Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Para Manula Jadi Sasaran Penipuan Hipnotis

11 Januari 2014   16:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Almarhum Ibu saya pernah mengalami penipuan dengan modus hipnotis. Ternyata modus itu juga dialami oleh beberapa orang usia manula di Malang saat itu. Berita di koran sering muncul kejadian yang hampir sama, tetapi pelakunya tidak tertangkap. Selang berapa lama akan muncul lagi pelaporan dengan kasus yang sama. Sehingga kejadian ini terjadi dan terjadi lagi selama beberapa tahun.

Kejadiannya bermula saat Ibu saya sedang akan pergi ke suatu mall dekat rumah kami, beliau berjalan kaki saja sudah sampai. Saat akan menyeberang, tiba-tiba ada sebuah mobil kijang yang mendekatinya. Seorang pria berdasi dan tampil necis turun dari mobil kijang itu dan mendekatinya sambil bertanya dengan logat Malaysia,"Di mana panti asuhan di dekat sini, karena saya akan memberikan sumbangan." Ibu saya lalu memberi petunjuk arah menuju ke panti asuhan terdekat, tentunya dengan ramah karena berhadapan dengan orang yang mempunyai niat baik membantu sesama. Kemudian orang itu berkata,"Ibu bisa ikut kami, tolong ditunjukkan tempatnya, karena saya bukan dari Malang supaya tidak sampai kesasar." Ibu saya langsung naik ke mobil itu, ternyata di dalamnya sudah ada dua orang pria lain. Mereka bicara bergantian dan macam-macam yang diceritakan, lalu salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah jam tangan. Ia lalu mengatakan bahwa jam tangan ini harganya mahal, yang akan dijualnya juga untuk membantu ke panti asuhan itu. "Apa ibu berminat membelinya?" tanya pria itu. Pria itu lalu menyerahkan arloji itu ke ibu saya untuk dilihat. Pada saat itu ibu saya bisa merasa bahwa arloji itu arloji mahal. Lalu pria yang lain juga  mengatakan bahwa uang yang akan disumbangkannya masih dalam bentuk mata uang asing. Apa tidak keberatan kalau ibu saya mau membantunya dengan menukar uang itu.

Entah apa pembicaraan yang terjadi, ibu saya bersedia membantu tapi saat itu tidak bawa uang tunai. "Tidak masalah, kami antar ibu pulang untuk ambil uangnya," kata pria itu. Ibu saya lalu pulang dan dia mengambil buku tabungannya. Ayah saya yang kebetulan di rumah, sampai bertanya untuk apa bawa-bawa buku tabungan? Ibu saya tidak peduli, ia justru terburu-buru dan mengacuhkan pertanyaan ayah saya. Ia bergegas naik mobil kembali dan bersama komplotan penipu itu menuju bank untuk menarik uangnya. Buku tabungan yang dibawanya isinya beberapa juta, ya masih beruntung hanya satu buku tabungan yang dibawanya. Uang tabungannya dikuras habis. Sampai petugas tellernya bertanya kenapa kok diambil semua? Tetapi seingat Ibu saya dia masih tidak terasa sedang dalam ancaman penipuan. Ibu saya tidak bisa mengambil uang di ATM, dia kurang paham, sehingga kalau ambil uang ya harus ke Bank. Pokoknya ingin segera uangnya diserahkan ke komplotan penipu itu supaya bisa disumbangkan ke Panti Asuhan. Sementara ia di bank, komplotan ini hanya menunggu di mobil.

Ketika kembali lagi ke mobil penipu, uang yang diambil dari bank itu diserahkan ke penipu dan ia mendapatkan 2 lembar uang mata uang asing tetapi jam tangannya tidak diserahkan. Lalu setelah mobil keluar dari bank, para penipu itu mengucapkan terima kasih karena ibu saya sudah membantunya untuk bisa segera menyalurkan bantuannya ke panti asuhan. Mereka mendoakan semoga berkat Tuhan senantiasa menyertai ibu saya karena dengan bantuan ibu saya mereka bisa memberikan bantuan ke panti asuhan. Lalu ibu saya diturunkan di pinggir jalan. Ibu melanjutkan perjalanan pulang ke rumah naik angkutan umum. Sesampai di rumah ia menceritakan ke ayah saya tentang kejadian itu sambil menunjukkan 2 lembar uang mata uang asing itu. Dari situ ayah saya langsung curiga ini penipuan karena arlojinya kok tidak diserahkan. Ibu saya masih ngotot bahwa itu bukan penipuan, ia segera menuju ke money changer terdekat untuk mengecek uang itu. Dari penjelasan petugas di money changer itulah ibu saya sadar. Ternyata uang yang ditukarkan itu mata uang dari Brazil tapi sudah tidak berlaku. Dari situlah ibu saya baru tersadar bahwa kena tipu.

Kejadian ini ternyata juga banyak terjadi dengan sasaran manula yang sedang sendirian di jalan atau baru keluar dari bank dan ATM, jumlah komplotannya biasanya sekitar 3 orang dan ada yang berlogat Malaysia. Alasan menyapa bisa juga tanya alamat tempat ibadah terdekat atau pernyataan yang memberi kesan berniat baik. Bila sapaan itu direspon, maka efek hipnotisnya langsung mengena. Tetapi ada juga pengalaman teman, bahwa bila sapaan itu diabaikan dan kita segera berlalu atau segera menyapa orang lain di sekitar kita seperti mencegat becak atau menuju ke suatu tempat terdekat yang banyak orang, efeknya hilang. Pengalaman orang lain lagi, yaitu ketika dihampiri orang dengan ciri-ciri penipu seperti  di atas hipnotisnya tidak mempan, karena teman tadi langsung menuju penjual pepaya di pinggir jalan di sekitarnya dan menjawab,"Tidak tahu, tidak tahu ya, coba tanya orang itu!" sambil menunjuk ke orang lain. Jadi bentuk pengalihan perhatian dan rasa curiga adalah salah satu cara pencegahan penipuan hipnotis.

Komplotan ini cukup berhasil memperdayai korbannya cukup banyak di berbagai kota di Jawa Timur yang saya ketahui dari berita koran, belum termasuk korban yang tidak  melaporkan ke polisi. Tidak ada salahnya saat di jalan kita selalu waspada dan menaruh curiga kalau ada orang asing yang tiba-tiba bertanya. Terutama para manula dan pensiunan yang biasanya di awal bulan mengambil uang di bank sendirian. Komplotan ini tidak tampak seperti penipu, sehingga banyak yang tidak curiga dan terkecoh dengan penampilannya yang bertampang baik-baik. Mewaspadai orang asing yang tiba-tiba menyapa, sok akrab dan minta informasi perlu dilakukan saat kita sendirian di jalan.

Penipuan dengan menggunakan hipnotis sangat membahayakan karena korbannya bisa melakukan apa saja diluar kesadarannya, bayangkan saja seperti yang dialami oleh ibu saya yang sampai diajak keliling-keliling naik mobil, masih bisa pulang ambil buku tabungan dan ke bank ambil uang tetapi tidak tersadar sedang dalam cengkeraman penipu. Tayangan di televisi yang menggunakan cara hipnotis untuk tujuan menghibur adalah sebagai contoh bahwa seseorang yang sedang dalam pengaruh hipnotis  bisa benar-benar kehilangan kesadarannya. Bahayanya lagi penipu ini bergerak dari suatu daerah ke daerah lainnya dan menjalankan modusnya secara berkala, karena memang sekali menjarah bisa mendapat uang dalam jumlah banyak.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun