Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

“Kekasih Kedua” yang Bikin Ribet

6 September 2014   15:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409971057662081770

[caption id="attachment_357570" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi gadget/Kompasiana (Tribunnews.com)"][/caption]

Pada saat anak saya masih duduk di bangku SMP, diadakan pertemuan dengan wali murid di awal tahun ajaran untuk sosialiasi program sekolah selama setahun. Sosialisasi ini penting dihadiri oleh wali murid, agar program yang direncanakan sekolah untuk para muridnya juga didukung oleh orang tua.

Pada kesempatan itu, Kepala Sekolah berkelakar kepada kami. "Bapak Ibu, anak-anak ini sekarang punya belahan jiwa. Ya namanya belahan jiwa tentunya tidak bisa terlepas dari dirinya. Serasa mati kalau tidak di dekatnya. Apa itu? Alat komunikasi. HP, Tablet, BB, Smartphone. Melalui alat komunikasi ini anak-anak intens berhubungan dengan teman-temannya. Saya itu sampai heran, apa yang tidak habis-habisnya diomongkan anak-anak ini?" Sampai di sini para orang tua ketawa. Mungkin juga menertawakan diri sendiri, karena sambil mengikuti pertemuan ini beberapa orang tua juga tak bisa lepas dari alat komunikasi. Ketagihan menjawab. Lalu Kepala Sekolah melanjutkan lagi," Kalau sampai hilang atau tertinggal, waduh ributnya bisa melebihi lupa membuat PR?" Kembali orang tua ger-geran. "Gawatnya melebihi diputus pacar!" Haha hihi lagi orang tua. "Saya amati hal-hal yang begitu sepele selalu menjadi perbincangan mereka, hanya bertanya "sudah makan"? Lalu dijawab, "sudah". Lalu meneruskan perbincangan di kelas yang rata-rata tidak penting. Yang jawabannya hanya "ya", "ok", atau nongol gambar emoticon. Dan hal ini benar-benar mengganggu konsentrasi belajar anak-anak. Karena mereka harus meluangkan banyak waktu untuk saling membalas. Konsentrasi belajar terputus-putus. Belum lagi kalau terjadi salah paham, wah bisa rame-rame meninggalkan belajarnya dan saling komentar di sosial media. Oleh sebab itu, Bapak Ibu, mohon anak-anak ini juga diawasi, diingatkan kalau berlebihan dalam menyikapi kemajuan teknologi yang menjadi kekasih kedua mereka?"

Itulah yang terjadi saat ini, bukan hanya pada anak-anak sekolah. Siapapun jika tidak bijak menyikapi keberadaan "kekasih kedua" ini akan terjebak pada kondisi yang merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Dunia dalam genggaman, itu memang benar. Manusia sudah mempunyai ketergantungan pada internet. Kebutuhan untuk dapat terhubung dengan orang lain dan informasi begitu terbuka lebar. Ada efek positif dan negatifnya, itu semua adalah resiko pilihan masing-masing orang. Tetapi pada anak-anak, di mana saat mereka masih begitu muda sudah berkenalan dengan teknologi mutakhir, jadi sulit mengendalikan diri, kalau orang tua tidak membatasi sejak awal. Mereka tergoda dan terbawa arus yang bisa mengganggu konsentrasi dalam menjalani tugas-tugas hariannya.

Walaupun ada batasan usia untuk bergabung di sosial media, sudah banyak anak-anak kecil yang punya akun-akun untuk orang dewasa. Mereka dengan bebas berkomunikasi di sana, menikmati gaya komunikasi mutakhir ini. Untuk yang membatasi berteman dengan teman sekolahnya mungkin masih aman. Tetapi dunia sosial media menawarkan kebebasan tanpa batas yang bisa dijelajahi oleh mereka. Dan orang tua tak selalu bisa memantau itu semua. Akhirnya mereka merambah dunia yang lebih dari usianya, bertemu dengan orang-orang yang "nampak menarik" hatinya. Sudah terjadi anak-anak yang terjungkal ke dunia gelap dan membawanya pada masa depan yang suram.

Mengapa disebut "Kekasih Kedua"?

Kekasih pertama tentunya seseorang yang dikasihi. "Kekasih kedua" adalah sesuatu yang juga punya arti seperti layaknya kekasih. Namanya juga kekasih, pasti punya daya pesona. Itulah alat komunikasi. Dari anak-anak sampai orang tua semua punya kekasih kedua, yang dibawa ke mana-mana. Tidak bisa lepas dari genggaman. Kebutuhan untuk terkoneksi dengan orang lain, tak lagi karena urusan bisnis atau ada keperluan penting. Jadi kalau dipikir-pikir, orang sekarang lebih bawel ya daripada orang zaman dulu. Apa-apa diomongkan, termasuk yang tidak penting. Kalau dulu, biaya komunikasi mahal, sehingga telegram yang isinya hanya sebaris kalimat sudah begitu pentingnya. Tapi sekarang biaya berkomunikasi sudah murah, berlama-lama berhubungan dengan orang lain juga tak masalah. Bahkan ada yang tidak menyedot pulsa. Akibatnya, meskipun kelihatannya diam, mereka ini ngobrol terus tanpa henti.

Kecanggihan teknologi pula membuat barang yang disebut "kekasih kedua" ini membuat orang punya "kekasih ketiga". Seperti keranjingan game, terlalu asyik bersosial media dan bahkan kekasih dalam arti hadirnya idaman lain. Orangnya ada dan mereka intens berhubungan. Kecanggihan dan kemudahan komunikasi membuat orang bisa terhubung pada siapa saja dan tergoda dengan gaya bahasa sehingga timbul keinginan menjalin hubungan yang lebih intim.

Sebagaimana layaknya "kekasih", orang sampai mengeluarkan biaya banyak untuk bisa mengikuti perkembangan di bidang teknologi. Indonesia termasuk pangsa pasar yang luar biasa besar. Masyarakat Indonesia rela "mendandani" sang "kekasih" ini dengan membeli yang lebih canggih, selalu menginginkan yang terbaru sampai rela inden dan antre untuk mendapatkannya. Benar-benar hebat daya pesona "kekasih kedua", hingga banyak orang rela berkorban sedemikian besarnya.

Mengapa Bikin Ribet?

Bagi sebagian orang mungkin alat komunikasinya kalau memanggil-manggil terus adalah sebuah kesenangan dan kebahagiaan baginya. Orang itu merasa dibutuhkan, diperhatikan oleh orang lain. Tetapi bagi sebagian orang justru membatasi diri, meskipun awalnya dulu merasa senang bisa terhubung dengan banyak teman baru ataupun teman lama. Mulai menyadari bahwa terhubung dengan banyak orang juga menuntut hubungan yang intens untuk berkomunikasi dan itu semua menyita waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun