3 September 2015, dalam rangka memperingati ulang tahun ke-70 Kemenangan Perlawanan Rakyat Tiongkok dan Dunia dalam Perang Anti Fisism, dan ketika itu juga diperagakan dalam parade militer rudal-rudal buatan Tiongkok dan rudal Dongfeng yang merupakan “Perisai Dunia” dari Tiongkok yang mempunyai sejarah 55 tahun.
Berikut ini akan dikisahkan suka duka yang dipenuhi dengan cinta dan pengorbanan, serta lebih lagi, sebuah saga yang dihasilkan dari hati, jiwa, dan kehidupan....
Untuk kisah ini, kita coba kembali pada kerangka waktu dari 5 Nopember 1960, rudal jarak pendek DF-1 yang meniru dari rudal Soviet berhasil meluncur 7 menit 37 detik, meluncur lebih dari 550 km dan tepat menghantam sasaran. Rentang jarak ini melampaui rudal Soviet yang ditiru. (baca: Kisah Lahirnya Rudal DF-1 Tiongkok)
Namun tampaknya orang Tiongkok tidak pernah puas dengan hanya bisa meniru. Atas nama CPC Komite Sentral, Nie Rongzhen memerintahkan untuk pelaksanaan sebuah misi, yang meminta secara mandiri mengembangkan rudal jarak jauh.
Wei Faren (威发轫) mantan wakil rektor Akademi No.5 Kemeterian Pertahan Nasional Tiongkok dan kini sebagai Kepala Designer Pesawat Luar Angkasa Berawak, menuturkan: Rudal tiruan ini terbangnya terlalu pendek haya 400-500 km. Jarak itu masih sangat kurang jauh bagi misi yang akan kita wujudkan. Maka kita memutuskan untuk secara mandiri mengembangkan rudal jarak jauh yang dinamai DF-2.
Proyek DF-2
Sejak adanya perintah atas proyek DF-2 yang dimasukan ke dalam agenda. Menurut skema rancangan, proyek ini akan mejadi rudal permukaan-ke-pemukaan jarak pendek hingga menengah dengan rentang dua kali lipat dari DF-1.
Qian Xuesen sebagai kepala designer, mengatakan kepada para desinger bahwa meniru dan merancang sendiri/mandiri sama sekali berbeda. Untuk meniru, masalah teknis utama, selanjutnya hanya mengikuti aturan dan prosedur yang sudah ditetapkan. Tapi situasinya berbeda dengan perancangan mandiri. Banyak masalah akan timbul, yang massing-masing perlu ditangani sendiri.
Masalahnya ternyata memang benar segera muncul, tidak secara teknis. Dari tahun 1960 sampai 1961, Tiongkok dilanda krisis kekuarangan makanan, yang mempengaruhi seluruh bidang dalam negerinya. Mal-nutrusi menghantui para peneliti proyek rudal dan para prajurit di basis eksprimen ini.
Tao Jiaju mantan sekretaris Qian Xuesen menceritakan: Wakil Perdana Menteri Nie Rongzhen menjadi cemas dan khawatir serta mengeritik lembaga penelitian ini, dengan mengatakan: “Kalian harus bertanggung jawab, jika orang-orang ini menderita karena masalah kesehatan.” Untuk memastikan para peneliti yang berada di garis depan ini tidak kelaparan, Nie Rongzhen menelpon semua pimpinan wilayah militer atas namanya sendiri, yang memerintahkan mereka untuk menyumbangkan satu paket makanan non-pokok kepada peneliti rudal dan bom atom.