Upaya Modi Dengan Berkunjung Ke Tiongkok
Kunjungan Modi ke Tiongkok merupakan upaya antara kedua negara ini untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang medis, pertanian, dan industri IT untuk mengurangi defisit perdagangan. Dengan tujuan meningkatkan jumlah investasi di industri jasa, dengan menekankan pada IT, farmasi, tekstil, produk pertanian dan pariwisata dan meningkatkan ekspor ke Tiongkok dalam rangka mengurangi defisit perdagangan yang sedang terjadi.
Dari perspektif India, kunjungan ke Tiongkok memiliki dua ide, bagaimana untuk mengubah ketidak seimbangan perdagangan antara kedua negara itu. Salah satunya untuk memperluas ekspor ke Tiongkok. Jika ingin mengembangkan ekspor ke Tiongkok, pengamat melihat bahwa tidak banyak potensi dalam struktur perdagangan India-Tiongkok. Produk India yang lebih bisa menguntungkan terutama medis, serta beberapa perangkat lunak, serta produk layanan jasa.
Untuk hal tersebut ini India memiliki keunggulan, tapi tidak cukup untuk membuat bisa menyeimbangkan defisit perdagangan yang besar dengan Tiongkok. Jika coba membatasi impor Tiongkok ke India dengan perangkat peraturan dampaknya akan merusak hubungan persahabatan kedua negara.
Tapi setelah bertahun-tahun berlalu, keduanya telah terbiasakan satu sama lain. Kedua negara telah mencapai kesamaan. Sehingga ketika menangani hubungan perdagangan, mereka bisa fokus pada hubungan perdagangan saja. Kedua belah pihak rupanya menyadari bahwa hal tersebut harus ditangani secara komprehensif, perspektif ekonomi dan perspektif kerjasama.
Perspektif perdagangan yang dimaksud adalah kedua pihak dapat mencapai penyeimbangan perdagangan secara langsung, dengan menggunakan investasi. India kebetulan memiliki rencana untuk investasi infrastruktur dengan skala besar. Dalam beberapa tahun terakhir ini antara Tiongkok dan India telah melakukan banyak eksplorasi dalam mendorong perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi di India. Hal ini menjadi metode untuk menyelesaikan ketidak seimbangan perdagangan yang juga dapat mencapai pembangunan berkelanjutan di India. Demikian juga dengan Tiongkok, mengembangkan pasar luar negeri untuk perusahaan Tiongkok juga sangat penting.
Investasi menjadi puncak perhatian dari kerjasama ekonomi India-Tiongkok di zaman baru ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini India menjadi pasar penting bagi Tiongkok. Meskipun pemerintah India telah melarang impor peralatan telekomunikasi dari perusahaan Tiongkok dengan alasan keamanan nasional. India masih disebut “pasar strategis yang penting” oleh Huawei dan ZTE Corporation.
Pasar India memiliki potensi yang sangat besar, yang membuat Huawei dan ZTE tertarik untuk bernegosiasi dengan India, dan terlibat dalam kerjasama ekonomi lebih lanjut.
Modi sejak menjabat PM, sangat jelas menyatakan harapannya agar perusahaan Tiongkok lebih mau berinvestasi di India, karena ia menginginkan mengembangkan infrastruktur, dan ia membutuhkan sejumlah dana. Seperti banyak diketahui bahwa situasi investasi di India memiliki ketidak sempurnaan yang masih perlu ditingkatkan, bahkan kadang-kadang perusahaan india semdiri tidak bersedia untuk berinvestasi di negaranya sendiri.
Jadi dalam situasi seperti ini, Modi telah melihat kenyataan bahwa Tiongkok berupaya mengekspor perusahaan Tiongkok dan mengekspor modal. India, khususnya pemerintahan Modi percaya bahwa ini adalah prospek yang sangat menarik, sehingga berharap investor Tiongkok mau datang ke India.
Kerata api (KA) merupakan sektor lain dalam kerjasama Sino-India. Selama bertahun-tahun, kereta api India selalu kekurangan dana, dan sebagian besar kereta api India sangat lambat tapi penuh penumpang. KA India kecepatannya rendah, setiap hari membawa lebih dari 23 juta penumpang. KA tercepat dari New Delhi ke Kolkota dengan kecepatan hanya 87,7 km per jam, yang menyebabkan tekanan bagi penumpang KA utama India.
“Kita akan berusaha untuk membuat perjalanan dengan KA India menjadi nyaman dengan berbagai campuran metode” suatu kali Modi pernah menjanjikan dalam kampanye pemilu Mei tahun lalu (2014). Bahwa Modi akan mendedikasikan diri untuk mengubah situasi KA saat ini, dan mengusulkan “Diamond Quadrilateral” proyek KA kecepatan tinggi mulai dari Delhi, ke barat menuju Bombay, ke selatan menuju Chenani, dan ke timur menuju Kolkota. Golden Quadrilaterial dengan toal panjang 3,633 mil = 5846, 7 km yang menghubungkan 4 kota terpadat di India.
Kebetulan sekali Tiongkok memiliki keunggulan yang sudah nyata untuk mengambil bagian dalam pembangunan KA kecepatan tinggi di India. Hingga tahun 2013, total panjang KA kecepatan tinggi Tiongkok telah melampaui 10.000 km hingga 12.000 km. Tiongkok adalah negara yang memiliki dan mengoperasikan KA kecepatan tinggi dengan rentang terpanjang di dunia dengan skala kontruksi terbesar.
Selain itu biaya kontruksi KA kecepatan tinggi Tiongkok hanya US$ 33 juta per kilometer, jadi hampir setengah biaya dari saingan luar negri lainnya yang seharga US$ 50 juta per kilometer. Kecepatan KA Tiongkok juga lebih cepat dari saingannya luar negeri dan bahkan untuk beberapa dua kali lipat lebih cepat.
Menurut laporan dari media India, Tiongkok dan India sudah sepakat untuk mempercepat pelaksanaan proyek KA kecepatan tinggi dari Chennai – Bangalore.
Tampaknya kerjasama KA benar-benar telah menjadi bidang negosiasi India-Tiongkok dalam beberapa tahun terkahir ini. Beberapa kemajuan telah tercapai, bahkan permintaan utama India kepada Tiongkok adalah untuk fokus pada percepatan sistem KA saat ini.
Selain itu, India terutama menginginkan melatih teknisinya di daerah-daerah untuk mereka. Dan sudah ada teknisi perkereta-apian India yang telah ikut pelatihan di Tiongkok. Tiongkok juga membantu meningkatkan dan memperluas beberapa stasiun KA India.
India juga berencana untuk mengembangkan KA kecepatan tinggi, dan India telah resmi mendapat bantuan dari salah satu perusahaan KA Tiongkok untuk penelitian KA kecepatan tinggi yang membentang dari Delhi ke kota selatan – Chennai sepanjang lebih dari 1.700 km. Dan Tiongkok benar-benar terlihat membantu mereka untuk proyek tersebut.
Disamping itu, pemerintah Modi juga memutuskan untuk mengalokasikan 70 miliar rupee = US$ 1,0913 (1 rupee = US$ 0,0156) hibah khusus untuk membuat 100 “smart cities” (Kota Pintar) di India, dan mengalokasikan perumahan sewa rendah (rusunnawa), serta membekali semua rumah tersebut dengn fasilitas sanitasi dalam lima tahun.
Perkiraan dalam lima tahun ke depan, investasi India pada infrastruktur akan mencapai US$ 1 triliun. Beberapa analisis percaya bahwa dari tahap pengembangan dan sifat-sifat pasar yang unik, Tiongkok akan menjadi “mitra yang paling ideal” untuk menarik dana dan teknologi untuk mereka.
Manoranjan Mohanty, *1 mengatakan : “Disini Tiongkok dapat berinvestasi, Tiongkok bisa datang untuk membantu India dalam program “Make in India”. Ada dua hal penting : satu, ketika PM Modi ke AS, Kanada, Australia dan negara lainnya, dan baru-baru ini ke Prancis, kepada negara –negara ini ia meminta modal. Tapi kali ini, Tiongkok memiliki kapasitas memberikan modal jauh lebih banyak dari negara-negara lain. Oleh karena itu, kami berharap dalam program “Make in India”, Tiongkok bisa menjadi sumber modal dan teknologi, dalam pembangunan infrastruktur khususnya, ada sebuah studi, koridor ekonomi Delhi-Chennai, taman industri dan lainnya, dan beberapa proyek yang akan datang. jadi dalam hal ini saya pikir penting.”
Aspek lain, ada potensi yang meningkat setiap hari untuk sistem kerjasama ekonomi dan perdagangan. Selain dari mekanisme seperti organisasi BRISC, dan Bank Pembangunan BRICS, ada juga Inisiatif “ One Belt and One Road” dan AIIB.
Dengan adanya permintaan India yang sangat besar untuk infrastruktur dan investasi, ini semua memberi kesempatan untuk mencapai kerjasama yang saling menguntungkan, antara Tiongkok dan India.
Pada prinsipnya, perusahaan Tiongkok akan dapat melakukan investasi dalam lingkup besar di pasar India, dan akan menerima keuntungan. Untuk pasar India, dengan adanya partisipasi dari perusahaan Tiongkok, maka pasar akan meningkat lebih tinggi yang juga bermanfaat untuk pembangunan ekonomi India.
Banyak analisis percaya dengan adanya hubungan baik ekonomi dan perdagangan ini akan memainkan peran penting dalam menstabilkan hubungan mereka. Melalui interaksi ekonomi dan perdagangan dapat meningkatkan komunikasi mereka, dengan kedua sisi banyak berkomunikasi akan memperkuat pemahaman antara mereka.
Dari perspektif lain, pada kenyataanya jika kerjasama ekonomi dan perdagangan serta saling berinvestasi dapat meningkat, maka akan terjadi saling ketergantungan antara Tiongkok dan India, dan saling ketergantungan ini akan menciptakan lingkungan yang baik untuk mengatasi perbedaaan-perbedaan antar mereka dalam menyelesaikan sengketa perbatasan Sino-India di masa depan.
Perlu disadari bahwa penggabungan polulasi India dan Tiongkok adalah sepertiga dari populasi dunia, jika Indonesia dengan populasi 250 juta bisa bergabung dan maju bersama dengan mereka, maka akan mencakup hampir setengah populasi dunia.
Banyak analisis mengatakan, India dan Tingkok bekerjasama tidak hanya akan menguntungkan 2,5 miliar orang, juga akan mendorong kerjasama terpadu negara-negara tetangga, dan sangat mempengaruhi masa depan Asia.
Mahatma Gandhi pernah berkata : “Tiongkok dan India adalah negara-negara di jalan yang sama, yang harus bekerja sama dan menghadapi hal dengan bergandengan tangan.”
Seperti apa yang pernah dikatakan Deng Xiaoping bapak pembangunan Tiongkok, “The True Era Asia “ (Era Asia yang sesungguhnya) tidak akan terjadi sampai Tiongkok , India, dan negara-nagra tetangga lainnya berkembang”.
Mudah-mudahan pada pemerintahan Jokowi dengan slogan “Indonesia Baru” ini bisa terlepas dari rongrongan dari kelompok status quo, penjual Nusa dan Bangsa (koruptor dan penghianat bangsa) yang bertubi-tubi ini, seluruh rakyat bersatu padu untuk kepentingan pembangunan NKRI untuk menuju keadilan sosial dan kemakmuran bersama bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan bekerjasama dengan luar negeri yang akan membawa keuntungan bagi semua pihak. Dan dapat mengikuti derap langkah “Era Asia” pada abad ke-21 ini.
(Habis)
*1 Manoranjan Mohanty, Mantan Ketua dan Anggota Kehormatan dari Intitute Studi Tiongkok, dan Editor Perubahan Sosial dan Mantan Editor Laporan Tiongkok (Former Chairperson and Honorary Fellow, Institute of Chinese Studies, He is Editor of Social Change and a former Editor of China Report)
Sumber : Media TV & Tulisan Luar Negeri
http://www.bbc.com/news/world-asia-china-32730803
http://www.icsin.org/faculty/show/29
http://en.cpaffc.org.cn/content/details38-407.html
http://www.wsj.com/articles/indian-prime-minister-narendra-modi-visits-china-1431663449
http://www.nytimes.com/2015/05/15/world/asia/india-china-narendra-modi-xi-jinping-xian.html?_r=0
http://www.businessspectator.com.au/news/2015/5/15/china/modi-visits-china-boost-trade-ties
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H