Setelah Let-Jend Asapov terbunuh, Rusia tidak hanya berkoordinasi dengan militer Suriah untuk terus maju melintasi tepi timur Sungai Efrat, mereka juga memperluas target dan skala serangan mereka.
Setelah insiden ini terjadi, hal itu dijadikan Rusia sebagai nilai moral yang tinggi dan alasan kuat. Mereka bisa mengatakan: Lihat, orang mereka terbunuh, jadi sekarang mereka memperkuat serangan mereka. Saat ini, Rusia telah mengirim lebih banyak kapal permukaan dan kapal selam ke Laut Mediterania, armada ini semua bisa meluncurkan rudal jelajah Kalibr.
Meskipun Rusia dan AS membuat hotline komunikasi militer mengenai masalah Suriah pada akhir 2015, dan membentuk situasi dimana mereka berperang tanpa pertumpahan darah, namun masih terjadi "model penyerangan antar bagian atau sebagian-sebagian" AS menyerang militer Suriah dan Rusia menyerang oposisi Suriah dan terus meningkat, hal ini masih akan ada risiko memicu konflik antara AS dan Rusia.
Berkaitan Dengan Masalah Kremia
Pada tahun 2014 krisis Ukraina, setelah Putin mencaplok Krimea ke dalam Rusia melalui referendum publik, negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS, menerapkan sanksi terhadap Rusia. Saat itu Rusia dengan tegas mengerahkan pasukan ke Suriah untuk mengambil posisi moral tinggi menyerang kelompok ekstremis yang menjadi musuh bagi seluruh dunia.
Pada tahun 2011, Obama benar-benar menarik pasukan militer AS dari Timur Tengah. Maka terjadilah kekosongan. Maka bagi Putin, langkah ini merupakan langkah yang cukup cerdas. Bagi AS, mungkin terpaksa mempercepat operasi tempur untuk memberantas pasukan "ISIS.".
Tapi sebelum Obama mengakhiri jabatannya, dia memperingatkan: "Kita harus mengingatkan diri kita bahwa kita berada di tim yang sama." Tapi Trump memberi banyak pujian untuk Putin yang menyerang kelompok ekstrimis selama kampanye berlangsung.
Pada bulan Januari tahun ini, Trump mengatakan saat wawancara dengan Fox News yang berbasis di AS: "Jika kita bisa bersama dengan Rusia itu hal yang hebat, itu bagus untuk Rusia, itu bagus untuk kita, kita pergi bersama dan memukul mati 'ISIS'."
Pada bulan April, setelah Trump memerintahkan serangan rudal jelajah skala besar ke bandara militer Suriah, hubungan AS-Rusia dengan cepat memburuk. CNN yang berbasis di AS bahkan menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa Trump dan Putin akan segera berpisah.
Pada bulan Mei lalu, Trump dan Putin melakukan panggilan tilpon yang ke tiga mereka. Pernyataan dari Gedung Putih mengatakan bahwa panggilan telepon ini merupakan kesempatan besar untuk melakukan komunikasi antara kedua pemimpin tersebut. Keduanya membahas pembentukan zona keamanan untuk meringankan krisis kemanusiaan di Suriah. AS akan mengirim seorang wakil untuk menghadiri pertemuan keempat mengenai masalah Suriah yang akan diadakan di Astana, Kazakhstan.
Di medan perang Suriah, Rusia selalu berusaha untuk bekerja sama dengan koalisi kontraterorisme pimpinan AS. Meskipun sikap Trump yang mengubah kebijakan AS terhadap Rusia, Rusia tetap saja tetap bekerja sama dengan AS, terutama dalam proses Astana dan mencapai empat zona de-eskalasi konflik. AS telah mengambil bagian dalam hal ini, dan berdasarkan situasi saat ini, kita semua tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa Rusia akan menghentikan kerjasama dengan menjaga ketertiban di zona eskalasi konflik di Suriah.