Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Kiranya Peran RRT dalam Dua Dekade yang Akan Datang di Dunia dan Siapa dan Apa Peran Intelektual dalam Negerinya (15)

14 Juli 2014   05:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:24 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hu Shuli (胡舒立)

Lahir tahun1953 di Beijing, seorang wartawati yang cukup vokal dalam mendukung untuk kebebasan media, reformasi dan pasar liberal di Tiongkok. Kini sebagai professor dan Dekan di Universitas Sun Yat Sen fakultas komunikasi dan design.( 中山大学传播与设计学院院长、教授及博士生导师).

Tahun 1978 diterima sebagai mahasiswa Univeritas Tiongkok Departemen Journalistik (中国人民大学新闻系), mendapat gelar sarjana bidang jurnalistuk dan MBA dari Fordam University di AS yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Ekonomi di Universitas Beijing. Pada tahun 1994 mendapat beasiswa Stanford Knight University untuk kuliah Development Ecomomics. Tahun 1982 bekerja di “Harian Buruh” (工人日报) sebagai editor berita internasional dan wartawan.

Tiongkok Agar Tetap Pada Jalurnya

Hu Shuli, seorang wartawati yang cukup vokal dalam mendukung untuk kebebasan media, reformasi dan pasar liberal di Tiongkok. Pada 1998 mendirikan majalah Caijing (财经) yang sempat menggoncangkan dunia media, dengan penyelidikan yang mendalam untuk masalah korupsi dan penipuan. Pada Desember 2009 Shuli bersama dengan sebagian besar staff editorialnya meninggalkan majalah tersebut karena ketidak cocokan dengan pemilik Majalah tersebut dan mendirikan majalah baru Caixin (财新)*1, majalah ini juga mendapat reputasi dalam pandangan liberal dan laporannya yang mendalam dan tajam.

Pada saat terjadinya skandal Bo Xilai di Chongqing, dalam periode sengit perjuang ideologis sebelum terjadinya peralihan kekuatan transisi bulan Oktober, Caixin menurunkan editorial dengan berani menyerukan kepemimpinan untuk melanjutkan proses reformasi. Editorial dengan judul “Tiongkok Agar Tetap Pada Jalurnya” dipandang sebagai seruan berani untuk mengambil keuntungan dari kekacauan bagi golongan kiri setelah pencopotan Bo Xilai (25 Juli 2013).*2 Argumen dalam artikel ini menggemakan rekomendasi Bank Dunia atas penyelesaian ‘Transisi Tiongkok’ menuju ekonomi pasar dan mempercepat inovasi.

Dalam editorial ini Shuli antara lain menuliskan, dalam kata pengatar buku baru “Sejarah Tiongkok” mantan Presiden Jiang Zemin mengatakan semua anggota PKT terutama para pemimpinnya, harus menganggap sejarah sebagai prioritas dan harus belajar dari itu. Pernyataan ini diterbitkan pada bulan Juli oleh kantor berita Xinhua.

Orang Tiongkok (Tionghoa) mempunyai tradisi yang kaya dan melekat untuk belajar dan belajar sejarah pada khususnya, terutama tentang bagaimana pelajaran tersebut dapat ditrapkan pada pemerintahan. Para generasi pemimpin partai telah memiliki sendiri untuk menekankan kebutuhan dalam menggunakan pengalaman sejarah untuk memandu dalam mengambil keputusan. Ketika mereka sebagai Sekretaris Umum Partai, baik Jiang dan Presiden Hu Jintao berulang kali mendorong dan menyerukan untuk mempelajari sejarah.

Seruan Jiang yang terbaru untuk memperhatikan sejarah, disampaikan tidak lama setelah Hu menyampaikan pidato kunci pada ‘Sekolah Partai Pusat/Central Party School’  pada bulan Juli. Ini sangat tepat waktunya bagi Tiongkok dalam mempersiapkan untuk mengukir sejarah penting Kongres Nasional ke-18 musim gugur ini.

Bagaimana semestinya kita mempelajari sejarah? Jiang mengatakan : “Kita tidak hanya menarik pelajaran tentang bagaimana untuk meneruskan keberhasilan reformasi dan membuka diri serta memodernisasi sosialis kita, tapi kita harus lebih memperhatikan pola-pola sejarah secara ilmiah untuk memahami naik turunnya dinasti dan belajar dari kesalahan mereka.”

Lebih  lanjut Jiang mengatakan “ Dalam era baru ini, penting untuk belajar tidak hanya sejarah Tiongkok, tetapi juga sejarah dunia, belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Hanya dengan begitu barulah kita dapat memahami  hukum dan siklus kemajuan sosial dan selalu mengikuti denyut nadi zaman kita.” Dengan kata lain, Jiang menganjurkan mempelajari sejarah Tiongkok dengan demikian kita bisa belajar darinya, dan mempelajari sejarah dunia untuk memahami dan untuk keberhasilan menavigasi/mengarahkan perkembangan tren global.

Dengan refleksi pada titik terrendah jelas sejauh ini dari sejarah Tiongkok baru-baru ini telah ditetapkan dalam Revolusi pada pesoalan sejarah partai(PKT), diadopsi oleh Sidang Pleno ke-enam Komite Sentral ke-11 pada tahun 1981. Resolusi ini telah disebutkan Hu dalam pidatonya tahun lalu, dan PM Wen Jiabao pada konferensi pers bulan Maret pada akhir Pertemuan Kongres Nasional Rakyat. Dalam sambutannya kepada media, Wen memperingatkan tentang “jalan memutar” dan mengatakan bahwa Tiongkok telah “belajar dari pelajaran yang keras”.

Resolusi ini menjadi ulasan 28 tahun terakhir sejarah RRT didirikan, tetapi difokuskan terutama pada 32 tahun sejak berdirinya  RRT. Dengan mengakui bahwa antara 1957 sampai dengan 1966 “partai telah membuat kesalahan serius dalam pengarahan, yang mengarahkan ke jalan memutar dalam pembangunan”. Kemudian datanglah sepuluh tahun Revolusi Kebudayaan, yang mengakibatkan bencana bagi partai, negara dan rakyat. Hal ini menyimpulkan bahwa itu adalah periode kekacauan internal, kesalahan mulai dari pimpinan teratas dan dieksploitasi oleh kelompok-kelompok anti-revolusioner.”

Kini sudah lebih dari 30 tahun berlalu sejak Revolusi kebudayaa. Evaluasi terhadap periode yang paling kacau dalam sejarah Tiongkok modern adalah penting. Tentu saja ada juga beberapa keberhasilan yang spektakuler dalam sejarah pembangunan Tiongkok.  Kita harus belajar dari pemerintahan yang bijaksana dari penguasa yang lalu. Dan yang lebih penting lagi, kita harus merenungkan bagaimana Tiongkok menemukan kemajuan melalui 30 tahuan lebih ini, ditambah dengan tahun percobaan dengan reformasi dan membuka diri.

Pemerintah telah meninggalkan fokus yang keliru dari perjuangan kelas dan menjadikan pembangunan ekonomi sebagai periotas pada sidang pleno ke-11 Sentral komite pada 1978. Sejak saat itu ada dua tema utama dalam agenda reformasi : transisi dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar, dan secara bertahap membuka diri masyarakatnya. Tidak ada keraguan bahwa reformasi tersebut telah membangkitkan Tiongkok menjadi negara ekonomi dan politik kelas berat. Agar Tiongkok bisa terus sukses, kita harus menekankan reformasi, tidak perduli seberapa sulitnya. Inilah pelajaran positif yang harus kita pelajari.

Interpretasi sejarah penting dalam menempa dan mengkaji konsensus idiologis dalam partai, mengevalusasi berdasarkan fakta melayani kebutuhan zaman kita. Selama reformasi diluncurkan, generasi pemimpin telah menafsirkan sejarah untuk mencoba menyembuhkan perpecahan dan penempa/mengkaji perjanjian, dan semua telah menegaskan signifikansi reformasi.

Pada kenyataanya, selama ceramahnya kepada pejabat provinsi dan pada Sekolah Partai untuk pejabat senior pada bulan Juli. Hu mengatakan bahwa pemerintah pusat akan terus tanpa goyah melakukan reformasi dan membuka sistim ekonominya, dengan penekanan khusus pada “kecepatan” dan “kekuatan” dari reformasi itu.

Hal tersebut sangat penting karena Tiongkok berada pada persimpangan jalan. Selama lebih dari 30 tahun, RRT telah melihat secara non-stop upaya untuk mendiskreditkan dan menyerang reformasi, terutama dari ekstrim kiri. Beberapa dari pendukung konservatif atau status quo tersebut terutama untuk masalah ekonomi, politik, dan sosial yang kadang tak terelakkan adanya kegagalan dalam masa transisi oleh mereka dikatakan ekonomi telah gagal. Yang lainnya ada yang mencoba untuk menyesatkan rakyat dengan menyoroti masalah hari ini, yaitu dengan menggelar besar-besaran untuk sisa-sisa sistim lama.  Ultra ekstrim kiri ini mencoba meromantisasi masa lalu dan bahkan mengancam untuk meluncurkan Revolusi Kebudayaan yang lain.

Hal ini mengingatkan peringatan Deng Xiaoping terhadap kaum fanatik revolusioner pada 1980 yang berjanji untuk “melihat Anda dalam 20 tahun yang akan datang”. Deng mengatakan bahwa jika unsur-unsur ini tidak ditangani dengan benar, Tiongkok seakan duduk diatas “bom waktu”. Memang dalam menghadapi serangan seperti ini, para kader dari segala jenjang harus selalu ingat pelajaran sejarah yang menyakitkan dari Revolusi Kebudayaan dan menghargai betapa sulitnya Tiongkok harus berjuang untuk menemukan jalannya sendiri. . Dengan pertumbuhan ekonomi melambat, konflik sosial, korupsi, dan terjadi distribusi sumber daya tidak merata sekarang semakin memburuk dan lingkungan memburuk.

Hingga kini masih belum ada konsensus yang dicapai untuk bagaimana memecahkan masalah tersebut. Sementara pemerintah sedang menangani tantangan ini, ada sebagian orang yang mempertanyakan upaya untuk membangun sebuah masyarakat sosialis “dengan karakteristik Tiongkok” , seperti apa yang sudah terkenal sering didengunkan oleh Deng  Xiaoping. Bahkan ada sebagian orang yang secara terbuka menentang reformasi ekonomi dan meng-advokasi bahwa pembangunan“mundur”.  Orang  tersebut tidak dalam jumlah besar, tetapi pandangan mereka telah memenangkan dukungan dari bebebrapa pejabat pemerintah dan sebagian warga negara.

Teori sosialisme dengan karakteristik Tiongkok telah diadopsi dalam laporan Kongres kelima PKT sejak 1987, dan diadopsi lagi dalam Kongres PKT ke-18. Kenapa hal ini penting? Karena hal ini telah lama dipraktekkan untuk membangun terobosan dari teoritis atas dasar kongres yang lalu. Banyak teori yang telah diadopsi pada kongres partai selama bertahun-tahun dan terbukti memberi pengaruh, termasuk “ Sosialisme Tahap Pertama” (Pada Kongres ke-13), “Sistim Ekonomi Pasar Sosialis” (pada Kongres ke-14) dan “ Pengembangan Sistim Ekonomi Dengan Kepemilikan Publik  Yang Dominan dan Beragam Kepemilikan” ( pada Kongres ke-15). Perkembangan pesat selama beberapa dekade terakhir telah diuntungkan secara mendalam dari “reformasi dividen”.

Apa yang dibutuhkan sekarang adalah dividen, reformasi, tapi ini sulit untuk disampaikan. Dalam pidatonya Hu bulan Juli, dia berjanji bahwa pemilu, kebijakan, administrasi dan pengawasan akan dilakukan secara demokrastis dan sesuai dengan hukum yang berlaku, semua ini diulangi lagi seperti apa yang dikatakan dalam Kongres Nasional Ke-17 tahun2007, ini mencerminkan adanya kesulitan dalam implementasi dari reformasi tersebut.

Bagi kelompok pemimpin partai yang lebih muda yang akan mengambil kendali tahun ini, mereka harus belajar lebih mendalam sejarah Tiongkok, terutama untuk sejarah terkahir ini. Sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan dengan baik yang akan dimulai pada sidang pleno ketiga Komite Sentral ke-11. Mereka tidak harus melupakan alasan mengapa Tiongkok memilih jalan reformasi, dan mengapa sekarang harus menaatinya. Sangat penting bagi mereka yang kuasa sekarang untuk memahami hal ini.

( Bersambung ...... )

Referensi :

*1 http://www.sdrwzz.com/reading.php?fid=80&id=2256传媒强人胡舒立

*2 http://www.bbc.com/news/world-asia-china-17673505 Bao Xilai Scandal : Timeline

-    China 3.0 Mark Leonard

-    http://zh.wikipedia.org/wiki/%E8%83%A1%E8%88%92%E7%AB%8B

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun