Jokowi coba mendamaikan AS dan Tiongkok yang berseteru di KTT Kerja Sama Ekonomi  APEC. Demikian ditulis dalam Harian Kompas 27 Novemper 2018.
Dikhawatirkan tidak bisa damainya AS dan Tiongkok akan mmebuat ekonomi dunia akan tetap dalam ketidak-pastian pad masa mendatang.
"Sepuluh hari yang lalu dari KTT ASEAN, saya hadir di KTT APEC di Port Moresby, Papua Niugini. Kami menyaksikan pimpinan negara dari dua pemimpin ekonomi nomor satu dan dua bersitegang, dan saya melihat sulit dipersatukan," kata Jokowi di hadapan para CEO yang hadir.
Tiongkok dan AS saling menghunuskan pedangnya pada hari Sabtu menjelang KTT APEC, berduel melawan proteksionisme, tarif perdagangan dan "checkbook diplomacy" ketika mereka menetapkan visi kontras tajam untuk kawasan Pasifik.
Dalam pidatonya kedua belah pihak yang agresif di sebuah forum bisnis yang diadakan di kapal pesiar raksasa yang ditambatkan di Port Moresby, Xi Jinping dan Wakil Presiden AS Mike Pence saling melepaskan beberapa pukulan.
Pertengkaran sengit itu meletakkan dasar bagi apa yang bisa menjadi pertemuan sengit antara pemimpin Tiongkok dan Presiden Donald Trump di G20 bulan depan di Argentina.
Xi mengecam proteksionisme perdagangan "America First" dan menekankan bahwa aturan perdagangan global seharusnya tidak diterapkan "dengan standar ganda atau agenda egois" - dalam ucapan terselubung tipis di Washington.
Dua ekonomi teratas dunia telah terlibat dalam perang perdagangan yang berputar-putar, memberlakukan balas-membalas perang tarif untuk barang satu sama lain dalam konfrontasi yang para ahli peringatkan dapat merusak ekonomi global.
Presiden Xi mendesak dunia untuk "mengatakan tidak untuk proteksionisme dan unilateralisme", memperingatkan itu adalah "pendekatan rabun dekat" yang "ditakdirkan gagal" (a "short-sighted approach" that was "doomed to failure").
Sementara itu, Pence bersumpah tarif AS akan tetap diberlakukan kecuali Beijing "mengubah cara-caranya".