Perang dagang AS-Tiongkok telah meningkat, dan telah merembet ke bidang militer, diplomatik dan bidang lainnya. Kapal militer AS baru-baru ini memasuki Laut Tiongkok Selatan dan berada dalam bahaya diserang oleh kapal perusak Tiongkok.
Baru-baru ini (akhir pekan lalu) kapal Perusak USS Decatur melayar ke perairan pulau Laut Tiongkok Selatan, akibatnya hampir terjadi insiden dengan kapal perusak AL-PLA Luyang. AL-AS juga mengkonfirmasi insiden itu, menuduh kapal perang Tiongkok bermanuver dengan "gerakan tidak aman dan tidak profesional" di dekat Karang Gaven (Gaven Reef) atau Nanxun Jiao di Kepulauan Nansha pada 30 September.
Seorang juru bicara AL-AS mengatakan bahwa kapal perang Tiongkok Luyang "mendekati dalam 41 meter dari kapal USS Decatur, dan USS Decatur mengambil tindakan untuk mencegah tabrakan."Â
Selanjutnya, Tiongkok juga mengeluarkan pernyataan yang menuduh AS melanggar kedaulatan Tiongkok yang tak terbantahkan di Laut Tiongkok Selatan dan perairannya yang berdekatan.
Presiden Tiongkok Xi Jinping menanggapi perang dagang ini dengan cara yang "populis," mengatakan bahwa perang dagang "memaksa kita untuk mandiri." Lanjutnya mengatakan: "Memaksa kita untuk mandiri bukan suatu yang buruk, bagaimnanapun Tiongkok harus mengandalkan dirinya sendiri." Â Tampaknya perang dagang ini akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Pada 8 Oktober, Menlu AS Mike Pompeo bertemu dengan Menlu Tiongkok Wang Yi menyiarkan keluhan mereka di muka umum selama kunjungan singkat bersama dengan diplomat top Washington ke Beijing, di tengah hubungan yang memburuk.
Sementara pertukaran termasuk basa-basi diplomatik yang khas, dan kedua pejabat menekankan perlunya kerja sama, pernyataan mereka di hadapan para wartawan di awal pertemuan mereka di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing sangat tidak biasa.
Tindakan AS
Selama beberapa bulan ini dengan perang dagang ini, kedua belah pihak tampaknya sama-sama mengalami pukulan, kedua belah pihak Tiongkok dan AS masing-masing telah menaikkan tarif terhadap barang impor. AS ingin mencapai tujuannya untuk menurunkan defisit perdagangan.
Defisit perdagangan AS dengan Tiongkok telah mencapai rekor tertinggi. Meskipun demikian, situasi dapat berubah secara fundamental. Pemerintahan Trump meningkatkan tarif impor dari 10% untuk 200 miliar RMB dengan menaikan tarif 25% untuk 267 miliar (RMB = 0,14 USD).