Namun bagi rakyat Rusia dan di jalan-jalan Moskow orang-orang tetap tenang dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini. Mereka merasa tidak melihat ada sesuatu yang tidak biasa saat ini, walaupun bagi sebagian keluarga dengan anggota keluarga yang lebih besar mungkin merasa beban meningkat. Tapi mereka melihat situasi politik domestik masih stabil, memang keuangan sedang melemah, tapi itu tidak terlalu terlihat, jadi tampaknya situasi ekonomi masih dalam kontrol.
Sejak awal milenium baru, Rusia telah melakukan upaya-upaya besar dalam mempromosikan “diplomasi elang berkepala dua/double-headed eagle diplomacy”-nya terhadap Timur maupun Barat, dan melakukan perubahan sesuai kebutuhan. Terutama karena Krisis Ukraina, dan menghadapi serangkaian sanksi ekonomi Barat, telah cenderung lebih bersandar ke arah Timur.
Pada 31 Desember 2015, Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani versi baru “Strategi Keamanan nasional Rusia hinga tahun 2020” Niali-nilai straegi keamanan baru ini untuk memperkuat kerjasama dengan organisasi-organisasi multilateral. Strtegi ini telah menujukkan bahwa Rusia sedang mengembangkan ruang untuk kerjasama antar negara dalam kerangka organisasi BRICS, SCO, APEC dan G20.
Tetapi beberapa cendikia Rusia juga menekankan bahwa “Menuju ke Timur” tidak mungkin hanya sekedar menjadi “bandage/plester” untuk memperbaiki atau menambal keretakan antara Rusia dan Barat.
“Sueddeutsche Zeitung” harian Jerman percaya Rusia bahkan jika misalnya mereka tidak memiliki ambisi geopolitikpun, masih memiliki alasan untuk poros menuju ke Asia, karena Moskow perlu diversisifikasi sistem kliennya sendiri. Bisa dikatakan bahwa ini adalah pilihan yang diperlukan untuk diplomasi “elang kepala dua” Rusia dengan harapan untuk melayani baik Timur dan Barat.
Analis melihat Poros Menuju ke Timur Rusia bukanlah hanya dilakukan sesekali atau rencana untuk semalam. Sebenarnya, sebelum krisis Ukraina, Rusia telah benar-benar merasa bahwa kawasan Asia-Pasifik akan menjadi mesin pertumbuhan global, sehingga seluruh Asia-Pasifik akan menjadi tempat yang penting bagi fokus kekuatan internasional untuk begeser ke arah ini.
Maka sejak awal sudah mulai mempromosikan strategi semcam ini untuk menuju ke timur, dan secara politik memperkuat kerjasama dengan negara-negara Asia-Pasifik, termasuk dengan Tiongkok, India, Vietnam, Jepang, Indonesia dan banyak lagi. Pada saat yang sama, kerjasama dalam ekonomi, menjadi tuan rumah Konferensi APEC di Vladivostok dalam upaya untuk menunjukkan peran yang dimainkan dalam kerjasama dengan semua negara-negara Asia-Pasifik.
Sejauh dalam pelaksanaannya, Rusia telah memperkuat kerjasama ekonomi dengan negara-negara termasuk Tiongkok, Vietnam, India dan ROK.
Rusia dan Tiongkok selalu menjadi mitra dagang penting bagi satu sama lain. Selama lima tahun berturut-turut, Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar dengan Rusia, dan Rsuia telah mejadi mitra dagang ke-9 terbesar Tiongkok. Sepuluh tahun terakhir telah menjadi periode terpanjang pertumbuhan perdagangan bilateral terus berlangsung dalam sejarah hubungan Sino-Rusia, dengan aktifitas perdagangan dengan frekuensi tinggi, total perdagangan terbesar, dan pertumbuhan perdagangan tercepat.