Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah AL-PLA Mengevakuasi Warga Tiongkok dan Asing dari Kemelut Perang Sipil Yaman

5 Mei 2018   14:04 Diperbarui: 5 Mei 2018   14:23 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Encyclopdia Britannica, Inc.

Ini kisah AL-PLA yang untuk pertama kalinya melakukan evakuasi untuk warga negara Tiongkok dan  warga Asing keluar dari kancah peperang yang terjadi di Yaman pada tahun 2015.

Pada larut malam pada 25 Maret 2015, satuan tentara gabungan internasional yang berkoalisi antara Arab Saudi, Mesir, Yordania, Sudan dan negara-negara Teluk lainnya melancarkan operasi militer untuk menekan Houti di Yaman, yang mengejutkan seluruh dunia dan membuat situasi setempat langsung intens dan tegang.

Dengan Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap Houti, maka asap mesiu tiba-tiba membumbung tinggi dan semua warga di Yaman menjadi panik.

Saat itu, jumlah warga Tiongkok yang terperangkap dalam kancah perang di Yaman lebih dari 500 orang. Perang yang tiba-tiba ini mengancam setiap warga negara Tiongkok ini.

Geografis Yaman terletak di ujung barat daya Semenanjung Arab dan berbatasan dengan Laut Merah, Teluk Aden dan Laut Arab. Seperti banyak negara di Timur Tengah. Yaman adalah negara berbasis sumber daya yang khas dengan cadangan minyak dan gas alam yang melimpah.  Pelabuhan Aden adalah pelabuhan penting bagi Yaman untuk mengekspor minyak.

Pada Juli 2014, pemerintah Yaman mengurangi subsidi bahan bakar, hal ini menyebabkan ketidakpuasan dan protes keras dari warga. Houtis yang sudah secara paksa menduduki Provinsi Sa'dah di utara Yaman mengambil kesempatan untuk menduduki ibukota Sa'dah dengan kekuatan bersenjata. Dalam waktu tiga hari saja, mereka dapat menguasai ibukota Yaman, dan Sa'dah di bawah kendali penuh. Untuk satu periode, Yaman terganggu oleh turbulensi politik dan gangguan sosial.

Kaum Houti terutama adalah Islam Syiah yang membentuk kekuatan bersenjata anti-pemerintah. Pada bulan September 2014, mereka menggulingkan pemerintahan Yaman saat itu dan dengan cepat menyebar ke tempat-tempat lain di Yaman.

Setelah Perang Saudara Yaman pecah, untuk mencegah Houti memperluas tindakan lebih lanjut, pada sore hari 25 Maret 2015, dengan partisipasi kolektif banyak negara termasuk Arab Saudi, Mesir dan lainnya, sebuah bombardir yang ditujukan pada Houti segera dilakukan. Dengan kedua belah pihak bertemu di medan perang, asap mesiu membumbung di banyak tempat di Yaman.

Sebelum perang saudara ini pecah, lebih dari 10 negara termasuk AS, Inggris, Prancis, dan lainnya telah menutup kedutaan mereka. AS bahkan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana operasi untuk mengevakuasi warga luar negeri. Warga negara lain yang ditahan di Yaman merasa kebingungan.

Menghadapi perang yang tiba-tiba, Tian Qi yang saat itu sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Tiongkok untuk Republik Yaman yang setiap hari berada di Sa'dah ibukota Yaman sangat memperhatikan situasi berbahaya.

Tian Qi menuturkan: Beberapa hari setelah pecahnya serangan udara, kita bisa mengumpulkan setidaknya satu kantong senjata bekas serpihan peluru di halaman kedutaan setiap pagi. Kendaraan anti-peluru saya bahkan ditembus oleh peluru nyasar. Kaca-kaca asrama konselor ekonomi dan komersial juga tertembus peluru.

Tidak ada tempat yang damai selama perang. Suara teriakan perang dari para petarung dan suara ledakan bom meledak terdengar di telinga. Semua orang dalam menghadapi bahaya bisa terancaman kehidupannya kapan saja, warga Tiongkok yang terjebak di kota itu memilih untuk buru-buru ke bandara pada menit pertama.

Tapi diluar harapan setiap orang, pintu atau jalur keluar negeri dari udara yang akan mereka gunakan untuk keluar dari Yaman terpaksa ditutup selama serangan udara.

Menghadapai situasi yang sangat tegang ini, pemerintah Tiongkok segera memberlakukan mekanisme darurat bahaya terhadap warganya di Yaman.

Presiden Xi dan Komisi Militer Pusat Tiongkok memerintahkan untuk menyesuaikan pasukan pengawalan Tiongkok ke-19 yang berformasi tugas pengawalan di Teluk Aden pada waktu itu. Armada ini diperintahkan untuk segera menuju ke Pelabuhan Aden untuk menyelamatkan ratusan warga Tiongkok yang terperangkap dari peperangan di sana.

Teluk Aden terletak di jalur transportasi minyak utama di Teluk Persia dan merupakan kawasan di mana perompak ganas yang banyak beroperasi di dunia. Pemerintah Tiongkok mulai mengorganisir pasukan pengawalan Teluk Aden pada akhir tahun 2008 dan mengambil bagian dalam operasi anti-pembajakan Teluk Aden internasional.

Ketika Perang Saudara Yaman pecah, pasukan pengawal angkatan laut ke-19 melakukan tugas pengawalan. Terdiri dari dua frigat rudal termasuk "Linyi" dan "Weifang" serta satu kapal perlengkapan  komprehensif (comprehensive replenish)  "Weishanhu".

Sumber: thediplomat.com
Sumber: thediplomat.com
"Linyi" dan "Weifang" keduanya frigat Tipe 054A pembawa rudal, tipe kapal AL-PLA Tiongkok terakhir.

Sumber: Reddit
Sumber: Reddit
"Weishanhu" adalah kapal replenish terbesar di antara kapal sejenisnya yang dirancang dan dibangun secara independen atau mandiri oleh Tiongkok. Dapat dikatakan bahwa keAL-PLA Tiongkok.

Sumber: www.shipphotos.co.uk
Sumber: www.shipphotos.co.uk
Di permukaan Teluk Aden yang berkilau, tiga kapal perang Tiongkok berlayar mondar mandir untuk melindungi kapal dagang yang lewat. Ketika Perang Saudara Yaman pecah, tiga kapal perang yang sudah berada di tahap akhir dari seluruh tugas. Para perwira dan tentara di kapal perang sudah sering berbicara betapa mereka merindukan kampung halaman mereka selama waktu luang mereka.

Tetapi ketika mereka sedang akan menyelesaikan tugas mereka dan memulai perjalanan kembali ke Tiongkok, sebuah teks telegram khusus segera disampaikan kepada frigat Linyi yang melakukan misi komando saat itu.

Wang Lei yang saat itu menjadi petugas radio Departemen Observasi dan Komunikasi frigat Linyi menerima teks telegram instruksi khusus seperti itu pada menit pertama.

Wang Lei kemudian menceritakan: "Mengetahui bahwa tugas mengevakuasi warga Tiongkok perantauan seperti yang disebutkan dalam teks telegram. Saya menangani teks telegram ini secepat mungkin. Saya mengirim konfirmasi tanda terima kepada pengirim telegram dan mengirim teks telegram ke pos komando dan atasan kapal perang.

Pada 26 Maret 2015, gugus tugas pengawalan AL Tiongkok menerima tugas mengevakuasi orang Tiongkok perantauan dan segera melakukan segala macam persiapan berlayar ke tujuan.

Dong Fangliang yang ketika itu sebagai Kapten "Weifang" masih ingat bagaimana keadaan perasaannya ketika berlayar kesana. Dia menceritakan: "Saat itu kami berhenti dengan melego jangkar sambil menunggu di dekat titik A  di sisi timur garis escort jalur pelayaran. Saat itu, kami menerima perintah dari gugus tugas bahwa kami harus menghentikan pengawalan dan bersiap untuk melakukan tugas mengevakuasi warga Tiongkok perantauan. Setelah menerima tugas itu, kami melaju ke barat Teluk Aden dengan kecepatan tinggi."

Para perwira dan tentara di tiga kapal perang telah berlayar di laut selama tiga bulan, tetapi mendengar bahwa warga Tionghoa terjebak dalam peperangan, tidak seorang pun dari mereka mengeluh bahwa itu menyulitkan dan melelahkan.

Menghadapi situasi kritis seperti ini, Gao Jingxin yang merupakan komisaris politik "Linyi" dan Fang Guangqing yang merupakan komisaris politik "Weifang" memobilisasi para perwira dan prajurit di kapal perang dan membuat rencana utama tentang tugas-tugas.

Gao Jingxin menceritakan: "Pada kenyataannya, sesungguhnya semua kru sudah sangat lelah baik fisik maupun psikologis. Tetapi setelah kami menerima tugas itu, saya merasa bahwa semua anggota kru bertekad bulat dan penuh energi. Semua orang percaya diri dalam melakukan tugas itu.

Selama berlayar, kami terutama merevisi dan menyempurnakan rencana awal dan membuat dua latihan inferensi praktis untuk memastikan keamanan kapal perang dan warga perantauan Tiongkok di luar negeri saat akan mengevakuasi mereka.

Memikirkan warga senegaranya yang berada dalam bahaya kapan saja bisa terjadi di Yaman, para perwira dan prajurit di kapal perang sangat cemas. Dengan mendekatnya Pelabuhan Aden, apa yang akan terjadi yang dapat menghentikan laju mereka berlabuh disana.

Di antara mereka, Zhang Guangyao yang saat itu adalah kapten magang dari "Linyi" masih mempunyai kenangan yang segar tentang bagian sejarah itu.

Zhang Guangyao menceritakan: "Meskipun Yaman adalah negara yang berada dalam kekacauan yang disebabkan oleh perang, tetapi kami mengakuinya sebagai negara yang berdaulat. Jadi sebelum memasuki laut teritorial mereka, kami harus berkomunikasi dengan kedutaan kami dan mendapatkan izin dari organisasi maritim setempat. Kami tidak diizinkan memasuki laut teritorial mereka tanpa izin dari organisasi kedaulatan mereka.

Sesuai peraturan yang relevan, ketika pihak Tiongkok meminta izin masuk pelabuhan untuk kapal perang, kami membutuhkan tanda tangan pihak-pihak yang bertanggung jawab dari semua tingkat dari angkatan bersenjata Yaman dan kemudian mentransfernya ke Otoritas Pelabuhan Yaman. Hanya dengan cara ini, gugus tugas AL-PLA Tiongkok baru mendapatkan izin untuk mengemudikan kapal melalui perairan yang berbahaya atau padat dengan ditarik kapal tunda dan memasuki pelabuhan.

Ketika tiga kapal perang Tiongkok lego jangkar di Teluk Aden dan menunggu untuk melaksanakan perintah terakhir untuk melaksanakan tugas mengevakuasi warga Tiongkok yang di luar negeri, para perwira dan prajurit di kapal perang ini sangat cemas, sambil melihat asap tebal mebumbung di kejauhan.

Tian Qi menceritakan: Setelah mengetahui tentang permintaan dari pihak Tiongkok, banyak pejabat pemerintah yang kompeten menawarkan untuk bertanggung jawab untuk menyediakan layanan satu atap. Dengan cara ini, kita bisa menghemat banyak waktu dalam menangani izin. Kita bisa  selesai menangani segala macam izin untuk kapal perang kami untuk memasuki pelabuhan pada hari itu. Selain itu, kami memberikan berbagai izin kepada satuan tugas pengawalan kami.

Ini adalah pertama kalinya bagi angkatan laut Tiongkok untuk secara langsung melakukan penyelamatan warga Tiongkok di negara asing.

Informasi detail tentang warga-warga Tiongkok perantauan yang akan dievakuasi, setelah beberapa jam, daftar nama lengkap diserahkan kepada komandan kapal perang.

Selanjutnya masalahnya  adalah bagaimana cara melindungi warga Tiongkok ini  agar bisa segera tiba ke pelabuhan dengan aman menjadi tugas terpenting anggota staf kedutaan.

Sumber: CCTV News
Sumber: CCTV News
Tian Qi Dubes Tiongkok di depan para pengungsi warga Tiongkok memberi pernyataan: "Komite Pusat CPC, Komisi Militer Dewan Negara memberi perhatian besar terhadap masalah ini dan sangat prihatin tentang kehidupan dan keselamatan Anda. Kedutaan kami telah secara khusus mengatur untuk segera mengevakuasi Anda dari Yaman."

Warga Tiongkok di Yaman terutama berada di dua kota termasuk ibukota Sa'dah dan Aden, yang berjarak ratusan kilometer satu sama lain. Di antara mereka, 104 warga Tiongkok yang tertahan di Aden City yang hanya berjarak 90 km dari Pelabuhan Aden. Tapi mereka harus melewati kota kuno ini yang tidak besar tetapi berbahaya, jaraknya yang pendek dan jumlah orang yang sedikit, mereka bisa tiba di Pelabuhan Aden dengan aman setelah tiga jam perjalanan.

Dibandingkan dengan evakuasi dari distrik urban Aden ke pelabuhan, bagian yang paling sulit dari seluruh pengungsian warga Tiongkok perantauan ini adalah lebih dari 400 warga yang berada di kota Sa'dah. Karena Sa'dah sejauh 230 km dari pelabuhan terdekatnya --- Pelabuhan Hodeidah, banyak warga tidak yakin tentang keamanan perjalanan jarak jauh. Mereka tidak tahu kesulitan apa dalam perjalanan dan segala kemungkinan bisa saja terjadi saat tugas mengevakuasi warga ini.

Tian Qi menceritakan kemudian: "Ruas jalan itu selesai dibangun pada awal 1960an. Dapat dikatakan bahwa kondisi jalannya cukup berbahaya. Selain itu, mereka harus melewati posko pemeriksaan angkatan bersenjata kesukuan di sepanjang jalan, sehingga mereka dapat mengalami bentrokan bersenjata jika terjadi sedikit kecerobohan."

Untuk membuka jalan ke Pelabuhan Hodeidah sesegera mungkin, Kedutaan Tiongkok di Republik Yaman memutuskan untuk mengirim tiga orang pionir untuk berkendaraan dari Sa'dah ke Pelabuhan Hodeidah.

Sepanjang jalan, tiga orang pionir ini harus bertanya-tanya tentang situasi di sepanjang jalan dan mengurus semua formalitas izin untuk meninggalkan pelabuhan bagi semua warga negara Tiongkok yang akan dievakuasi nantinya. Bertanggung jawab atas keselamatan lebih dari 400 warga negara ini, tiga orang pionir ini merasa bahwa mereka memikul tanggung jawab yang berat.

Berdasarkan informasi yang dikirim oleh tiga pionir ini, tampaknya situasi yang dihadapi staf kedutaan in berangsur menjadi terang dan jelas.

Hanya ada satu jalan dari Sa'dah ke Pelabuhan Hodeidah, yaitu Jalan Raya Sa'dah-Hodeidah. Jalan ini sangat berbahaya, sejauh 220 km yang harus dilewati untuk evakuasi, ada enam lintasan yang dijaga oleh Houthis. Tiga orang pionir perlu mengetahui situasi jalan dan berkomunikasi dengan semua pihak dari orang-orang sepanjang perjalanan ini.

Suara tembakan terdengar di udara sepanjang perjalannya ini, semuanya tidak diketahui oleh yang ada di pelabuhan, tetapi ketiga orang pionir ini mengirim kabar baik ke kedutaan pada malam itu bahwa baik dermaga dan perjalanan berhasil ditangani dengan baik.

Sementara warga Tiongkok yang terjebak di Sa'dah sedang menunggu kesempatan untuk menuju ke pelabuhan, gugus tugas AL-PLA Tiongkok yang telah menunggu lama akhirnya menerima perintah mereka diperbolehkan merapat menuju peluhan Aden.

Pada pagi hari tanggal 29, gugus tugas AL-PLA Tiongkok menerima perintah melakukan tugas mengevakuasi warga Tiongkok perantauan, dan melakukan evakuasi warga Tiongkok yang berada dalam bahaya sesegera mungkin, gugus tugas AL harus bertindak dalam kelompok.

Sumber: SNFU.Solomon
Sumber: SNFU.Solomon
Bagi AL-PLA, ini merupakan tanggung jawab suci mereka untuk melindungi keamanan kehidupan dan harta warga Tiongkok.

Zhuang Jiaxing adalah seorang penjaga keamanan pada waktu itu masih mengingat situasi yang intens di dermaga pada waktu itu. Dengan menceritakan: "Saat itu, kami berada dalam posisi siap siaga dengan senjata ditangan, setiap saat kami akan membalas menembak jika diserang, kami harus bisa menyelamatkan diri dan akan menyerang balik pada menuit pertama.

Sumber: Reuters/Stringer
Sumber: Reuters/Stringer
Untuk memungkinkan warga Tiongkok yang telah menunggu di pelabuhan untuk naik kapal perang sesegera mungkin komandan "Linyi" mengatur para anggota awak untuk mengatur beberapa jalur pemeriksaan keamanan. Selama proses ini sesorang mengambil foto prajuri Guo Yan yang sedang melayani dengan manis dan lembut, dan sedang menggandeng seorang ank peempuan.

Sumber: Asia Times
Sumber: Asia Times
Guo Yan kemudian menceritakan: Kami langsung mulai bekerja dengan sangat cepat segera setelah kami tiba di dermaga. Kami ditugaskan untuk bertanggung jawab untuk memeriksa dan mendaftarkan identitas warga negara kami, melakukan pemeriksaan keamanan untuk mereka dan barang bawaan mereka. Kondisi cukup intens dan orang-orang pada panik di dermaga. Kemudian, saya pergi ke gadis kecil itu dan menggandeng tangannya.

Adegan keramahan serupa juga terlihat dimana-mana di dermaga Pelabuhan Aden dalam proses pemeriksaan dan keamanan saat itu. Disisi tangga naik ke kapal perang ini juga digantung spanduk dengan bertuliskan dalam bahasa Mandarin "Warmly Welcome Chinese countrymen to board of warship." "Our motherland sends the warship to send you home." ("Selamat Datang Warga Tiongkok Perantauan Untuk Naik Kapal Perang Anda" "Tanah air mengirim kapal perang untuk membawa kalian pulang."

Sumber: jamestown.org
Sumber: jamestown.org
Kata-kata yang menghangatkan hati, membuat banyak orang meneteskan air mata, Zhu Yunxiang yang menjadi reporter stasiun waktu itu masih memiliki kenangan tak terlupakan tentang situasi saat itu.

Zhu Yunxiang menceritakan: "Saya sangat gembira saat itu. Melihat kapal perang semakin dekat ke dermaga, semua orang bersorak kegirangan. Dapat dikatakan bahwa semua orang di dermaga itu ... Ya. Bersorak sangat bersukacita. Mungkin orang-orang hanya merasa bahwa tanah air kami benar-benar akhirnya datang untuk membawa mereka pulang."

Setelah proses evakuasi di dermaga selesai kapal pembawa rudal "Linyi" segera berlayar hampir delapan jam dengan kecepatgan tinggi menyeberangi Teluk Aden menuju ke Pelabuhan Djibouti di Republik Djibouti, Afrika Timur.

Dalam aksi ini, kelompok pertama dari 122 warga Tiongkok yang tinggal di Republik Yaman dievakuasi, termasuk tujuh wanita dan satu anak. Selain itu, dua ahli asing yang kerja di perusahaan Tiongkok masing-masing berasal dari Mesir dan Rumania juga ikut dalam evakuasi dengan kapal perang ini juga.

Sementara itu, lebih dari 300 warga Tionghoa yang terperangkap di Sa'dah menghabiskan dua hari dan dua malam dalam ketakutan dalam suasana penuh suara nyalak senjata dan artileri.

Akhirnya, pada jam 7 pagi pada tanggal 31, mereka memulai perjalanan ke Pelabuhan Hodeidah. Pada saat itu, frigat rudal lain dari satuan tugas pengawalan AL-PLA Tiongkok "Weifang" sudah menunggu mereka di dermaga. Banyak warga Tiongkok meneteskan air mata saat melihat kapal perang itu.

Mereka tahu bahwa pada saat ini, awan gelap kematian yang menyelimuti kepala mereka telah benar-benar mulai buyar.

Setelah warga Tiongkok dievakuasi, Sa'dah City bertemu dengan rombongan lain yang lebih serius. Semua jenis senjata dan peluru bisa dilihat di mana-mana di dalam kota. Banyak kaca-kaca yang hancur  di samping jalan disebabkan tettembus atau serpihan peluru.

Pada saat itu, ada banyak warga asing yang terperangkap juga di Yaman. Dengan menigkatnya suasana perang yang konstan, hidup mereka bisa lenyap kapan saja jika terus berada dalam peperangan kejam itu. Dalam keadaan kritis seperti itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menerima permintaan dari negara-negara seperti Pakistan, dan mereka berharap bahwa kapal perang Tiongkok dapat menyelamatkan warga mereka dari peperangan Yaman juga.

Pada 2 April 2015, frigat rudal "Linyi" dengan menantang bahaya berangkat lagi ke Pelabuhan Aden. Kepada warga negara-negara seperti Pakistan dan lainnya yang telah menunggu lama, kapal perang Tiongkok ini tidak diragukan lagi seperti Bahtera Nuh saja yang melambangkan harapan untuk hidup untuk keluar dari air bah.

Dari berbagai sumber seperti tertera dalam foto
Dari berbagai sumber seperti tertera dalam foto
Tian Qi Dubes Tiongkok untuk Yaman saat itu menceritakan: "Para duta besar dari banyak negara yang bekerja di Yaman menilpon saya untuk mengucapkan terima kasih. Misalnya, duta besar Pakistan berulang kali memberi tahu saya di telepon bahwa Tiongkok adalah saudara dan teman Pakistan yang luar biasa dan dapat dipercaya yang bisa mereka ajak berjalan bersama-sama. 

Dia mengungkapkan rasa terima kasihnya atas nama pemerintah Pakistan dan rakyatnya. Pada akhirnya, dia tersedak oleh isak tangis. Saya tahu bahwa dia pasti meneteskan air mata di ujung telepon sebelah sana pada saat itu."

Sepuluh kebangsaan berbeda berada di antara pengungsi yang dijemput pada sore hari dari Aden, kota kedua Yaman, dan diangkut ke Djibouti, Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya Kamis malam.

Kementerian itu mengatakan pemerintah asing - Pakistan, Ethiopia, Singapura, Italia, Jerman, Polandia, Irlandia, Inggris, Kanada dan Yaman - telah meminta bantuan Tiongkok. Seorang juru bicara mengatakan itu adalah pertama kalinya Tiongkok melakukan evakuasi khusus warga negara asing dari zona bahaya.

Sumber diplomatik yang akrab dengan operasi itu mengatakan "sangat berisiko" dan bahwa pertempuran sudah dekat dengan kapal perang Tiongkok.

"The Irish Times" memberitakan, seorang warga negara Irlandia telah dievakuasi dari Yaman sebagai bagian dari evakuasi AL-PLA Tiongkok untuk warga negara asing dari negara Arab, menurut Departemen Luar Negeri (DFA).

Ketika misi evakuasi ini tampak sudah dalam proses maju dengan baik. Tapi ketika kapal perang ini sudah hendak pergi, tiba-tiba di tempat yang berjarak 5 km dari depan kapal Linyi, ada asap tebal ledakan bom dan suara saling tembak yang ganas. Sebuah peluru nyasar menghantam menara derek dermaga yang hanya berjarak 20 meter dari dermaga. Untungnya, itu tidak mempengaruhi evakuasi normal ke luar negeri warga Tiongkok.

Karena didesak dengan kecemasan oleh pemandu laut Yaman, para anggota kru mendorong kapal perang menjauh dari Pelabuhan Aden dengan mantap dan tenang. Lebih dari 200 warga asing dari berbagai negara seperti Pakistan dan lainnya, pada akhirnya meninggalkan Yaman yang suasana perangnya semakin meningkat dan berlayar ke pantai perdamaian lainnya untuk mencapai Djibouti dengan aman.

Sebagian pengamat berpandangan bahwa keberhasilan misi ini menunjukkan bahwa pelayaran AL-PLA Tiongkok dapat menciptakan lingkungan keamanan yang baik, damai dan stabil, sesuai dengan persyaratan Piagam PBB dan Resolusi PBB, dengan melindungi keselamatan penduduk perdamaian di negara mana pun selain warga Tiongkok, termasuk harta benda mereka. Mudah-mudah untuk selanjutnya Tiongkok akan melakukan kewajiban internasional semacam itu seterusnya.

Dalam melakukan misi evakuasi warga Tiongkok perantauan dari Yaman, AL-PLA Tiongkok sebenarnya sedang melakukan misi pengawalan di dermaga asing, dan secara langsung melakukan tugas mengevakuasi sebanyak 629 warga Tiongkok dengan selamat.

Sementara itu, mereka juga membantu mengevakuasi 279 warga asing yang terdiri dari 15 negara dari Yaman. Dengan asumsi sebagai kekuatan yang ditunjukkan pemerintah Tiongkok dalam tugas mengevakuasi warga Tiongkok yang ada di luar negeri, ini membuat pemerintah Tiongkok mendapat kepercayaan dari rakyatnya, sehingga warganya meraa bangga dengan memegang passpor negaranyanya. Dan juga membuat Tiongkok mendapat banyak pujian dari komunitas internasional.

Austin Strange, seorang Ph.D. Harvard. dan co-author dengan Dr Andrew Erickson dari bukunya "Jamestown" tentang upaya anti-pembajakan Tiongkok di Teluk Aden, menjelaskan: "Evakuasi Yaman adalah yang terbaru dari beberapa contoh, termasuk penghancuran senjata kimia Suriah dan upaya pencarian MH370, dari bagaimana operasi anti-pembajakan yang berlarut-larut bagi Tiongkok memberikannya jangkauan yang berharga dalam keamanan maritim internasional. Kasus-kasus sederhana namun penting ini membuatnya menarik untuk direnungkan bagaimana kemampuan Tiongkok untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keamanan Far Seas (Laut Jauh dan Dalam) dapat berubah setelah misi Teluk Aden berakhir "

Sumber: Media Tulisan dan TV Luar Negeri

CCTV China

atimes.com  ||  bbc.com ||  irishtimes.com ||  jamestown.org 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun