Mohon tunggu...
Abdul Muiz Syaerozie
Abdul Muiz Syaerozie Mohon Tunggu... -

Abdul Muiz Syaerozie, Lahir di Babakan Ciwaringin Cirebon. sejak dini, muiz belajar agama pada kedua orang tuanya. Setelah beranjak dewasa, Muiz melanjutkan study-nya di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. setelah itu, Muiz sempat singgah untuk beberapa bulan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang, lalu nyantri di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. kini, selain aktif Komunitas Seniman Santri (KSS), yang di deklarasikannya bersama kawan-kawannya di Cirebon, Muiz juga aktif sebagai dosen di Ma'had Ali Al Hikam As-Salafiyyah dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Cirebon, serta menjadi pimpinan umum majalah Laduni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Ulang Tahun Untuk Presiden

10 September 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:05 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Surat Ulang Tahun Untuk Presiden

Assalamualaikum Wr. Wb.

Apakabar Bapakku, Bapak Presiden.

Sudahkah pagi ini njenengan ucapkan hamdalah

Seperti burung pipit bersyukur malamnya nyenyak merebah

Bapakku, sudahkah pagi ini njenengan mencicipi secangkir kopi tanpa gula

Seperti ayam Jago mencoba suaranya menjelang fajar tiba

Bapakku, aku tahu, semalam njenengan tak nyenyak pejamkan mata

Malammu selalu di hantui kasak kusuk tikus dan buaya.

Tapi percayalah pak, itu resiko. Sebab, bapak memilih kamar dekat kandang tikus dan kandang buaya.

Aku percaya, njenengan bisa merubahnya menjadi istana.

Karena itu, bersyukurlah, semalam bapak tak bisa tidur karena tugas mulia.

Oh ya pak, masih ingatkan pak ? waktu aku masih duduk di bangku TK. Njenengan selalu cerita si licik kancil dan si rakus buaya.

Tetapi sehebat-hebatnya tupai melompat, toh akan jatuh juga.

Bapakku, aku masih ingat betul akan nasihatmu.

“siapkan nyali, rangkaikan berani, ikatkan ketegasan, hadapi segala resiko untuk melawan musuh”

Musuhmu adalah maling-maling dan perampok uang Negara yang setiap saat akan memangsa

Bapakku, bapak presiden. Usiamu sudah kepala enam. Aku mohon semangatmu tidak tenggelam.

Seperti yang sering aku katakan pak, aku ingin jadi anak yang sholeh. Doa ku untuk orang tuaku yang sedang menata masa depan hidup anaknya.

Maafkan aku pak, jika semalam aku menjerit, berteriak mengeraskan suara., hingga tidurmu tak nyenyak. Tapi percayalah, jeritanku, teriakanku dan suara lantangku adalah cinta.

Kiranya itu dulu yang ingin aku sampaikan dalam surat ini. Lain kali aku sambung lagi, terutama jika saat semangat bapak mulai mengendur dalam membasmi tikus-tikus dan buaya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cirebon, 10 September 2011

TTD

Abdul Muiz Syaerozie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun