Seorang analis Irak, Hasim mengatakan : “Saya percaya setidaknya pada tahap ini, kemungkinannya sangat rendah bahwa Rusia akan melancarakan serangan udara di Irak, kecuali dalam situasi yang sangat jelas mengancam, karena Irak masih tidak ingin kehilangan dukungan AS. Jika AS setuju Rusia untuk melancarkan serangan udara di Irak, maka tentu saja akan setuju.”
Selain itu, dengan adanya tujuan Rusia dengan menggunakan kekuatan untuk melakukan diskusi dengan cepat-cepat, untuk mendorong majunya perundingan politik perdamaian di Syria. Maka jika masalahnya akan menjadi rumit mungkin tidak akan menjadi pilihan bagi Rusia.
Bahkan jika Irak ingin mengundang Rusia untuk melakukan serangan udara di Irak, pertama-tama, Rusia harus mempertimbangkan apakah memang mau atau tidak memperluas operasi seranganan udara dari Syria ke Irak. Hal kedua, apakah memang berkemapuan atau tidak untuk memperluas serangan udara dari Syria ke Irak. Maka yang perlu diamati lebih dekat pada potensi perubahan siatuasi. Banyak pengamat dan analis yang cendrung berpendapat itu tidak mungkin bagi Rusia untuk memperluas serangan ke Irak.
Kini Rusia telah maju melakukan operasi militer di Syria, dan telah memperkuat posisi militer al-Assad. Dalam Pertemuan Para Menlu negara-negara yang berkaitan dengan masalah Syria pada 30 Oktober, semua setuju untuk memperbaharui proses politik Syria, namun gagal mencapai konsensus apakah al-Assad harus tetap berkuasa atau lengser.
Negara-negara Eropa, AS dan Turki awalnya bersikeras bahwa al-Assad harus mundur, tapi dihadapkan dengan realitas pertempuran, sikap mereka menjadi lebih kendor, dan mereka sepakat bahwa al-Assad akan boleh terus memerintah untuk masa transisi enam bulan sebelum mengundurkan diri. Sebaliknya Rusia dan Iran selalu mendukung pemerintahan al-Assad.
Alasan Rusia Pendukung Kuat Bashar al-Assad Syria
Presiden Rusia Vladimir Putin selalu menjadi pendukung yang paling penting dari Presiden al-Assad. Dan dalam 40 tahun terakhir ini, Rusia dan Syria telah mempertahankan kemitraan yang erat.
Pelabuhan Tartus di Syria merupakan satu-satunya pangkalan AL Rusia yang ada di Timteng. Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah menggunakan hak vetonya di PBB untuk mencegah beberapa resolusi PBB yang mengencam Syria, dan terus memasok senjata kepada pemerintah Syria. Selama tahun-tahun terkahir ini, setelah militer Syria mengalami beberapa kali kekalahan pertempuran dengan pasukan oposisi dan ISIS, Putin memutuskan untuk intervensi.
Pada bulan September tahun ini, skuadron besar jet tempur, helikopter bersenjata, tank, sistem pertahanan udara, dan ratusan perwira laut dan tentara tiba di pangkalan militer di kota pelabuhan Latakia, Syria.
Setelah pemerintahan al-Assad di perkuat, Rusia kini mulai bergeser untuk lebih menuju penyelesaikan melalui resolusi politik, dan situasi Timteng tidak akan pernah ada satu kekuatan utama yang bisa menguasai semua seperti apa yang banyak dibicarakan para analis. Dalam resolusi politik di masa depan bagaimanapun tetap akan ada tempat untuk al-Assad dan Rusia.
Dan Iran juga merupakan sekutu dekat Presiden al-Assad, Iran dan Syria keduanya negaranya diperintah oleh faksi Syiah. Setiap tahun, Iran memberi bantuan keuangan kepada pemerintah Syria miliyaran USD dan juga mengirim konsultan militer, senjata yang dijual murah, dan memberi kredit keuangan.