Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lee Kwan Yew Menjaga Singapura Hingga Akhir Hayatnya

15 Mei 2015   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lee Kwan Yew Menjaga Singapura Hingga Akhir Hayatnya

Oleh : Majawati Oen

Pada tahun 2010 saya berkunjung ke Singapura untuk pertama kalinya, memang benar kata orang sejak dulu bahwa Singapura adalah negara yang nyaman, aman, bersih dan tertata. Ketika jalan-jalan di Orchard Road dan kami merasa kehausan lalu mampir ke minimarket untuk beli minuman, anak saya mencari permen karet. Penjualnya tersenyum dan dia bilang, tidak ada permen karet di Singapura. Anak saya menghampiri saya, menanyakan itu. Karena memang jalan kaki sambil mengunyah permen karet terasa asyik. Yah dia belum tahu, bahwa Singapura bebas permen karet. Lalu ketika kami membeli barang-barang soevenir jadi tahu bahwa begitu banyak larangan dan denda di Singapura yang tidak ada di negara-negara lainnya. Suami saya saja kalau merokok harus di sebuah area terbuka yang disediakan. Sesuatu yang sungguh berbeda diterapkan oleh Singapura memberi kita banyak kekaguman akan perhatian pemerintah Singapura akan kebaikan negara dan warganya agar bersikap baik dan sehat. Warga Singapura juga patuh akan hal itu. Sebagai pengunjung dari negara lain, otomatis juga harus patuh atau mau didenda.

Liburan seminggu di Singapura memberi banyak suasana baru bagi kami sekeluarga. Breakfast dari hotel kami nikmati di trotoar jalan depan hotel, dengan disediakan kursi dan meja. Tetap nyaman karena tidak berdebu. Suasana pagi terasa sejuk dan udara bersih, tidak bisa kami nikmati di Indonesia. Agak terasa aneh bagi kami saat itu. Burung yang beraneka macam masih beterbangan di sekitar kami. Sesudah makan pagi kami jalan-jalan di sekitar hotel, para pekerja sudah pada berangkat kerja dan rata-rata membawa botol minum sendiri. Mereka berjalan kaki dan naik kendaraan umum. Orang Singapura rata-rata kuat jalan kaki dan badannya jarang yang gemuk. Padahal porsi makanan di sana waduh.... satu setengah sampai dua kali lipat makan di sini. Mereka kuat makan, mungkin karena kalorinya juga banyak habis untuk jalan kaki.

Yang pasti ada banyak kenyamanan bila kita berada di Singapura. Padahal kalau kita menengok ke belakang, dulunya Singapura adalah negara yang kumuh, tidak mempunyai sumber daya alam, hanya sebuah titik bila kita lihat di peta. Tetapi sekarang Singapura berubah menjadi negara megapolitan yang maju dan kaya serta rakyatnya sejahtera. Semua ini memang tak lepas dari kepemimpinan Lee Kwan Yew, yang memang pantas disebut sebagai pendiri Singapura. Ialah Bapak Singapura yang sangat mencintai negaranya dan menjaganya hingga akhir hayatnya.

Lee Kwan Yew memang banyak dikritik sebagai pemimpin yang otokratik dan diktaktor, membatasi kebebasan media, serta memenjarakan lawan politiknya. Tetapi beliau mempunyai visi dan misi ke depan yang diyakininya akan membawa kesejahteraan bagi bangsa dan negara Singapura. Di sudut kota Singapura, saya pernah menemukan tempat yang disediakan untuk berdemonstrasi, tapi tempat itu kosong melompong. Mungkin tak ada yang perlu di demo?

Apakah ada yang salah dari gaya kepemimpinan Lee Kwan Yew selama ini? Mungkin begitu bagi lawan politiknya, tetapi tidak demikian bagi rakyat Singapura. Melalui wawancara di TV, sangat terlihat betapa masyarakat Singapura berterima kasih pada Lee Kwan Yew, mengakui bahwa mereka bisa hidup sejahtera selama masa kepemimpinannya, bahkan di saat beliau sudah tidak terlibat dalam kepemimpinan langsung Singapura. Rakyat Singapura sangat kehilangan, para tokoh dunia menghormatinya dan masyarakat seluruh dunia yang pernah berkunjung ke Singapura mengakui bahwa Singapura memang nyaman.

Lee Kwan Yew menjadi pemimpin Singapura seperti seorang Bapak yang sangat menyayangi anaknya. Sebagai seorang banyak bukan hanya menuruti kemauan anaknya, tetpai dia juga harus tegas, mengarahkan, menghukum dan memberi peraturan-peraturan yang kurang disukai sang anak, tetapi dia yakin inilah yang terbaik untuk anaknya. Tidak semua pemimpin sanggup seperti ini. Lebih banyak yang memilih untuk memikirkan pencitraan politiknya semata. Seluruh hidupnya diabdikan untuk Singapura, bahkan ada kutipan terbaik dari Lee Kwan Yew tentang kepemimpinan : “Bahkan dari tempat tidur sakit saya, bahkan jika Anda akan menurunkan aku ke dalam kubur dan aku merasakan sesuatu yang salah, saya akan bangun!” Betapa cintanya Lee Kwan Yew kepada negaranya hingga segala sesuatunya di kontrol dan disiapkan secara baik, termasuk untuk suksesi kekuasaan. Ia sadar mengundurkan diri dari jabatan PM karena sudah terlalu lama memimpin Singapura , namun tetap memberikan pendampingan kepada penggantinya Goh Chok Tong. Terbukti pula Goh Chok Tong menyatakan bahwa Lee Kwan Yew telah banyak memberi inspirasi kepadanya bukan mengatur. Dan sekarang anaknya Lee Hsien Liong menjadi Perdana Menteri Singapura. Dan Lee Kwan Yew sampai di akhir hayatnya masih menjabat sebagai penasihat menteri. Sebuah kontrol yang tak pernah dia lepaskan, pendampingan layaknya seorang ayah. Bukan campur tangan dan mengatur-atur, tetapi Lee Kwan Yew terbukti sudah melahirkan pemimpin-pemimpin besar di Singapura yang bisa melanjutkan kepemimpinannya tanpa banyak gejolak dan membawa Singapura menjadi negara yang maju dan sejahtera.

Belajar dari Lee Kwan Yew

Dari sosok Lee Kwan Yew, Indonesia bisa belajar pada Singapura. Indonesia merdeka lebih awal dari Singapura, negara kita mempunyai SDA yang jauh lebih banyak, wilayah yang jauh lebih besar. Mempunyai putra-putri bangsa yang juga berkompeten untuk mengelola negara. Tetapi kita masih mencari sosok yang bisa menjadi “bapak bangsa” yang sungguh-sungguh mencintai negara dan bangsanya. Setelah reformasi, rakyat berharap akan adanya perubahan sebagai titik balik pemerintahan rezim Soeharto yang dianggap korup dan terlalu berkuasa. Pada kenyataannya rezim selanjutnya juga tak banyak bisa berbuat banyak. Ketika kebebasan berpendapat lebih mendapat tempat, yang terjadi justru kebablasan. Indonesia sekarang berkembang menjadi negara MEGAPOLITIK. Sangat sulit bagi pemimpin untuk bekerja, karena banyak campur tangan dari banyak pihak. Partai politiklah yang berkuasa saat ini dan punya kepentingan politik yang berbeda-beda. Akibatnya korupsi jadi makin merata dan sulit dikendalikan. Kongkalikong lebih disukai daripada kerja secara bersih. Kisruh sana kisruh sini, yang menanggung semua itu, rakyat Indonesia juga yang jadi korbannya. Semoga, di Indonesia juga akan terlahir seorang “bapak bangsa” yang sungguh-sungguh mencintai bangsa dan negaranya. Mau mengayomi rakyatnya dengan cara-cara yang benar, meskipun untuk itu dia juga mendapat perlawanan dan hambatan.

Selamat jalan Lee Kwan Yew, semoga diterima di sisi Tuhan

Singapura dan seluruh dunia akan selalu mengenangmu

sebagai Bapak Singapura

---

Sumber referensi : http://perilakuorganisasi.com/kepemimpinan-lee-kuan-yew.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun