{DEAR PPA} Rusminah Robot
Oleh : Majawati Oen
Pagi buta raganya sudah terjaga
Menyapa Tuhan dalam doa
Bertandang ia mengolah pangan
Mengurus diri, lelaki dan anaknya
Ketika fajar tiba
Dikayuhnya sepeda
Menuju ladang mencari upah
Bukan satu pekerjaan tapi rupa-rupa
Untuk melanjutkan hidup
Yang selalu kurang
Di sela lelah dan rutinitasnya
Jiwanya sering melayang-layang
Beban pikir menyeruak satu-persatu
Wajah lelaki dan anak-anaknya muncul dalam benaknya
Sering ia mengingau berkeluh atas bebannya
Raganya jadi perkasa
Karena tiada pilihan lain
Tuntutan asap dapur tetap mengepul
Membuatnya tak merasa lelah
Mengacuhkan kantuk
Melawan sakit penyakit
Tak habis ia berpikir
Mengapa lelaki dan anak-anaknya tutup mata
Merayunya dikala butuh rupiah
Mencaci dan mempersalahkan
Ketika maunya tak keturutan
Hanya menuntut tak bisa balik dituntut
Di balik wajah manisnya
Rusminah menangis pilu
“Uang – uang – uang
Kemana lagi kau bisa kukejar”
Rusminah lalai
Kebahagiaan digapai di kebahagian orang lain
Padahal tak ada habisnya
Tak pernah dibalas budinya
Bukan petang lagi ia pulang
Tapi sungguh malam
Ketika semua pintu telah terkunci
Kampung lengang hanya ia yang melewati
Kaki menginjak rumah
Masih berkutat dengan ini itu
Hingga raganya ambruk tak berdaya
Lelakinya yang seharian di rumah
Masih minta jatah
Rusminah yang cantik manis
Wajahnya sering bertirai mendung
Meski ia wanita perkasa
Suatu hari tetangganya menyapa :
“Mbak, sampeyan pancen robot!”
Hanya senyumnya mengembang kecut
Memang benar adanya
Di luar sana ada banyak wanita
Yang juga dirobotkan keluarganya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H