Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[JOKOWI] Kompasiana Pembisik Presiden

18 Desember 2015   23:35 Diperbarui: 19 Desember 2015   00:08 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pembisik Presiden "]

[/caption]

Suara kami tidak keras
namun lantang
Bahasa kami tidak baku
namun tulus
Tulisan kami tidak indah
namun jujur

Hanya sebatas Pembisik
Terdengar samar-samar
Kasak-kusuk di lini bawah

Tapi....
Kami menyuarakan fakta
Kami mengungkap masalah
Kami menyampaikan kritik
Kami memberikan saran
Kami ingin perubahan untuk lebih baik
Kami tidak bermain politik
Lewat rumah Kompasiana suara kami tercorongkan
Karena di rumah ini demokrasi ditegakkan
Siapapun boleh bersuara
24 jam nonstop

Rangkaian kata membentuk artikel
Artikel mendapat tanggapan
Tanggapan menjadi diskusi
Dari diskusi mempunyai kekuatan menggiring kasus
Dari sana ada kekuatan maha dahsyat
Berangkat dari bisikan akhirnya menggema di jagad maya
Karena saat ini suara rakyat dibuntukan di tengah jalan
Sehingga kami harus menyuarakannya sendiri
Dengan cara kami sendiri

Suara kami memang beragam
Gaya kami juga beda-beda
Sampai juga ribut sendiri
Itulah bagian demokrasi
Pada akhirnya kami belajar dari semua itu
Menyikapi secara arif segala perbedaan

Bapak Presiden
Terima kasih berkenan singgah di rumah Kompasiana
Ikut melihat dan membaca hiruk pikuk di dalamnya
Bahkan merangkul dalam jamuan makan siang
Kompasiana adalah miniatur Indonesia
Ada ibu rumah tangga sampai profesor
Dari petani sampai pejabat tinggi
Mulai pelajar sampai kakek nenek
Kami semua keluarga besar dengan keberagamannnya
yang setara....

Bapak Presiden
Kami adalah pembisik setiamu
Blusukanlah di Kompasiana untuk memantau rakyat
Suara-suara dari ribuan tulisan itu gambaran rakyat teraktual
luapan hati yang tulus
Meski sering berbumbu pedas nan meledak-ledak
Sebab pro kontra berkembang apa adanya
Gambaran dinamika kehidupan berbangsa

Melalui rumah Kompasiana
Semua penulis menyuarakan isi hatinya
Dorongan menulis menjadi kuat
Karena negeri ini sudah harus banyak direvisi
Di sana-sini boroknya makin nyata terpampang
Korupsi jadi momok paling sulit dibasmi
Keadilan bisa diperjualbelikan
Jabatan jadi kesempatan mengeruk kekayaan
Politik berusaha memutar balikkan kebenaran
tanpa tedeng aling-aling lagi
Tak malu, tak jera, main terang-terangan
batas-batas itu ditabrak
Ada 250 juta rakyat negeri ini
menyaksikan panggung pentas negara
Diinjak-injak haknya oleh segelintir orang
Dengan mengatasnamakan rakyat

Semua ini terus terjadi
karena jeritan kami
t e r b u n t u k a n!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun