Berbagi Tanaman, Bisa Dijadikan Budaya
Oleh : Majawati Oen
Saya bukan orang yang hobi pada tanaman, ada trauma buruk yang saya alami ketika masih kecil dulu. Saya saat itu punya keinginan merawat tanaman bunga di atas rak. Sepertinya kok indah. Lalu saya beli triplek, sampai nukang sendiri buat raknya. Lalu saya beli beberapa pot tanaman mawar dan lain-lain, dengan uang jajan saya. Tapi mungkin saya juga tidak terlalu paham merawat tanaman, saya pikir hanya cukup disirami saja. Padahal kan ada aturannya, karena kekurangan atau kebanyakan air bisa membuat tanaman kekeringan atau busuk sehingga mati. Sejak itu saya tidak mau berhubungan dengan tanaman lagi. Halaman rumah pun sebagian besar hanya saya tanami rumput saja, pilih gampangnya.
Berbeda dengan kakak saya, dia suka sekali dengan tanaman. Mempunyai bermacam-macam tanaman di rumahnya, melakukan pembenihan, mencoba tanaman baru dan bisa sampai berbunga dengan indah. Menanam sayuran dan buah-buahan juga. Seolah menanam itu tantangan baginya. Di saat saya ke rumahnya, biasanya kakak saya berniat memberi saya tanaman di pot. Tetapi saya tolak, ada juga yang setengah dipaksa membawa. Akhirnya saya bawa juga, lalu mati, juga tak tahu saya matinya karena apa. Kesal kan!
Tapi kakak saya tak pernah berhenti, dia selalu memberi saya tanaman di saat saya berkunjung ke sana. Tanaman yang diberikannya saat itu adalah kamboja Jepang (Adenium). Tanaman yang diberikan pasti yang sedang berbunga, sehingga menarik, kan! Ya sudahlah, saya bawa juga. Untuk menyenangkan hatinya. Sesampai di rumah hanya saya rawat dengan menyiraminya, itu pun tidak teratur. Jangan tanya, keadaannya. Terkadang daunnya tiba-tiba menguning, oh... lupa nyiram. Lalu terkena hama, sampai daunnya gundul. Biasanya saya telpon dia kalau keadaan mengkhawatirkan dengan bunga ini. Mohon pertolongan, karena bingung diapakan.
[caption id="attachment_338903" align="aligncenter" width="300" caption="Pembenihan awal, masih berupa tunas kecil (dok.pri)"][/caption]
Suatu hari muncul semacam tanduk di tanaman kamboja jepang itu. Makin lama makin panjang. Di suatu kesempatan saat menelepon, saya tanyakan hal itu. Tenyata itu adalah tempat calon biji yang bisa ditanam. Gara-gara itu dia mengajari saya untuk membenihkannya di gelas aqua. Awalnya saya enggan sekali.... Duh ngapain sih? Nanti repot! Tapi tiba-tiba saya ingat balkon rumah saya begitu kering, tidak ada hiasan. Padahal kalau ada tanaman yang berbunga pasti indah sekali terlihat dari bawah. Jadi ingat rumah-rumah di Eropa yang di jendelanya selalu ditanami tanaman yang berbunga, indah sekali!
[caption id="attachment_338904" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan bentuk dan warnanya yang memikat (dok. pri)"]
Ternyata berbagi tanaman berbagai macam bentuknya, antara lain :
- Memberikan tanaman yang kita punyai kepada orang lain secara gratis
- Tukar-menukar tanaman dengan teman untuk memperkaya jenisnya
- Menyilangkan tanaman agar variannya lebih beragam
- Sebagai ajang belajar menanam tanaman baru
- Barter dengan pedagang tanaman
- Berbagi cara merawat tanaman dan permasalahannya
- Saling memberi informasi tentang tanaman, baik dari segi hobi maupun nilai jualnya
- Memberi hadiah ulang tahun, pindah rumah dengan tanaman, yang harus dipelihara oleh yang menerima
- Memasukkan bibit tanaman di dalam undangan pernikahan
Akhirnya tibalah saat biji itu siap untuk dibenihkan. Meskipun benar-benar harus melawan keengganan. Tetapi ternyata menanam mulai dari benih itu ada seninya. Setiap pagi saya perhatikan pertumbuhannya. Dari kegiatan ini timbullah rasa suka bercocok tanam. Saya juga bisa tahu seberapa penyiraman yang baik, obat hamanya kapan disemprotkan dan membeli pupuk agar sering berbunga. Saat ini saya mempunyai sekitar 50 pot. Sebenarnya hasil pembenihan menghasilkan sekitar 80 pot gelas aqua. Ada sekitar 10 pot yang tidak tumbuh sempurna, akhirnya mati. Sisanya saya pindahkan ke pot yang lebih besar. Lainnya saya berikan juga ke orang lain. Saudara, teman, murid, tamu yang berminat untuk menanam bunga. Ternyata berbagi tanaman itu menyenangkan.
[caption id="attachment_338905" align="aligncenter" width="300" caption="Puluhan Kamboja Jepang di balkon rumah (dok.pri)"]
Bukankah itu kegiatan yang bermanfaat dan dapat mengajak orang lain untuk mulai peduli lingkungan, minimal di lingkungan rumahnya sendiri. Berbagi tanaman bisa menginspirasi orang lain untuk mulai menyukai dan menaman di rumahnya. Meskipun membaginya secara gratis, tetapi akan punya kepuasan tersendiri kalau mendapat kabar bahwa tanaman itu di kemudian hari berkembang jadi banyak. Tak menutup peluang orang lain jadi menemukan hobi baru atau bisnis baru.
Kondisi udara yang makin terpolusi akan dikurangi dengan adanya tanaman di sekitar kita. Kalau memang tidak ada tanah, bisa menanam di pot. Yang terpenting niat untuk menanam dan merawatnya sudah tumbuh di hati. Mata kita juga terasa sejuk melihat lingkungan sekitar hijau dan warna-warni bunga. Menanam bunga juga memberi kita kesibukan rutin, menimbulkan kepuasan sehingga mempunyai manfaat menghibur diri. Bila selama ini kita hanya sebatas menaman tanaman di rumah sendiri, tak ada salahnya mulai berbagi atau barter, sebagai bentuk kepedulian dengan lingkungan meskipun skala kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H