Baru-baru ini, Korps Garda Revolusi Islam Iran menerbitkan sebuah laporan di situsnya. Laporan tersebut mengatakan bahwa penasihat militer yang dikirim oleh Iran telah memainkan peran penting dalam pertarungan untuk mengalahkan "ISIS".
Pada 22 November, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Erdogan, dan Presiden Iran Hassan Rouhani mengadakan pertemuan trilateral mengenai masalah Suriah di Sochi, Rusia. Topik utama pertemuan tersebut adalah kemajuan terakhir di Suriah dan situasi regional.
Jadi jika kita melihat situasi regional Timteng sekarang, sudah jelas---kamp-kamp tersebut terbagi secara jelas. Di satu sisi adalah aliansi AS, Arab Saudi, dan Israel. Kamp lainnya adalah kombinasi antara kepentingan Rusia, Turki, dan Iran, yang pengaruhnya semakin meningkat seiring perkembangannya.
Setelah berakhirnya Perang Dingin, kini Rusia telah berhasil menembus dan kembali ke wilayah ini dengan cara yang ampuh. Karena itu, kita bisa melihat situasi AS yang menyatukan Timur Tengah dan seluruh dunia telah gagal total, dan tidak akan dapat pulih lagi di masa depan. Demikian menurut banyak analis dunia luar.
Apakah "ISIS" Telah Punah?
Meskipun banyak negara menyatakan telah berhasil membrantas "ISIS", namun yang jelas dunia masih tidak tenang dan damai, karena kekhawatiran pelimpahan dari para teroris.
Awalnya, ketika kelompok ekstremis Timur Tengah ini dengan cepat bangkit dan semakin kuat, banyak kelompok teroris di seluruh dunia mengindikasikan mereka sebagai bagian dari mereka, dan beberapa kelompok lain mengatakan bahwa mereka akan "belajar dari pengalaman sukses ISIS."
Sekarang setelah "ISIS" telah dikalahkan, banyak ekstremis lainnya mulai melarikan diri dan bersembunyi di seluruh penjuru. Di dunia ini yang masih penuh dengan pertentangan dan intrik konspirasi, bisakah "ISIS" benar-benar larut seperti es?
Suara tembakan di Mesir, 24 November lalu, tampaknya telah menjawab pertanyaan itu.
Pada sore hari 24 November, waktu setempat, sebuah serangan teroris terjadi di sebuah masjid di Arish, di Semenanjung Sinai di Mesir. Para teroris meledakkan bahan peledak, lalu melepaskan tembakan ke kerumunan orang tak berdosa dengan senapan mesin.
Serangan teroris ini menyebabkan 305 orang meninggal, termasuk 27 anak-anak, dan ratusan lainnya terluka.