Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dinamika Kompasiana Sulit Disaingi Kompetitornya

18 Mei 2014   17:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dinamika Kompasiana Sulit Disaingi Kompetitornya

Oleh : Majawati Oen

Saya menjadi kompasianer jalan dua tahun ini. Ketemu kompasiana secara tidak sengaja, karena saya kenalan dulu dengan kompas. Saya suka baca koran Kompas gratisan dengan buka kompas ePaper. Sekarang sudah tidak bisa harus bayar langganan. Dari situlah saya keluyuran, dan tanpa sengaja ketemu kompasiana. Dasar saya juga gaptek, sehingga juga masih tersaruk-saruk dan melakukan kesalahan saat mengirim tulisan. Ada rasa takut, saat mau posting, itu awal-awal menjadi kompasianer. Bingung, darimana arus tulisan kok mengalir terus tiap menit kayak air begitu. Merasa senang kalau tulisan saya dibaca banyak orang. Melihat tulisan-tulisan dilengkapi foto, saya jadi kepingin juga, ingin mencoba. Kok nggak bisa-bisa sih upload foto? Ternyata size-nya terlalu besar. Yah... banyaklah kendalanya, tapi jatuh cinta pada pandangan pertama itu saya alami. Hasrat menulis saya jadi bangkit gara-gara kesasar di kompasiana. Gara-gara bergabung di kompasiana pula, saya jadi sedikit melek teknologi karena kebutuhan.

Satu demi satu tulisan saya pun ikut mengisi halaman home kompasiana. Awalnya saya menikmati sharing – nya saja, sehingga artikel yang saya posting saya amati jumlah pembacanya, yang memberi vote dan memberi komentar. Dengan rajin juga saya membalas komentar-komentar itu. Meskipun saya juga membaca artikel-artikel kompasianer lain dan juga beri vote serta komentar, tetapi saya tidak mengerti polanya. Ada juga artikel saya yang jadi HL. Waduh.... senangnya! Ternyata penghargaan di kompasiana bukan hanya HL, Ada HI, lalu TA dan ter..ter.... Setahap demi setahap saya jadi mengerti. Setelah makin cinta, jadi makin tertib spend time sekitar 2-3 jam sehari ngompasiana. Kalau lagi sibuk, cukup ngintip-ngintip di sela-sela kerja di depan komputer. Dengan rajin mengunjungi beberapa artikel setiap hari dan mulai menemukan polanya. Dari sinilah saya baru belajar ber-connecting. Makin hari ternyata makin terasa menyatu dengan keluarga kompasiana. Mengapa saya sebut keluarga ? Penghuni kompasiana beragam, kebersamaan para kompasianer di dalam satu komunitas kompasiana membentuk dinamika hubungan yang indah dan menarik, hidup dan kaya karya.

Sharing and Connecting are the power of Kompasiana. Motto sharing and connecting benar-benar pas dan menjadi kekuatan Kompasiana. Dengan member sekitar 200.000 orang, meskipun yang aktif jauh dari jumlah itu tetapi keberadaan Kompasiana sebagai media jurnalisme warga terbesar di Indonesia memang layak disandang. Para kompasianer bisa berinteraksi satu sama lain dengan bahasa tulisan. Antar kompasianer memang telah memberi vote dan komentar pada suatu tulisan, tetapi antar kompasianer juga berinteraksi dalam bentuk artikel, saling menyindir juga kerap terjadi. Sampai adu artikel, jadi salah paham, lalu disatukan kembali dengan artikel pula. Bahasa tulisan yang manis, itulah dinamika Kompasiana layaknya antar kompasianer adalah satu keluarga dalam satu rumah. Beda pendapat itu wajar, beda selera itu biasa, tapi bersama tetap yang terindah. Itulah kekuatan kompasiana dengan segala keriuhannya. Kompasiana bak pasar yang tak pernah sepi, buka 24 jam, jualannya macam-macam. interaksinya hidup.

Tak jarang tulisan juga menohok Admin kompasiana. Gaya bahasa seseorang memang berbeda-beda, ada yang tutur katanya lembut tapi juga ada yang to the point aja. Sejauh ini saya salut dengan Admin Kompasiana yang masih netral dan tidak terbawa arus emosi para kompasianer meskipun dituduh lebih memihak pada hal tertentu. Saya sadar, berat jadi Admin Kompasiana mengendalikan Kompasiana yang posting tulisannya banjir terus dan dapat menjadi pihak yang menjembatani keinginan banyak pihak. Namun sejauh ini sudah pantas kerja keras Admin diberi acungan jempol.

Selama saya menjadi kompasianer ada 3 kasus besar yang mencuat lewat tulisan yang diposting di Kompasiana, yaitu : pada kasus Jilbab Hitam, Anggito Abimanyu dan Email Bos VIVA News. Mereka memilih Kompasiana bukan tanpa alasan, karena dengan memposting tulisan itu dapat membuka fakta besar yang ingin diungkap penulisnya, tanpa perlu menunjukkan identitas dan tujuan itu tercapai.

Tokoh-tokoh penting negeri ini, seperti Jusuf Kalla, Yusril Izha Mahendra, Anies Baswedan, Faisal Hasan Basri juga seorang kompasianer. Beliau juga menulis dan menjadi bagian dari keluarga kompasiana. Mengapa para tokoh penting di negeri ini memilih menulis di kompasiana tentunya karena kompasiana adalah media jurnalisme warga yang layak diperhitungkan, sehingga pesan dari tulisan itu bisa sampai sesuai dengan tujuannya.

Kanal di Kompasiana juga terbilang lengkap, karena mewakili reportase dan opini. Di sisi lain ada hiburan dan hobi kompasianer dapat tersalurkan. Keseimbangan dan lengkapnya kanal di Kompasiana membuat banyak pihak bergabung atau hanya menjadi silent reader. Kanal yang ada di Kompasiana terbilang sangat mewakili jiwa jurnalisme warga. Siapapun bisa menulis sesuai dengan selera dan kemampuannya. Di kala ada frezz, adalah sebuah pencapaian dan kebanggaan jika seorang penulis bisa tembus media cetak melalui tulisannya. Tentu hal ini makin memberi spirit kompasianer. Semoga setelah frezz dihentikan, Admin Kompasiana bisa memberi wadah lain bagi kompasianer agar bisa menulis dengan kualitas yang makin baik.

Kompasiana juga wadah yang mengkontribusi warganya untuk produktif, dengan menelurkan karya bersama dalam bentuk buku. Hasrat menulis bukan lagi sebagai hobi, tetapi dalam bentuk karya yang bermanfaat bagi banyak orang dan memberi penghasilan bagi penulisnya. Di kompasiana juga sering diadakan lomba menulis. Apanya tidak makin semangat menulis? Saya yakin, bila sudah terjebak di Kompasiana sulit lepasnya! Ada kerinduan untuk melihat perkembangannya, ada kerinduan untuk beri komentar dan vote. Ada kerinduan untuk menulis dan menulis lagi. Kompasiana menjadi wadah bagi para jurnalis warga untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menulisnya, itu memang terbukti.

Sejalan dengan perkembangan waktu, saya baru tahu bahwa ada media jurnalisme warga yang lain dan dikelola oleh perusahaan media besar di Indonesia. Beberapa media jurnalisme warga tersebut sempat saya kunjungi pula. Tak kalah menarik dalam tampilan, tetapi akan butuh waktu untuk bisa mengejar Kompasiana. Deretan artikel memang mengalir, tetapi membangun dinamika komunikasi warga selevel dengan Kompasiana bukan urusan mudah dan waktu singkat. Membangun dinamika jurnalisme warga, terutama harus didukung oleh warganya sendiri. Adanya rasa solidaritas dan rasa memiliki bukanlah suatu hal yang mudah dibangun. Di sisi lain, kanal yang tersedia juga tidak seberagam di Kompasiana, saya melihat porsi reportase yang lebih banyak. Riuhnya keramaian antar warganya tidak saya temukan di sana.

Akhir kata, saya bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari kompasiana semoga kemampuan menulis saya semakin terasah dan tulisan-tulisan saya berguna bagi pembaca kompasiana.

Kompasiana memang hebat!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun