Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kapan Saatnya Membeli Produk Asuransi?

16 Juni 2016   21:11 Diperbarui: 16 Juni 2016   21:29 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2016 ini merupakan waktu berakhirnya pembayaran premi salah satu dari asuransi yang saya miliki. Dua puluh tahun masa pembayaran premi terasa panjang saat saya menandatangani polisnya dulu. Akhirnya dapat saya lalui tanpa halangan karena premi selalu terbayar secara disiplin. Saat itu biaya premi tak mampu saya bayar langsung setahun, sehingga saya mengambil periode pembayaran triwulan. Berselang 5 tahun, biaya premi itu sudah tak memberatkan, karena laju inflasi. Sepuluh tahun terlewati, premi yang saya bayarkan terasa murah. Apalagi sekarang, tak sampai Rp 200.000 per triwulan.

 Uang pertanggungannya 80 juta. Ini asuransi kedua yang saya miliki, jenisnya whole life, sehingga memberi proteksi bila saya meninggal dunia saja. Tetapi bila saya masih hidup sampai usia 70 tahun, dana dicairkan beserta nilai tambah dari perkembangan uang yang ada.

Asuransi pertama yang saya punya, justru saya beli tanpa berpikir panjang, bahkan bisa dibilang saya buta yang namanya asuransi. Saya beli dari sebuah bank swasta, waktu itu menawari saya tabungan yang ada proteksi asuransinya. Ternyata pertanggungannya hanya sebatas waktu kontrak menabungnya saja, yaitu 4 tahun. Saya juga tak terlalu memperhatikan perjanjian-perjanjian yang tertulis di polis, lebih banyak percaya pada ucapan pegawai bank tersebut karena sudah kenal dia. Untunglah setelah setahun berlalu, saya benar-benar membaca polis itu dengan seksama, dan saya baru menyadari bahwa asuransi yang saya miliki belum bisa melindungi saya dari kemungkinan musibah yang dapat menimpa saya. Untuk apa jangka waktu 4 tahun saja, setelah itu putus kontrak.

Sejak itu saya mulai mencari informasi dan mengundang beberapa agen asuransi untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang produk asuransi yang saya butuhkan agar dapat memproteksi saya dan preminya mampu saya bayar. Setelah saya menemukan dan saya memutuskan untuk membeli produk tersebut, saya menghentikan asuransi di bank tersebut. Memang ada kerugiannya, tetapi daripada saya membeli sebuah produk yang tak memberikan manfaat sesuai kebutuhan, untuk apa? Asuransi whole life memberi jaminan dana bagi keluarga saya untuk dapat memetik manfaat bila terjadi musibah pada diri saya. Saya termasuk tulang punggung keluarga sehingga bila musibah menimpa saya otomatis akan berpengaruh bagi kelanjutan hidup keluarga. Kehidupan keluarga kami ditopang oleh penghasilan saya dan suami.

Seiring berjalannya waktu, ketika anak saya mulai usia 2 tahun. Saya mulai berpikir tentang biaya masuk sekolah yang tidak murah. Saya pun mulai mencari informasi lagi tentang produk asuransi yang dapat menjamin kelangsungan studi putri saya, bila ada musibah yang menimpa diri saya. Dananya keluar di saat anak saya masuk TK, SD, SMP, SMU, sampai kuliah. Proteksi yang diberikan adalah bila terjadi musibah sehingga saya cacat tidak bisa bekerja atau meninggal dunia, dana akan tetap keluar sesuai dengan masa anak itu memasuki jenjang sekolah. 

Apabila orang tuanya mengalami musibah, jadwal pencairan dana untuk masuk sekolah tidak akan terpengaruh bukan! Saya merasa anak saya terlindungi biaya sekolahnya dengan saya rutin membayar premi. Pembayaran premi ini tak seberapa dibandingkan nilai proteksi pendidikan anak saya sampai perguruan tinggi. Pada kenyataannya, saat anak saya masuk TK, SD, SMP dan SMU saya masih mampu membayar biaya masuknya tanpa mengklaim asuransi, sehingga uang itu terus diinvestasikan.

Memasuki usia 38 tahun, saya melihat orang-orang seusia saya mulai muncul penyakitnya. Saya pun berpikir untuk memiliki asuransi yang bisa memproteksi kesehatan saya, dengan tersedianya dana apabila saya harus dirawat di rumah sakit. Biaya berobat tidak murah, sementara saya sebagai wiraswasta harus menanggung sendiri semua biaya pengobatan. Sejak itulah saya kembali mencari informasi yang berhubungan dengan asuransi kesehatan. Asuransi ini memberi perlindungan bila saya harus dirawat di rumah sakit. Saya tertarik untuk mengambil perlindungan termasuk penyakit kritis, keuntungannya 50% uang pertangungan bisa diklaim bila kita terdeteksi mengidap penyakit kritis. 

Butuh waktu lama bagi saya untuk memutuskan membeli produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan saya. Dua tahun kemudian saya putuskan memiliki produk asuransi kesehatan bagi kami sekeluarga. Disamping memproteksi kesehatan juga sekaligus berinvestasi karena dengan sistem unit link, kita bisa top up untuk investasi. Kontrak untuk asuransi ini berlangsung 10 tahun. Saya pilih lebih pendek waktunya, karena kondisi saya sudah lebih mapan dan sudah mampu membayar premi sebesar itu. Pertimbangan lainnya adalah usia saya makin bertambah, akan lebih nyaman bila berakhir lebih cepat.

Ada banyak manfaat yang dapat saya peroleh dari asuransi kesehatan ini, Beberapa kali saya, suami dan anak rawat inap selalu ditanggung oleh asuransi. Ketika harus pembedahan juga tak terlalu bingung dengan biayanya. Proteksi asuransi benar-benar membantu kami di saat musibah datang. Sudah kesakitan, kalau masih memikirkan biaya berobatnya akan terasa makin pahit di hati. Kalau dihitung-hitung biaya klaimnya lebih mahal dibandingkan dengan bayar preminya. Apalagi proteksinya berlangsung sampai usia 70 tahun. 

Di saat usia lewat 50 tahun, biasanya penyakit mulai bermunculan. Tanpa ada proteksi atas kesehatan, kita harus menyiapkan dana besar untuk berjaga-jaga bila penyakit datang menyerang. Padahal di saat penyakit datang, seringkali dana tak terbatas bisa mengalir terus, terutama bila kita terserang penyakit yang membutuhkan pengobatan seumur hidup.

Di tahun yang sama, saya mulai berpikir pensiun. Tak lama lagi, masa kejayaan saya pasti memudar. Meski nafsu besar, tenaga pasti kurang. Otomatis penghasilan juga akan menurun. Ketika usia makin bertambah tentunya sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, oleh sebab itu pundi-pundi tabungan harus diisi sejak sekarang. Meski tabungan sudah punya, tetapi tabungan tidak bisa menjamin musibah. Tabungan hanyalah tumpukan uang cadangan yang bisa dipakai sesuai dengan BANYAKNYA UANG yang kita tabung. Berbeda dengan asuransi, kita cukup membayar premi secara teratur sesuai kemampuan kita tetapi uang yang tersedia SESUAI DENGAN RENCANA kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun