Sesungguhnya,meskipun dikatakan 5 perkara ini ditujukan bagi pria Jawa. Ternyata setelahdikupas, tak ada satupun yang menunjuk jenis kelamin.
1. WISMO
Cumawis lan Momot (serba tersedia dan memuat)
Seorang pria, belum disebut pria sejati jika belum memiliki Rumah/Wisma. Namun Wisma yang dimaksud adalah kondisi mental seseorang yang mampu menjadi tempat persinggahan bagi oranglain. Mau dan mampu menerima. Semakin seseorang ini memiliki kondisi mental yang matang untuk mampu menerima oranglain maka kehadirannya bagai rumah bagi banyak orang yang ingin ikut singgah.Â
Orang lain tidak memandang kehadirannya sebagai pihak asing, melainkan pihak yang seperti sudah dikenalnya sebagai tempat aman untuk berteduh. Semakin besar ‘rumah’seseorang, semakin banyak orang merasa terlibat sebagai penghuninya.
Syarat utama bagi seseorang yang memiliki Wismo, dirinya senantiasa tersedia (cumawis) dan menampung, muat (momot). Apa-apa saja yang dituntutsecara primer ketersediannya adalah hal-hal yang bersifat rahman. Dan apa2 sajayang dianjurkan kemuatannya adalah hal-hal yang bersifat Rahim. Nah bentukRahman dan Rahim disimbolkan dalam susunan sebuah wisma, dimana di situ adapendopo hingga gandhok.
Pendopo berkarakter Rahman, tempat berkegiatan seni dan budaya, rerembugan, dlsb. Kasih Sayang yang luas. Begitu pula dalam hidup, hal utamayang dikedepankan kepada oranglain sebisa-mungkin tentang gelaran interaksiseni dan kegiatan budaya. Pergaulan yang dilandasi keluasan kasih sayang. Oleh sebab itu, pendopo diletakkan paling depan sebelum ke wilayah private (omah ageng).
Hal-hal yang diutamakan di wilayah ketersediaan (cumawis) adalah ketika menjunjung nilai Rahman. Tersedianya Badan untuk membantu dengan tenaga, bersedia Akal untuk membantu di wilayah pikiran. Hal-hal yang diutamakan di dalam kapasitas memuat (momot). Menampung keaneka-ragaman dengan ketersediaan Nurani untuk mengkontribusi perhatian dan kasih sayang secara mendalam. Bersedia menerima siapa saja dan apa saja asal adil dan bermartabat. Jadi cumawis itubobot sosial, dan momot adalah bobot spiritual.
2. KUKILO
Aku iki lilo (aku ini rela)
Karena bahasan ini ingin menggapai makna lebih dalam, anggap saja kita sepakat untuk mengelompokkan bahwa kukilo hanya untuk burung yang manggung.
Kukilo yang baik adalah burung yang manggungnya baik. Burung kutut dianggap paling memiliki kemampuan manggung yang indah dan berkarakter. Burung dara juga manggung, burung Puter juga manggung, burung Deruk juga manggung. Namun, secara kedalaman dan sentuhan spiritual, Kutut-lah yang dipilih sebagai burung manggung paling berkelas. Dalam kelas Kutut pun masih ada kelas-kelas lagi. Ada Kutut yang manggungnya biasa (lajer) ada juga yang berirama 'Lar Keteg Gung’. Bagi yang Kutut yang memiliki suara 'Lar Keteg Gung’ nilainya tinggi. Apalagi jika 'Gung’-nya terulang sampai 3 kali. Itu semua bermula dari gagasan tentang pengelolaan diri priyo utomo yang ditanamkan untuk mempuni menjalani hidup dengan keteladanan.