Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perang Dingin Tersamar AS >< Tiongkok ( 2 )

20 Maret 2012   15:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Kemampuan Rudal DF-21D dalam menghancurkan Kapal Perang Lawan"][/caption]

Memang masa-masa kekuatan laut Tiongkok masih belum tiba, kini hanya bisa menangkal kekuasaan laut AS disepanjang garis pantai dekat wilayah daratnya saja. Diluar itu masih menjadi dominasi AS. Kini Tiongkok kelihatannya baru bisa melepaskan kenkangan AS disepanjang lepas pantainya sepanjang wilayah daratnya. Namun saatnya pasti akan tiba, dimana perlindungan jauh terhadap lepas pantainya dapat terlaksana.

Kini Tiongkok memerlukan senjata yang effektif untuk tujuan diatas, dan peran Rudal anti kapal ‘DF-21D’ jika memang benar seperti apa yang diperkirakan para pakar,  maka ini akan menjadi senjata yang sangat sesuai. Lautan Pasifik sepertinya akan menjadi ajang perlombaan persenjataan, hanya kini yang akan menjadi saingan AS bukan Uni-Soviet, tapi Tiongkok. Sekarang baru pada taraf mula, dengan jalannya waktu maka Russia, Jepang, Korut dan Korsel akan menyusul.

AS dan Tiongkok walaupun kemungkinannya akan menjadi rival, dan keduanya sedang saling berlomba untuk memperkembangkan alat mliliternya, namun saling tidak mau menunjukkan dan mengungkapkan maksud dari konfrontasi tersebut secara terus terang. Tiongkok secara konsisten menegaskan bahwa pembangunan AL nya hanya untuk melindungi teritorial lautnya. Dan Deputi Menteri Pertahanan AS baru-baru ini juga dengan jelas menekankan Bahwa AS tidak menganggap Tiongkok sebagai saingannya, sama sekali tidak bermaksud menghantam Tiongkok. Tapi kapal induk AS sering berlalu lalang membawa gugus tempurnya pulang balik dari Pasifik Barat ke AS. Tiongkok rupanya selalu mengamati dengan cermat pergerakan ini. Kapal perang anyar AS selalu mengadakan operasi pelayaran perdananya ke Pasifik, sehingga menyebabkan selalu menjadi kontes AL di Pasifik Barat, seakan-akan menunjukkan suatu Perang Dingin, tapi yang samar dan halus.

Namun perlombaan senjata di Pasifik antara AS dan Tiongkok masih belum terhitung menghebat. Ketika AS membangun kapal induk terbarunya yang canggih, juga disusul mulai membangun kapal induk serupa yang kedua. Untuk mengimbangi ini Tiongkok mulai mengembangkan rudal anti kapal terbarunya. AS jauh hari sudah mengembangkan pesawat tanpa awak (UAV) yang dapat lepas landas dari kapal induk, dan dapat beroperasi jarak jauh . Tiongkok ketika itu juga merespon dengan mengembangkan sistim pertahanan udara dan peralatan perang elektronik untuk menangkal semua serangan pesawat. Bersamaan dengan ini Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok mengembangkan rudal anti kapal induk. Pendek kata kedua pihak sepertinya saling berkonfrontasi.

Jika dilihat dari pengalaman AS seusai P.D.II, tidak sulit untuk ditebak, mengapa AS perlu untuk mengembangkan suatu AL yang kuat, karena pengalaman yang  lalu kapal induk memegang peranan yang sangat penting dalam banyak pertempuran. Selama P.D. II, sebagian besar pertempuran perebutan pulau selalu melibatkan AL secara aktif. Sedang pertempuran dimasa depan untuk perebutan pulau di Pasifik Barat dianggap merupakan topik yang lebih realistis. Barat memprediksi bahwa pendaratan pasukan Tiongkok di pantai Taiwan adalah suatu yang sangat mungkin  dilakukan menurut perkiraan mereka untuk beberapa dekade yang lalu. Selain itu Barat memperkirakan antara Tiongkok dan Jepang suatu waktu akan terjadi perang perebutan pulau dilaut timur. Sedang di Laut Tiongkok Selatan kepemilikan Kepulauan Nansha ( Kepulauan Spartley dan Paracel ) akan menjadi ajang pertikaian, yang sebagian diklaim oleh Vietnam dan Philipina. Walaupun sementara ini di Laut Tiongkok Selatan ini masih belum akan ada peperangan, tapi insiden dan bentrok kecil akan sering terjadi. Jika kini Vietnam bersikukuh akan bentrok dengan Tiongkok untuk masalah kepulauan ini, dapat dipastikan bahwa Tiongkok akan unggul. Pertama, dikarenakan kini AL Tiongkok dapat dikatakan adalah salah satu yang paling kuat di Asia ini. Kedua, kini Tiongkok terus mengembangan dan membangun kapal perang baru dan canggih, jadi jika terjadi bentrok dikemudian hari, kekuatan AL Tiongkok akan makin kuat, dan akan makin sulit untuk ditandinginya.

Jika terjadi bentrok di Laut Tiongkok Selatan, dapat di duga Kapal induk AS pasti akan ikut campur. Tentu saja, AS tidak berniat untuk menyerang langsung Tiongkok atau berperang langsung dengan Tiongkok, karena jika hal ini dilakukan, Tiongkok pasti akan memobilisasi kekuatannya secara besar-besaran.  Tapi kini kapal induk AS terus menerus mendekat ke Tiongkok, tidak lain menunjukkan kecemasan AS yang sangat ekstrim.

Selain itu, jika hanya duduk menonton Tiongkok benar-benar berdaulat atas wilayah ini, juga akan merugikan AS, jika ini terjadi Tiongkok tidak hanya akan mendapatkan kebutuhan sumber energinya dalam pembangunan dalam negerinya saja. Tapi kontrol penuh Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan, dianggap akan lebih mudah dalam menghadapi ancaman dari Pangkalan AL-AS di Guam.

Dapat dikatakan bahwa AS sebelumnya telah mempunyai pengalaman untuk menggertak Tiongkok dengan kapal induknya. Pada 1996 ketika suara kelompok pro kemerdekaan Taiwan sedang gencar-gencarnya, Tiongkok telah mengadakan latihan militer diperairan Selat Taiwan beberapa kali, untuk memberi peringatan kepada kelompok dan pasukan pro kmerdekaan tersebut untuk tidak bertindak gegabah. Maka ketika itu Presiden AS Bill Clinton memberi syarat untuk mendukung gerakan pro kemerdekaan Taiwan tersebut, dan mengusulkan untuk mendukung pasukan kemerdekaan Taiwan, dengan mengirim dua kapal induk dan kapal perang pendukungnya ke Selat Taiwan untuk campur tangan, yang oleh Tiongkok masalah Taiwan dianggap urusan internal negaranya.

Setelah kejadian ini, Tiongkok segera merumuskan rencana untuk menghadapi ancaman kapal induk AS, mempercepat rencana pembangunan kapal perang baru, dan memperluas kekuatan AL nya. Namun dengan pernyataan resmi untuk melindungi kapal dagang mereka, dan untuk menjamin keamanan jalur maritimnya.

Pada 2004 Tiogkok mengumumkan strategi baru, yang pada mulanya tidak terlalu menarik bagi Barat dan dunia, tapi pada 2007 setelah Tiongkok berhasil menghancurkan satelitnya yang mati di laur angkasa dengan rudalnya, Barat tidak lagi berani meremehkan rencana militer Tiongkok, dan mulai benar-benar mencermati dengan serius pernyataan-pernyataan Tiongkok. ( Bersambung .... )

Sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/Gerald_R._Ford_class_aircraft_carrier

http://www.google.co.id/search?q=df-21d&hl=id&rlz=1C2ASUT_en-GBAU463AU463&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=RadoT5XjCsa4rAe9__nYBw&sqi=2&ved=0CDcQsAQ&biw=837&bih=606

http://military.people.com.cn

Aviation Week

http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-ship_ballistic_missile

http://www.youtube.com/watch?v=IXLKZDVcBt8 The Chinese DF-21D anti carrier weapon kill chain

http://www.simplyexplained.info

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun