Dalam rangka HUT Klenteng Eng An Kiong Malang yang ke – 191, diadakan Kirab Ritual dan Budaya keliling kota Malang pada hari Minggu 17 Juli 2016 yang berlangsung sejak jam 08.00 – 14.00. Start mulai dari Klenteng Eng An Kiong melewati beberapa jalan utama kota Malang dan finish kembali lagi ke Klenteng Eng An Kiong. Untuk acara ini mengundang beberapa Klenteng di Pulau Jawa, Bali dan Madura yang menyertakan 38 Patung Dewa untuk diarak dalam Kirab keliling kota Malang.
Para patung dewa telah hadir sehari sebelumnya, sehingga para hari ini sudah siap kirab sejak pagi hari. Para patung dewa ini diletakkan di sebuah tandu yang dihias berbagai bunga dan disesuaikan dengan tradisi masing-masing daerah.
Salah satu tujuan dari kirab ini adalah untuk menjalin kebersamaan dan kerukunan antar umat manusia oleh sebab itu kepesertaan melibatkan berbagai pihak. Peserta kirab pun beragam mulai dari laki-laki dan wanita dewasa sampai anak-anak dilibatkan pada acara ini.
Kemeriahan benar-benar menyedot pengunjung, apalagi sejak Jumat harian Radar malang sudah mempublikasikannya. Masyarakat dari berbagai penjuru segera merapat untuk dapat menikmati pertunjukan ini. Tak kalah wisatawan mancanegara juga memanfaatkan momen ini untuk bisa foto bersama. Pedagang yang berjualan barongsai, ular naga dan balon juga memanfaatkannya untuk bisa menjual barang dagangannya.
Suatu saat saya tertarik untuk mengambil foto dari dekat peserta kirab yang tandunya berjalan menyerong ke kanan kiri dan berputar, tapi kemudian oleh panitia dari Klenteng yang bersangkutan diminta minggir karena berbahaya. “Ini kami dari Probolinggo, sejak dari berangkat sudah “kemasukan” sehingga jalannya terasa berat,” kata Ibu tersebut. Dari gerakannya memang nampak bahwa itu bukan kemauan pengangkat tandu, mereka hanya mengikuti arah gerakan tandu mau ke mana.
Ini adalah ritual, sehingga percaya atau tidak, kembali pada pribadi masing-masing. Saya menyaksikan langsung bahwa tandu yang mengangkut Patung Dewa mempunyai kekuatan untuk menggerakkan arah tandunya. Tidak semua, karena ada juga tandu yang digerakkan oleh pemegang tandu dengan mengikuti gerakan irama musiknya.
Setiap peserta kirab dari klenteng rata-rata membawa panji-panji klentengnya, tandu patung Dewa dan iringan kelompok musik. Yang juga mengusik hati saya adalah, beberapa kelompok peserta kirab membawa kemoceng dan sapu, ada suatu kesempatan saya tanyakan kepada para peserta. Tujuannya adalah membersihkan jalan yang akan dilewati oleh Patung Dewa.
Adegan yang menegangkan juga saya saksikan di depan mata. Pada saat ada peserta kirab yang tiba-tiba tangannya diangkat dan badannya menjadi kaku, wajahnya memerah dan matanya melotot. Tiba-tiba dia masukkan sebatang besi ke pipi kanannya dan tembus ke pipi kiri. Wow... baru kali ini saya saksikan dengan mata telanjang. Orang itu benar-benar tak tampak kesakitan dan berdarah-darah.
Tetapi kegiatan budaya seperti ini layak untuk dijadikan kegiatan rutin dan dilanjutkan. Agar budaya dan nilai-nilai luhur seperti kebersamaan dan kerukunan antar umat manusia juga bisa dilestarikan. Selamat Ulang Tahun ke – 191 kepada Klenteng Eng An Kiong Malang.
Majawati Oen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H