Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Sakit Hati

29 Januari 2015   05:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri Sakit Hati

Oleh : Majawati Oen



seperti paku ditancapkan ke kayu

lubangnya akan berbekas

tampak menganga selalu

sakit hati tak akan pernah sembuh

dibawa sampai mati

negeri sakit hati

jangan jadi patuh dan santun

tapi negeri digoyang politik

hitam putih abu-abu

bisa menjadi biru

ngeri manis licik

menyatu kalis

mengapa lancang ganjal petinggi negeri

bikin malu dan gegara

meski tak ada debat

kaki tangan sigap bertindak

kupukul kau dari belakang

negeri sakit hati

telah dikuasai ego dan arogansi

selamatkan diri yang utama

haus citra diri dan ketenaran

bak artis dipuja-puji

tunjuk sana – sini si kambing hitam

kebenaran diputar-putar sepiawai lidah

bikin rakyat melongo

bukan bangga, tapi kecewa

petinggi negeri berdebat

katanya berpegang konstitusi

nyatanya hukum juga saling sengketa

bagaimana dulu membuatnya.....?

inikah penyebab, negeri sakit hati

lakon politikus seru di panggung

awas, penonton tidak buta

gestur dan kata mampu dicerna dan dianalisa

yang terjadi gesekan 2 batu

memercik api dan kebakaran terjadi

oleh sakit hati

negeri sakit hati

dipelintir segelintir orang

rusaklah tatanan negeri

Bapak Negeri, lebihlah berhati-hati

lincahlah menari, agar lompatan tampak gemulai

taktis memerintah negeri

jangan korbankan kami

karena....

mereka yang sakit hati

Ilustrasi : http://momsla.com/wp-content/uploads/2014/02/The-Heartbreak-Cake-Photo-by-Yvonne-Condes.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun