Oleh : Majawati Oen
Jangan tanya biaya preminya? Orang pasti malas untuk bayar premi, apalagi kalau nggak terpakai. Ya buat apa bayar mahal-mahal kalau uangnya hilang! Sudah saya itung-itung, rugi kok ikut asuransi itu! Klaimnya sulit, ribet, nggak sumbut! Asuransi cuma layak untuk orang yang berduit saja! Itulah beberapa pernyataan orang-orang yang tidak merasa perlu berasuransi atau mempunyai pengalaman buruk berasuransi. Ya, tidak salah juga. Karena yang mereka bilang benar semua lho!
Bayar premi itu nggak murah, terus nggak pernah klaim. Apa nggak sakitnya tuh di sini! Tunjuk dompet. Untuk asuransi kesehatan, bila kita nggak pernah sakit memang uangnya hilang. Sakit lagi hati ini. Bayangkan kalau uang untuk bayar premi ditabung, sudah jadi berapa selama bertahun-tahun? Lha kalau dibayarkan premi, eh lenyap! Sudah pernah klaim asuransi? Waduh ribetnya, harus minta tanda tangan dokternya. Ngurus ke rumah sakit, foto copy, bayar lagi di rekam medis. Apanya nggak ribet? Kalau uang kita berlebih-lebih ya memang punya dana untuk ikut asuransi. Kalau masih pas-pasan ya beratlah...!
Menurut saya kembali pada mind set masing-masing orang tentang penting tidaknya berasuransi. Tidak bisa dipaksa, karena penting atau tidak itu relatif. Sangat sulit dua orang berbincang tentang asuransi bila pola pikirnya sudah beda. Ada orang yang tetap merasa lebih untung tidak punya asuransi, meskipun dia harus keluar biaya besar di saat sakit. Sementara ada orang yang bayar premi asuransi mahal-mahal, punya banyak polis, padahal tidak pernah klaim. Ditambah harapan, bisa selalu sehat sehingga tidak sampai klaim. Ada pula yang beranggapan, buat apa bayar mahal, nanti kalau mati tidak ikut menikmati. Sebagian lagi, masih hidup kok memikirkan kematian. Tidak wajar itu! Sehingga berbincang asuransi tidak bisa serta-merta tiap orang sama persepsi. Dan sangat tidak ada untungnya diperdebatkan. Pengalaman hiduplah yang nantinya memutuskan orang perlu berasuransi atau tidak. Pada dasarnya juga bukan hanya karena mahal dan murah biaya preminya semata, tetapi lebih pada kebutuhan atas jaminan masa depan yang tak pasti.
Saya sendiri, memang sudah sadar pentingnya berasuransi sejak sebelum menikah. Kira-kira 20 tahun yang lalu, saya sudah berburu asuransi. Jadi bukan ditawar-tawari, tetapi saya mencari-cari sendiri produk asuransi yang saya butuhkan. Secara bertahap saya beli beberapa polis asuransi untuk melindungi diri saya dan keluarga dari kejadian-kejadian tak terduga. Selama ini saya masih tetap merasa diuntungkan. Beberapa pertimbangan saya membeli produk asuransi adalah :
1.Saya punya rencana-rencana hidup yang tak ingin terbengkalai hanya karena saya sakit atau meninggal dunia.
2.Saya mempunyai tanggungan anak, yang harus saya biayai sampai dia kelak dewasa, dalam keadaan saya masih sehat, sakit ataupun meninggal dunia. Dia harus tetap sekolah dan dapat terbiayai kebutuhan hidupnya tanpa merepotkan orang lain.
3.Saya tak selamanya sehat, biaya berobat harus saya tanggung sendiri, karena saya seorang wiraswasta. Biaya berobat itu tidak murah dan naik terus setiap tahunnya. Belum tentu penghasilan saya dapat mengejar biaya rawat inap rumah sakit yang makin mahal itu. Saya tak mau menggerogoti tabungan hanya untuk biaya sakit, karenanya saya pilih asuransi yang bisa menanggung kalau saya sampai harus sakit, tanpa harus banyak pikir-pikir lagi darimana biayanya.
4.Saya ingin mempunyai dana pensiun untuk hari tua saya. Kalau menabung sendiri, bisa tidak tertib. Dengan meletakkan dana di asuransi maka uang saya aman di sana, tertib menabung dan berkembang. Bila butuh bisa dipinjam atau ditarik.
Dari keempat alasan itulah saya memutuskan membeli polis asuransi. Saya merasa aman karena ada proteksi untuk keempat hal di atas ada dalam kehidupan saya. Memang benar ada biaya yang harus saya keluarkan, tetapi sejauh ini saya merasa masih sebanding dengan proteksinya. Membeli polis asuransi memangtidak bisa terlihat nyata saat transaksi, asuransi akan sangat dirasa manfaatnya saat musibah datang. Dan itu terbukti, bayangkan saja, sudah badan ini sakit, tak punya uang. Tonggak rumah tangga meninggal, biaya kehidupan tidak ada yang menanggung. Anak-anak juga punya banyak kebutuhan. Betapa nelangsanya! Bisa baca juga tulisan saya sebelumnya, tentang beberapa manfaat asuransi (http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/28/pentingnya-memahami-aturan-berasuransi-596398.html ) Apakah premi asuransi mahal? Benar-benar tidak ada artinya membayar premi bagi yang sudah pernah klaim asuransi karena tertimpa musibah. Banyak yang bersyukur karena punya asuransi. Setidaknya ada rasa aman karena pembiayaan sudah ada yang menanggung. Musibah terkadang tidak bilang-bilang kalau mau datang, sementara kesiapan kita juga tidak ada. Kalaupun ada terbatas, akibatnya kita kelabakan. Mencari bantuan sana-sini, menjual asset, menguras tabungan, bahkan berhutang. Kehidupan saat itu dan masa depan lenyap dalam sekejab, justru kedatangan masalah baru.
[caption id="attachment_375382" align="aligncenter" width="644" caption="Besarnya biaya operasi usus buntu tahun 2013 (dok. pri)"][/caption]
Bandingkan dengan premi pertahun yang dibayarkan untuk anak usia 17 tahun di bawah ini. Beratkah diongkos?
[caption id="attachment_375383" align="aligncenter" width="645" caption="Biaya premi per tahun, baru ikut dua tahun sudah klaim. Penyakit usus buntu tidak bisa ditunda operasinya. (dok. pri)"]
Sejauh ini saya ikut asuransi sebatas mampu saja. Pembelian polis juga bertahap, agar tidak memberatkan.Apalagi bila membelinya di saat usia masih muda, badan masih sehat maka biaya premi masih murah, jangka waktu pembayaran juga tak sampai tua. Tetapi banyak orang justru tersadar membeli polis setelah sakit, akibatnya ada banyak pengecualian dalam pemberian proteksi dan ini merugikan pemegang polis. Biasanya juga terkena pembayaran yang lebih besar untuk bisa diproteksi. Menurut saya biaya premi itu relatif juga, karena ada banyak orang yang merasa sayang untuk bayar premi asuransi, tetapi obral untuk membeli barang-barang konsumtif. Menyisihkan sebagian uang kita untuk hal yang tak terlihat nyata, dan tak bisa diambil memang biasanya menjadi kendala untuk memutuskan membeli polis asuransi. Tetapi bila memang dananya tidak cukup, minimal harus terdaftar sebagai peserta BPJS, setidaknya untuk kesehatan saja ada yang menjamin. Jika uang kita terbatas, lalu apa masih punya dana kalau tiba-tiba sakit dan memerlukan perawatan dengan biaya besar dengan segera? Sehingga kalau tidak punya banyak dana lebih ditambah tidak memiliki polis asuransi kesehatan, menurut saya justru salah dua kali. Lebih baik menyisihkan sebagian uang sebagai penjamin kesehatan dibelikan polis BPJS yang lumayan terjangkau. Beda dengan orang kaya, yang uangnya melimpah, mau berobat ke mana saja tak masalah dan biaya berapapun bisa bayar. Bagi yang memang dananya terbatas dan tidak dijamin kantor tempat bekerja, minimal asuransi kesehatan, setiap orang harus punya. Kita sakit belum tentu langsung mati, dan biaya perawatannya bisa lama. Itu benar-benar akan menguras semua harta kita dalam sesaat. Sudah uang pas-pasan, dikuras lagi. Inilah yang saya sebut salah dua kali.
Ada banyak produk asuransi yang ditawarkan saat ini, apalagi yang gabung dengan tabungan. Harus jeli, harus cerdas, harus banyak belajar, harus update info terbaru tentang produk-produk asuransi, jangan sungkan membandingkan, jangan terburu-buru beli. Pahami dan pelajari secara detail, jangan mudah percayapada agen asuransi. Terutama tentang besaran kenaikan investasi, karena itu fluktuatif. Mintalah bukti-bukti dan perjanjian secara benar. Jangan gampang tanda tangan, jangan mau data Anda dituliskan oleh agen, tulis semua sendiri. Baca satu persatu, kalau perlu minta waktu untuk mengisi sendiri dengan tenang. Jangan mau diajak berbohong atas data-data anda, karena hal itu akan menyulitkan di belakang hari saat klaim. Ingat, membeli polis asuransi pada perusahaannya, bukan pada agen tersebut. Suatu saat dia bisa saja pindah pekerjaan, sementara perjanjian anda dengan perusahaan seumur hidup. Jangan pernah membeli produk asuransi karena sungkan dan didesak-desak terus oleh agen asuransi.
Mengurus klaim asuransi memang ribet, ya itulah prosedurnya. Harus ke sana ke sini, tetapi masih imbang kok dengan jaminannya, sehingga hal itu tak perlu dikeluhkan. Dijalani saja. Kalau anda termasuk orang yang tak sabaran atau ada banyak urusan bisa minta tolong pasangan, anak, saudara yang lebih punya waktu lalu anda tinggal tanda tangan saja. Di mana-mana prosedurnya juga sama. Bukan hanya klaim asuransi, urusan lainpun kan juga ada prosedurnya, ya harus dilalui semua itu.
Saya bukan agen asuransi, tetapi saya sangat peduli pada perlindungan asuransi atas diri saya dan keluarga saya. Saya sudah beberapa kali merasakan manfaatnya, bagi saya asuransi adalah andalan di saat musibah datang. Memberi rasa tenang di saat kejadian yang tidak diharapkan sewaktu-waktu terjadi. Rasa sedih setidaknya berkurang satu, karena ada jaminan dana yang jelas jumlahnya besar dan dibutuhkan saat itu juga. Saya merasa belum mampu menanggung semua itu secara mandiri, bila musibah datang, karena itu saya alihkan ke pihak asuransi agar rencana-rencana dan tanggung jawab saya tetap berjalan seperti yang saya inginkan. Bukan karena saya punya dana lebih untuk membayar preminya, tetapi memang dengan kesadaran saya sengaja menyisihkan untuk itu. Meskipun untuk itu saya harus juga berhemat pada hal-hal yang lain, mengesampingkan keinginan-keinginan saya yang tak begitu penting untuk bisa tertib membayar premi.
Seberat apa biaya asuransi? Kita sendiri yang bisa menjawabnya. Pengaturan keuangan tergantung kita sendiri juga kan! Bukan karena ada dana atau tidak, tetapi lebih lihatlah pada kebutuhan perlindungannya. Kalau sekarang saja kita mampu kredit kendaraan bermotor, kredit rumah, mampu membayar kartu kredit, kenapa hidup kita tidak ada yang menjamin? Apa mampu kita menanggung semua itu lagi bila tiba-tiba sakit tak bisa bekerja atau meninggal dunia mendadak. Bagaimana kelanjutan hidup orang-orang yang kita sayangi? Membeli polis asuransi tidak berat kalau kita membeli sesuai kemampuan, secara bertahap dan diusia muda. Manfaatnya benar-benar jauh dibandingkan dengan membayar preminya. Menilai manfaat asuransi tidak bisa dihitung seperti manfaat menabung, karena memang faktor resiko yang dijamin oleh asuransi.Tetapi kita selalu berharap resiko itu tidak datang dalam hidup kita. Ya tidak rugi tho? Lha wong sehat kok merasa rugi! Malah kalau bisa klaim, apa itu layak disebut untung? Jika tanpa memiliki polis asuransi sudah bisa melindungi diri dari banyak musibah yang mungkin datang mendadak. Ya sudah, tak perlu memiliki polis asuransi. Gampang kan! Pada akhirnya pilihan di tangan kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H