Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Meskipun begitu, Indonesia masih saja mengalami kelangkaan air bersih. Menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan air di Pulau Jawa hanya 1.750 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2000, dan akan terus menurun hingga 1.200 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal, standar kecukupan minimal 2.000 meter kubik per kapita per tahun. Sehingga forum air dunia memprediksikan bahwa Indonesia pada tahun 2025 mengalami krisis air bersih.
Penyediaan air bersih untuk saat ini sudah ada solusinya, yaitu dengan memanfaatkan sumber-sumber mata air gunung maupun exploitasi air tanah. Namun dalam pemanfaatannya juga berakibat terhadap lingkungan sekitarnya baik sifatnya secara langsung maupun dalam jangka panjang. Contoh masalah yang diakibatan adalah terjadinya penurunan muka airtanah, intrusi air laut, sampai menyebabkan amblesan tanah. Disisi lain dalam penyediaannya dibutuhkan biaya instalasi maupun perawatannya yang besar karena memerlukan tenaga listrik untuk pengoperasiannya.
Solusi tepat dalam penyediaan air bersih Indonesia sangatlah dibutuhkan, salah satu sumber mata air yang terlupakan namun memiliki potensi yang sangat besar yaitu dengan memanfaatkan tetes air hujan mengingat bulan-bulan akhir-akhir ini memasuki curah hujan tinggi. Selain berguna untuk mengurangi banjir, kebutuhan akan air bersih pun dapat tercukupi.
Pemanfatan tetes air hujan sangatlah tepat karena tidak membutuhkan alat-alat yang rumit maupun biaya yang besar, hanya membutuhkan botol AQUA 1 Liter sebagai pipa penyalur dan botol AQUA galon yang sudah tidak terpakai sebagai bak penampungan. Dilihat dari proses pembentukan air hujan secara kasat mata, air hujan terbentuk dari proses evaporasi atau penguapan yang mengakibatkan air berubah bentuk dari cair menjadi gas terkumpul dalam jumlah yang sangat banyak di awan dan saat air itu turun, itu lah yang dinamakan hujan. Jika dibandingkan dengan hasil air pengolahan PDAM, air hujan jauh lebih murni bahkan kemurniannya sama dengan air hasil sulingan yang dapat di konsumsi langsung. Karena air yang saat terakumulasi ke awan dalam bentuk gas tanpa membawa pengotor sedikitpun, saat air turun masih tetap murni tanpa pengotor, ditambah lagi kadar oksigen yang tinggi akibat banyaknya kontak dengan udara langsung membuat air tampak lebih segar.
Kenyataannya saat ini air hujan tidaklah murni dan bersih seperti dulu. Diakibatkan semakin banyaknya polusi-polusi udara baik dari cemaran cerobong pabrik maupun asap kendaraan membuat air hujan menjadi asam sehingga membuat air hujan tidak dapat dikonsumsi lagi.
Di sisi lain, Indonesia mempunyai potensi hasil perikanan laut yang sangat melimpah, tercatat sebagai negara penghasil udang terbesar ketiga di dunia, setiap tahunnya dihasilkan sekitar 0,08 juta ton. Konsumsi udang akan mengahasilkan limbah berupa cangkannya. Peningktan produksi akan diikuti dengan peningkatan jumlah limbah padat yang dihasilkan berupa cangkang atau kulit, yang mana semakin lama maka jumlah limbah kulit udang akan semakin banyak jika tidak diimbangi dengan adanya pemanfaatan lebih lanjut. Limbah kulit udang ternyata memiliki potensi yang sangat besar, yaitu jika di transformasi menjadi “kitosan”, pengolahannya pun simpel dan tidak membutuhkan waktu lama. Kitosan dalam bentuk membran atau penyaringan maka dapat menyerap polutan-polutan yang diakibatkan cemaran polusi udara dalam air hujan sehingga membuat air hujan menjadi bersih dan murni lagi.
Berawal dari permasalahan penyediaan air dan melihat ke dunia luar semakin banyak limbah yang semakin melimpah di Indonesia menjadikan prihatin setiap pribadi yang mendengarnya, maka sekali lagi dibutuhkan solusi efektif dan efisien dalam upaya melestarikan air bersih. Langkah tepatnya adalah dengan memanfaatkan botol AQUA yang tidak terpakai, pemanfaatan limbah kulit udang menjadi kitosan.
Sistem kerjanya yaitu dengan menaruh kitosan dalam botol AQUA 1 Liter yang sudah di potong bawahnya sebagai pipa atau corong menuju AQUA galon dan meletakkan di luar bagian rumah, daat hujan turun secara otomatis air hujan akan tersaring secara maksimal dan masuk ke galon penyimpanan.
Dengan cara dan kebiasaan seperti ini, upaya melestarikan air bersih akan tercapai, kekurangan air bersih maupun masalah limbah akan teratasi, sehingga menjadikan air hujan sebagai sumber air terbarukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H