Mohon tunggu...
Humaniora

Seri Gamelan Hidup IV

14 November 2016   08:28 Diperbarui: 14 November 2016   09:47 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taksaka dan Garuda

Klan Naga saat ini sedang merasa sampai pada sebuah peristiwa impian. Yakni penguasaan di segala bidang dan sektor setelah bekerja keras sekian kurun waktu yang panjang. Naga ini, seperti halnya Elang yang merepresentasikan Garuda_ memiliki perwujudan yang merepresentasikan Taksaka. Garuda dan Taksaka dahulunya adalah saudara, menemani peradaban para Gajah lantas kemudian mereka menghilang entah kemana lalu munculah Naga dan Elang yang bagi para Gajah sangat identik dan serasa menguntai kembali kenangan indah bersama moyang Garuda dan Taksaka. Hingga kepolosan para Gajah ini tak sadar mengikis dan menggugurkan kedaulatan mereka selapis demi selapis.

Naga berjumlah ratusan, maka klan Naga sekarang tidak selalu berhubungan dengan Taksaka. Taksaka adalah jenis Naga yang memiliki peran cukup berat yakni menegakkan keadilan dan kemuliaan seorang Raja negeri Gajah dengan cara membunuhnya. Kejadian ini menorehkan luka yang mendalam hingga sempat akan diwujudkan upacara persembahan dengan membakar para ular oleh klan Gajah. Namun utusan Taksaka datang dan memohon ampun. Upacara batal diadakan. Setelah itu Taksaka menghilang. Hubungan baik negeri Gajah kepada para Naga tidak hanya kepada Taksaka, namun juga kepada Anantaboga, dan Naga Besuki. Hingga kemudian berdatangan para ular yang telah belajar ilmu para Naga dan kemudian mengaku sebagai anak turun para Naga, para Gajah pun menyambutnya dengan sukacita.

Sedangkan Garuda dahulu ikut menyertai peradaban negeri para Gajah dan memberikan pelayanan pada para Naga karena baktinya kepada sang ibu yang dijebak dan harus menjadi budak para Naga. Setelah ia berhasil menebus dan membebaskan ibunya dari perbudakan, sang Garuda diangkat oleh Dewa dan tak lagi tampak menemani peradaban. Perasaan rindu para Gajah sangat mendalam, sehingga meskipun lembaran demi lembaran peradaban telah beratus bahkan beribu tahun, kenangan dan kebanggaan kepada Garuda masih terpatri hingga kini.

Sang Elang masih tertegun atas nasehat dari klan misterius tentang sinyal liar yang belum teridentifikasi dari negeri Gajah. Dengan lebih serius Elang bekerjasama dengan Naga untuk menyusun strategi pengamanan dan antisipasi berlapis. Elang menggarap di wilayah Timur dan Naga di wilayah Barat. 

Timur ini adalah kode, yang artinya menggarap di wilayah fundamental seperti pendidikan, kesehatan, lalu-lintas informasi, pertahanan & keamananan, kebijakan, aturan perundangan. Sehingga sejak semula para Gajah tak punya sistem pendidikan sendiri, tidak punya sistem kesehatan sendiri, tak kuasa atas sistem informasi sendiri, tak ada pertahanan kemananan hingga kebijakan dan perudangan yang para Elang tidak ikut campur tangan.

Sedangkan para Naga mendapat jatah garapan di wilayah Barat yakni sektor lanjutan dan sistemik pada wilayah aplikasi. Para Naga menyusup dan menyamar sebagai ulat-ulat kecil yang tak berbahaya dengan menggarap ekonomi, politik praktis, jaringan internasional, isu-isu zero ground dari pusat pemerintahan negeri Gajah untuk kemudian spread ke seluruh domain negeri Gajah. Rencana utama para Naga adalah menguasai politik dan perundangan negeri Gajah, karena hal ini akan berdampak pada penguasaan aset dan kedaulatan para Gajah.

Sementara target klan Elang adalah membatasi cara berfikir, menggarap generasi, memutus sejarah masa lalu Gajah dan memastikan Gajah tak lagi berbahaya dan kuat. Sebab, kekuatan yang tertancap kuat adalah kekuatan yang diyakini sejak kanak-kanak. Dan kehebatan tanpa tandingan adalah ketika para Gajah melihat kehebatan para Elang tanpa punya pembanding terhadap masa lalu nenek moyang mereka sendiri. Ini namanya penguasaan mental yang akan berimbas pada langgengnya kekuasaan dan kepercayaan para Gajah kepada Elang.

___

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun