Alhamdulillah. Setelah lima bulan tak mengkompasiana, akhirnya nongol juga. Meski dengan nama user baru, tapi pada hakikatnya orangnya ya itu juga. Tak perlu pakai nama samaran. Tak perlu pakai nama keren seperti para selibriti negeri dongeng. Cukupkan dengan nama pemberian orang tua yang sudah benar-benar keren, dunia dan insya Allah akhirat.
[caption id="attachment_409469" align="aligncenter" width="993" caption="Capture akun Kompasiana saya yang lama. (dok. pribadi)"][/caption]
Setelah akun kompasiana (lama) dengan 53 artikel gagal akses, saya pilih membuat akun baru. Sebenarnya saya sudah mencoba minta bantuan Mas Isjet, kirim email ke admin, bahkan nyolek ke manajer tim Kompasiana, Kang Pepih. Tapi ya begitu deh. Tak ada solusi.
Efek penggunaan satu akun KompasID untuk masuk Kompasianer tahun 2014 kemarin, efeknya terimbas ke saya. Syukurlah, saya terima efek buruknya. Gagal membuka akun sendiri dengan password yang saya tulis ditembok kamar. Ah, sudahlah. Itu cerita kemarin. Semoga dengan akun baru saya ini tak akan ada kebijakan baru yang membuat saya tak bisa masuk ke akun Kompasiana saya lagi.
Akun baru, tentu saja akan mengusung semangat baru. Insya Allah cerita tentang jalan-jalan, makan-makan dan berbagi ilmu akan memenuhi akun baru saya ini. Cerita makan-makan dan jalan-jalan akan membuat saya 'terlahir' menjadi kompasianer baru. Meninggalkan cerita intrik politik yang belepotan dengan kenyinyiran, nafsu duniawi, kekejaman, angkara murka, keserakahan dan ambisi yang tak pernah mati.
Presiden baru dengan kabinet odong-odongnya menyadarkan saya. Kita harus bisa bertahan untuk hidup tanpa berharap banyak pada pemerintahan yang korup. Toh, pemerintah baru justru membuat roda ekonomi keluarga saya tak bertambah membaik. Order pekerjaan menurun drastis. Harga bahan-bahan melambung tinggi. Padahal sebagian modal adalah pinjaman dari bank. Bank pun tak mau tahu. Mau usaha kita turun atau naik, yang penting tiap bulan harus nyicil titik
[caption id="attachment_409470" align="aligncenter" width="648" caption="Bakso Solo enak di Kota Bangil, Pasurun. (dok. pribadi)"]
Dengan modal bismillah dan semangat '45, akun Kompasiana makanjalan saya ini menjadi hiburan bagi saya. Sekaligus berharap menjadi pembuka jalan rezeki yang baru. Sebab Allah Ta'ala pasti akan memberikan 'penghargaan' untuk setiap ikhtiyar yang kita lakukan. Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan temukan keberhasilan.
[caption id="attachment_409472" align="aligncenter" width="648" caption="Lagi mbebeki di Bebek Kaleyo Bandung. (dok. pribadi)"]
Setiap manusia pasti diperjalankan oleh Allah Ta'ala. Pun, setiap manusia juga pasti diberikan makan dan minum yang cukup, sesuai dengan kemampuan. Nah, hal ini lah yang menggerakkan saya untuk memilih tema yang cukup asyik. Jalan-jalan tak harus ke luar negeri bukan? Jalan ke RT sebelah jika ada 'nilai baru' yang perlu kita bagikan pun tetap asyik untuk diceritakan. Demikian juga dengan makanan. Tak harus pizza, hamburger atau makanan yang namanya asing di telinga yang bisa diceritakan. Tiwul sebagai kuliner tradisional juga layak dikisahkan dari sudut pandang yang berbeda, bukan?
[caption id="attachment_409473" align="aligncenter" width="648" caption="Panen bandeng di Gresik, sedap untuk diasap/dibakar. (dok. pribadi)"]