Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan Lintas Batas Negara dan Benua-William H. Hinton

17 September 2017   10:25 Diperbarui: 17 September 2017   11:14 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengetahuan pertanian yang dipelajari William H Hinton di Cornell membuatnya menjadi petani asli Amerika. Setelah lulus, ia ingin mengubah dunia degan menerapkan teknologi pertanian yang ia kuasai.

Namun, pada tahun 1943, ia kebetulan membaca buku yang mengubah jalan hidupnya.

Suatu saat tengah malam, William H Hinton membaca sebuah buku berjudul "Red Star over China"  karang Edgar Snow dan menjadi sangat terserap. Dia terjaga sepanjang malam dan praktis menyelesaikan buku tanpa putus. Dia berkata dengan penuh semangat, "Beberapa perang adalah untuk keadilan dan layak untuk didukung." "Aku harus pergi ke Tiongkok!"

Keesokan harinya, dia langsung mendaftarkan diri untuk menjadi tentara di situs wajib militer Amerika. Namun, mimpinya digagalkan oleh selembar kertas. Menurut laporan pemeriksaan medis, ia menderita penyakit telinga. Permohonannya untuk pendaftaran ditolak.

William H Hinton berpikir, "Apakah saya tidak akan pernah sampai ke Tiongkok?" "Tidak mungkin." Tapi dia tidak pernah melepaskan keyakinannya. Pada tahun 1945, William H Hinton akhirnya menemukan jalan untuk mewujudkan mimpinya untuk pergi ke Tiongkok sebagai analis dari United States Office of War Information.

Tak lama kemudian, dia diperintahkan ke Chongqing untuk suatu misi. Di Chingqing, William H Hinton sering melihat kerumunan pengemis dan mobil yang ramai lalu lalang, yang duduk di dalamnya adalah perwira Angkatan Darat KMT (Kuo Ming Tang pemerintahan Tiongkok saat itu), terus-menerus melewati para pengemis. Timbul dalam pikirannya, dimana harapan Tiongkok yang dilanda bencana ini?

Menjelang berakhirnya perang melawan Jepang, Chiang Kai-shek tiba-tiba mengirim undangan ke Mao Zedong, dan mengundangnya untuk datang ke Chongqing untuk melakukan negosiasi. Pada saat itu, KMT belum siap, karena tidak mengerahkan pasukannya sepenuhnya, karena mereka berada di Tiongkok Barat Daya.

Apakah Mao Zedong akan datang? Menjadi berita hangat yang banyak di bahas di seuruh kota. Pada 28 Agustus, William H Hinton menerima pemberitahuan bahwa wawancara pers yang signifikan akan dilakukan. William H Hinton langsung ke Bandara Jiulongpo.

Ternyata sudah banyak sekali orang yang menunggu dengan cemas dan tiba lebih awal. Tak lama kemudian suara mesin pesawat menderu di udara, dan pesawat turun pelahan dan berhenti. Orang-orang secara spontan berlarian mendekat peswat. William H Hinton dengan cepat  bergegas ke depan untuk mencari posisi yang paling baik untuk membidik kameranya.

Mao Zedong begitu turun dari pesawat melambai sambil tersenyum ke arah kerumunan orang. Moment itu telah difoto William H Hinton.

Pada 2 September, William H Hinton pergi ke Kantor Tentara Merah Eight Road (Ba Lu) di Chognqing untuk suatu wawancara khusus dan unik untuk mewawancari Mao Zedong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun