Dunia pada abad ke-21 ini menghadapi suatu perubahan baru yang sangat besar. Setelah gerakan dekolonisasi pada paruh kedua abad ke-20 , banyak negara-negara non-Barat telah mulai berkembang dalam beberapa dekade terakhir ini, dan hal ini menjadi lebih makin jelas dan banyak yang baru, peserta yang kuat telah bergabung dengan ekonomi global dan bidang politik.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, orang telah makin banyak membicarakan tentang negara-negara BRICS dan “Next Eleven” yang merupakan gambaran dari perubahan ini. Perubahan ini dan kebangkitan Tiongkok tidak bisa diabaikan.
Beberapa analis percaya bahwa saat ini menjadi kesempatan baik bagi Tiongkok dan negara-negara sedang berkembang lainnya bersatu untuk lebih meningkatkan tata ekonomi internasional. Kebangkitan bangsa bukan hanya urusan ekonomi, tapi lebih hingga urusan budaya dan bahkan hingga negara-negara ini menciptakan standar dan aturan.
Zhao Lei mengemukakan : Belanda menciptakan standar keuangan dan aturan keuangan, dan Inggris telah memberi pengaruh pada sistim parlementer dan sistim pabrikan. Kemudian AS telah mempengaruhi bisnis global. Hari ini , ekonomi Tiongkok terlihat merasakan dirinya baru saja bangkit, Tiongkok mengakui masih memiliki banyak masalah, Tiongkok masih harus lebih banyak memperhatikan urusannya ke dalam negerinya dan harus memecahkan banyak masalah internal. Kapan Tiongkok akan memusatkan perhatiannya pada urusan global dan secara bertahap membetuk suaranya? Tampaknya sudah mulai.
Perjuangan untuk hak membuat aturan sebenarnya perjuangan untuk mendominasi daerah ini. Dunia yang dibentuk pada paruh kedua abad ke-20 sering disebut “Abad Amerika”, dalam derajat yang lebih besar hal ini dikarenakan banyak aturan dan sistim internasional umum pada hari ini merupakan yang diusulkan dan di-implementasikan oleh AS. Namun pada abad ke-21 ini kekuatan AS sudah jauh lebih terbatas daripada sebelumnya. Jadi bagi Tiongkok dan negara-negara sedang berkembang lainnya akan bagaimana menangani agar bisa tetap ko-eksis atau hidup berdampingan dengan AS ?
Pada 23 September 2013, Presiden Tiongkok Xi Jinping di Astana, Universitas Nazarbayed, Khazaktan, Asia Tengah, mengusulkan untuk bergandengan tangan antara Tiongkok dan Asia Tengah untuk membangun kerjasama Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Ecomomic Belt.
Dalam pidatonya Xi menyampaikan saran agar negara-negara yang relevan, untuk meningkatkan komunikasi dan integrasi ekonomi regional untuk memberi “lampu hijau” dari segi kebijakan dan hukum. Mengusulkan untuk membandingkan catatan tentang strategi pembangunan ekonomi masing-masing dan bekerjasama untuk merumuskan rencana dan langkah-langkah untuk kerjasama regional.
Xi juga mengatakan bahwa mereka harus bekerja untuk meningkatkan konektivitas lalu lintas, sehingga dapat membuka jalan raya strategis regional dari Samudra Pasifik ke Laut Baltik, dan secara bertahap bergerak ke arah men-set-up/mendirikan jaringan transportasi yang menghubungkan Timur, Barat dan Asia Selatan.
Dalam topik perdagangan, semua pihak harus mencari cara untuk menfasilitasi perdagangan dan investasi, dan membuat pengaturan yang tepat.
Xi mendesak para anggota regional untuk mempromosikan penyelesaian mata uang lokal, sehingga dapat meningkatkan kekebalan terhadap resiko keuangan dan daya saing global mereka. Menyerukan penguatan pertukaran yang ramah antar manusia, mengusulkan agar saling memberi pengertian dan persahabatan tradisional untuk dipromosikan antara negara-negara di kawasan ini.
Jalur Sutra ini akan tercakup 3 miliar populasi dan pasar yang tak tertandingi baik dalam skala dan potensi, Xi mendesak pihak-pihak terkait untuk men-fasilitasi perdagangan dan investasi, serta menghilangkan hambatan-hambatan.
Presiden Tiongkok ini juga mengatakan Tiongkok menghormati jalan pembangunan dan kebijakan yang dipilih oleh rakyat negara-negara regional, dan tidak akan pernah akan ikut campur dalam urusan dalam negeri negara-negara Asia Tengah. Tiongkok tidak akan mencari peran yang dominan dalam urusan regional, ataupun mencoba untuk memelihara lingkup pengaruh. Negara-negara Asia Tengah harus menjadi teman sejati yang saling mendukung dan rasa saling percaya.
Xi juga meminta semua pihak untuk mendukung satu sama lain pada isu-isu tentang kedaulatan, integritas teritorrial, keamanan dan kepentingan inti lainnya, dan bersama-sama menindak “tiga kekuatan kejahatan” terorisme, ekstrimisme dan separatisme, serta perdagangan narkoba dan kejahatan/kriminal tradisional yang terorganisir.
( Bersambung ...... )
Sumber : Berbagai Media Tulis dan TV Internasional
-http://en.wikipedia.org/wiki/Asia-Pacific_Economic_Cooperation
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29999782
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29983948
-http://www.bbc.com/news/world-asia-china-29957115
-http://www.bbc.com/news/world-asia-29983537
-http://www.xinhuanet.com/world/2014apec/
-http://www.xinhuanet.com/world/2014apec/
-http://news.xinhuanet.com/photo/2014-11/11/c_127199600.htm
-http://www.fmprc.gov.cn/mfa_chn/gjhdq_603914/gjhdqzz_609676/lhg_609918/
-http://news.xinhuanet.com/english/china/2013-09/07/c_132700695.htm
-http://news.xinhuanet.com/english/china/2014-12/15/c_133856803.htm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H