota AS lainnya pada hari Sabtu (6 Juni), menuntut diakhirinya rasisme dan kebrutalan oleh penegak hukum, protes dipicu oleh pembunuhan polisi terhadap George Floyd yang berlangsung hingga hari ke-12 (5 Juni 2020).
(Namun dengan adanya pengunjuk rasa atas kebrutalan penegak hukum ini, terjadilah wacana reformasi yang akan dilaksanakan di beberapa negara untuk rekrumen, pendidikan, dan protap dan SOP dari penegak hukum dalam menangani perkara).
Sebuah unjuk rasa di Lincoln Memorial dan pawai ke Gedung Putih menandai curahan protes terbesar di seluruh negeri AS sejak rekaman video muncul menunjukkan Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata di borgol, berbaring telungkup dan berjuang untuk bernapas ketika seorang perwira polisi kulit putih berlutut di lehernya.
Timbul kekhawatiran apakah jumlah yang menghadiri protes membuat lebih mungkin peningkatan kasus COVID-19, Â Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan: "Tidak diragukan lagi itu adalah risiko. Saya sangat mendukung argumen yang dibuat oleh mereka yang memprotes ... tetapi virus itu sendiri tidak membeda-bedakan dan berkumpul dalam kelompok besar untuk sementara waktu melanggar peraturan justru karena hal itu meningkatkan risiko penyebaran virus ini."
Para pengunjuk rasa, kerusuhan dan bentrokan dengan kekerasan memasuki lebih dari seminggu setelah pria Afrika-Amerika Minnesota George Freud terbunuh oleh penegakan hukum yang keras oleh polisi kulit putih. Demonstran terus turun ke jalan-jalan ke puluhan kota di AS dan sebagian kota telah memberlakukan jam malam. Zhang Zuofeng mengatakan telah terjadi kontak dekat para demonstran dan tidak dapat menjaga jarak sosial.
Meskipun sebagian besar demonstran memakai masker, tapi risiko penularan Covid-19 akan sangat meningkat. Demonstran yang berbicara dengan keras, meneriakkan slogan, dll. Akan melepaskan lebih banyak droplets ke udara.
Penggunaan gas air mata, bom asap dan semprotan merica oleh polisi akan menyebabkan orang mengalami melelehkan ingus dan batuk, yang kondusif bagi bagi penyebaran virus. Faktor lain yang meningkatkan risiko penularan pandemi adalah lingkungan penjara.
Menurut laporan media AS, lebih dari 5.600 demonstran telah ditangkap dalam beberapa hari terakhir. Zhang Zuofeng mengatakan bahwa ruang lingkungan penjara yang terbatas dan berkerumun, membuat risiko penularan virus lebih besar.