Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

AIIB Membuat AS Bimbang dan Galau (2)

19 April 2015   13:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan Untuk Bergabung AIIB

AIIB adalah organisasi antar-pemerintah atau pembangunan multilateral, terutama ditujukan untuk memberikan dukungan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di Asia. Atau sederhananya dengan kata lain Bank yang dibentuk dari investasi oleh banyak negara dan didedikasikan untuk menyediakan pinjaman untuk membangun jembatan dan jalan, serta membangun infrastruktur di negara-negara yang membutuhkan layanan ini.

Jin Linqun (金立), Sekretaris Interin Multilateral AIIB, mengatakan : “Kita perlu membangun plaform yang didedikasikan untuk pembiayaan infrastruktur, maka untuk itu sepenuhnya menggunakan cadangan devisa yang melimpah di wilayah tersebut. AIIB akan bekerjasama dengan bank-bank pembangunan multilateral untuk coba menggali dari departemen swasta dan mempromisikan infrastruktur di Asia.

Lebih lanjut Linqun mengatakan “Jika anda ingin mendapatkan bayaran (duit), pertama harus membuka jalanan” kalimat ini merupakan salah satu pengalaman Tiongkok dengan kebijakan Keterbukaan dan Melakukan Gerakan Reformasi. Pelajaran ini masih bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara tetangga Tiongkok. Tapi masalahnya siapa yang akan membayar untuk membuka jalanan ? Disinilah maka AIIB datang.

Zhu Min (朱民) Deputy Managing Director of IMF, memberi komentar : “Dalam situasi pertumbuhan ekonomi global yang lemah, adanya kekurangan pendanaan untuk infrastruktur di seluruh dunia, dengan menurunnya suku produksi tenaga kerja. Maka dengan dasar atau pondasi ini, penampilan AIIB menjadi hal yang fantastis untuk investasi infrastruktur di Asia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Asia. Ini merupakan waktu yang tepat.

Sebagai sebuah organisasi pembangunan antar pemerintah, multilateral, AIIB seolah seperti “bank darah” raksasa yang menyediakan “barisan belakang yang kuat” di semua negara Asia. Dan ini menjadi hal yang sangat penting bagi negara-negara sedang berkembang yang bergabung dengan AIIB.

Seperti Nepal sedang sangat mendesak membutuhkan bentuk penyedia dana semacam ini. Wakil Kepala Departemen Penenelitian ‘Restra Bank Nepal’ mengungkapkan : “Jika kita ingin dihapus dari daftar negara paling tidak maju di dunia hingga 2020, kita harus mengubah infrastruktur kita, tetapi pemerintah tidak memiliki uang.”

Meskipun Tiongkok telah meluncurkan semua jenis model untuk kerjasama bisnis swasta-pemerintah, dan berharap untuk menarik partisipasi dan investasi modal sosial , tetapi hasilnya masih kurang. Pada pokoknya, pembangunan infrastruktur membutuhkan investasi yang besar selama jangka waktu yang panjang, dengan laba yang sedikit atas investasinya.  Justru AIIB dapat meringankan bottleneck dari modal yang kita tanamkan. Katanya lebih lanjut.

Kata-kata ini bisa dikatakan mencerminkan pendapat sebenarnya dari banyak “mitra” dari AIIB.

Wakil Direktur Departemen Bidang anggaran Kamboja, mengungkapkan bahwa Kamboja saat ini sedang bekerja keras untuk mencapai tujuan menjadi negara berpenghasilan menengah pada tahun 2050. Tapi itu memerlukan dana banyak untuk membangun infrastruktur, dana yang dibutuhkan melebihi US$ 3 juta untuk membangun rel kereta api saja. Dimana meraka harus mencari dana begitu besar? Munculnya AIIB akan menyelesaikan isu-isu mendesak tersebut.

Zhao Lei (赵磊),  Secretary-General of the Asia-Pacific Research Center of the Central Party School, mengatakan tujuan dari AIIB adalah dengan menggunakan interkoneksi dan interworking untuk mencapai kerjasama yang saling menguntungkan. Latar belakang dari proposal mungkin karena ada permintaan, sedang permintaan itu raksasa. Karena saat ini untuk negara-negara Asia, banyak dari mereka tidak sanggup membayar untuk infrastruktur. Banyak negara yang kekurangan memiliki jalanan, air, listrik dan telekomunikasi, sehingga mereka kekurangan sumber daya dan elemen yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi. Maka pembentukkan AIIB akan memenuhi tuntutan dan harapan seperti yang dimiliki Tiongkok.

Pada 2 Oktober 2013, Presiden Tiongkok, Xi Jinping mengusulkan AIIB selama pertemuannya dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yodoyono. Pada 24 Oktober 2014, dengan Tiongkok sebagai Kepala, 21 negara Asia secara resmi menandatangani “MoU untuk AIIB” di Beijing. Pada saat itu pemerintah Tiongkok mengirim undangan ke berbagai negara, tetapi banyak negara-negara Barat menyatakan sikap seolah berada diluar pagar dan masih meragukan.

Pada awal Maret 2015, Tiongkok memperpanjang batas waktu pedaftaran untuk mandat sebagai pendiri AIIB hingga 31 Maret 2015, dan pada saat itulah beberapa negara tidak bisa diam saja lagi. Pada 31 Maret 2015, sejumlah 51 negara yang berniat menjadi pendiri AIIB. Semua negara “pendatang baru” yang berniat menjadi pendiri AIIB ini jelas melihat peluang bisnis yang sangat besar dari pembentukan AIIB.

Sylvie Matery, Senior Reseach Fellow di French Institute of International and Strategic Affair, mengatakan : “Asia adalah mitra yang diperlukan bagi Prancis. Ini bagus, tidak hanya bagi cabang perusahaan-perusahaan yang telah didirikan di Asia, juga membuka pasar untuk produk Prancis di Asia.”

Begitulah pendapat mereka, mengapa harus terlibat, jika bukan untuk mendapat keuntungan? Untuk negara-negara di Eopa, AIIB merupakan platform untuk berbagi manfaat dari pembangunan ekonomi di Asia.

Menurut proyeksi tahun 2012 versi “Infrastructure for Asian Connectivity” laporan yang dirilis oleh ADB Institute, antara 2010 dan 2020, kawasan Asia akan membutuhkan dana investasi dalam infrastruktur lebih dari US$ 8 trilliun untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seperti saat ini. Keadaan ini jelas sekali bagi setiap negara (Barat) ini adalah “kue” besar untuk ikut mengambil sepotong.

Carlo Bastasin, Prof. Of European Economic at LUISS, mengatakan : “saya percaya prospek AIIB akan sangat luas, dan Tiongkok harus memainkan peran utama dalam AIIB untuk menjamin skala investasi. Saya pikir keputusan Italia untuk bergabung dengan AIIB benar. Karena AIIB adalah satu bentuk yang diperlukan untuk diajak bekerjasama, dan jumlah investasi yang bisa dilakukan di Asia sangat besar.”

Bahkan lebih penting lagi, Eropa memiliki permintaan untuk investasi. Meskipun itu akan sangat sulit untuk mengalokasikannya, karena keadaan ekonomi Eropa sementara ini masih terbebani. Namun Eropa tidaklah benar-benar kekurangan modal, Jean-Claude Junker, presiden Komisi Eropa yang terpilih tahun lalu (2014) telah mengusulkan rencana investasi Euro 300 milliar untuk me-revitalisasi perekonomian.

Dengan keadaan pemulihan ekonomi global yang masih belum pulih. Asia menjadi wilayah yang paling aktif perkembangannya di dunia, menjadi suatu “mesin/motor” penting yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di dunia. Oleh karena itu, dengan Eropa bergabung dalam pembangunan multilateral yang baru muncul dan berinvestasi di wilayah yang sangat hidup ini, jelas bagi Eropa untuk berusaha ikut mencari keuntungan di wilayah ini.

Zhang Monan (张茉楠 / fellow of the China Information Center, a fellow of the China Foundation for International Studies, and a researcher at the China Macroeconomic Research Platform), juga seorang wanita peneliti pada Researcher at the China Center for International Economic Exchanges memberi komentar : Tidak perduli mereka yang dari negara sedang berkembang atau negara-negara maju, mengapa mereka bersedia untuk bergabung dengan AIIB, karena mereka menghargai prospek dari pengembangan masa depan AIIB, dan perubahan baru dari AIIB akan memiliki tatanan internasional.

Sering kali kelahiran dari hal-hal baru selalu disertai dengan fitnah dan kecurigaan, tidak kecuali juga dengan AIIB. Sebagian orang ada yang menyatakan AIIB akan menggantikan Bank Dunia, strukturnya tidak jelas, organisasinya tidak standar, atau itu meruapakan “politik uang” Tiongkok. Namun dalam hanya dalam satu atau satu setengah tahun, dari sebuah proposal menjadi kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya mendirikan AIIB.

Dan bagaimana sekutu AS yang bergabung dengan AIIB dalam menyingkirkan keraguan mereka ? Apakah mereka benar-benar mengambil resiko menyinggung AS untuk mendukung AIIB ?

( Bersambung .................)

Sumber dan Referensi : Media TV dan Tulisan Dalam & Luar Negeri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun