Waspadai Penjahat Hipnotis Mengintai Perumahan di Malang
Oleh : Majawati Oen
Seminggu yang lalu saya dapat kabar dari PRT saya bahwa temannya yang bekerja sekitar komplek perumahan kami didatangi tukang gendam. Dua hari kemarin rumah murid saya yang beda 2 blok dengan saya juga didatangi tukang gendam. Rupanya ada modus baru bagi penjahat hipnotis dalam beraksi. Kalau biasanya dengan cara mencari korbannya di jalan raya, sekarang mulai jemput bola ke perumahan. Saya tinggal di kota Malang yang memang ada banyak komplek perumahannya dimana rata-rata pada siang hari hanya ditinggali oleh PRT atau para manula.
Memang sudah sekitar sebulan ini saya dengar dari sana-sini modus hipnotis sedang marak lagi di Malang. Penjahat hipnotis dengan modus mau menyumbang gereja terdiri dari 3 orang laki-laki berdialek Malaysia dan mengajak korbannya naik mobil Kijang juga beraksi lagi.
Kemarin siang saya sempat meminta keterangan dari PRT murid saya yang jadi korban gendam ini. Si Mbak mengatakan bahwa penjahat datang sendirian naik sepeda motor, usia sekitar lebih kurang 30 tahun, warna kulit agak hitam, memakai jaket warna hitam dan membawa tas kecil. Korban didatangi sekitar pukul 10.00. Dengan dalih akan membetulkan jendela rumah dan minta dibukai pintu. Si Mbak merasakan seperti menurut saja dan hanya bilang “ya”. Padahal selama ini kalau tidak ada pesan dari majikannya dia akan konfirmasi dulu dengan bosnya melalui telpon apa memang ada janji dengan orang. Kali ini dengan entengnya pintu pagar dibukakan. Si Mbak merasa seperti bibirnya terbungkam, tak kuasa menolak. Orang tersebut masuk dan berkeliling di dalam rumah. Si Mbak juga mengikuti dari belakang. Sampai kemudian dia mengatakan bahwa pembetulan akan dilakukan lain hari, lalu pamitan pulang.
Ketika anak majikannya pulang sekolah dan dia mencari Ipadnya, Si Mbak mencari-cari kok tidak ada. Dia baru sadar, kalau tadi ada orang yang datang ke rumah. Dan merasa ada yang tak beres. Dia lalu menghubungi majikannya via telpon, apa betul tadi menyuruh orang datang ke rumah untuk pembetulan jendela. Ternyata tidak. Si Mbak baru sadar bahwa dia kecolongan memasukkan orang asing ke rumah. Tapi dia tak lihat kapan penjahat itu mengambil Ipadnya.
Kasus yang lain yang terjadi adalah penjahat mengaku-ngaku mau mengantar BPKB kendaraan bermotor majikannya dan meminta uang tebusan. Dia meminta PRT untuk menerima buku tersebut. Untungnya pada kasus ini PRT menolak, tetapi si penjahat meminta uang seadanya yang ada di rumah di kasih oleh PRT. Saat itu dia bawa uang sekitar 40 ribu, diserahkan ke penjahat.
Kasus berikutnya penjahat juga mengaku kalau pembayaran listrik dan air di rumah itu belum dibayar. Lalu meminta uang untuk melunasinya, kalau tidak mau dia minta nomor HP majikannya yang bisa dihubungi. Dua kasus terakhir menggagalkan penjahat masuk ke dalam rumah. Karena PRT ragu dengan pernyataan penjahat.
Manula yang sendirian di rumah juga jadi sasaran penjahat hipnotis. Dengan alasan sebagai petugas membetulkan pipa PDAM mereka minta masuk ke dalam rumah. Biasanya 2 orang, satu orang akan berusaha mengajak ngobrol pemilik rumah dan satunya mencari sasaran yang bisa diambil. Ada pula yang pura-pura tanya alamat, satu orang mengobrol, satunya beroperasi di dalam rumah.
Penjahat hipnotis bagaikan penjahat yang beroperasi kambuhan di kota Malang. Tidak tahu persis apakah mereka sempat tertangkap atau tidak. Selama ini hampir tidak ada pemberitaan dari media lokal. Kasus ini biasanya juga enggan dilaporkan oleh para korbannya. Oleh sebab itu ada baiknya kita bekali para PRT dan manula akan kewaspadaan terhadap penjahat hipnotis yang bisa sewaktu-waktu menyatroni rumah kita. Rasa curiga perlu kita tanamkan kepada mereka, agar tidak mudah percaya pada orang asing.
Bagaimana dengan kota-kota yang lain, mungkin ada pengalaman dari para kompasianer, mari berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H