Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demokrasi Kebablasan

17 Februari 2015   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi Kebablasan

Oleh : Majawati Oen



Boleh dipandang kami buta politik

Buta hukum

Tapi....

Mata kami masih awas

Telinga kami masih tajam

Akal kami masih waras

Lakon kalian di panggung

Kami tonton dengan cermat

Sungguh hebat kalian berlakon

Memukau penonton hingga kehilangan bintang

Tak mampu lagi kami menebak

Siapa protagonis dan antagonisnya

Semua punya andil dan dalil atas lakonnya

---

Penonton ada yang berdiri bertepuk tangan

Yang lain mencaci menghujat

Sebagian besar ternganga

Tontonan ini tidak gratis!

Mahal dan sungguh mahal

Dibayar keringat dan darah pajak

Toh .... akhirnya penonton terjebak

Tontonan yang tak layak dipanggungkan

Hanya silat lidah dibalik hukum

Hukum yang mana?

Hukum yang tumpang tindih?

Benar di ujung salah di pangkal

Diputar dibalik dijungkir katanya ditegakkan

Membuat lidah makin lihai bersilat

Di kepala sempit lakonnya

---

Panggung politik memang penuh ranjau

Bermain di sana harus bernyali belut

Licin luwes cekatan hebat

Lakon kali ini sungguh kacau

Penonton tak buta tuli tertidur

Jangan bodohi kami yang terlanjur bayar suara

Berikan suguhan apik memukau

Tata kelola logis dan praktis

- - -

Tapi, apa yang terjadi

Panggung digoyang

Lalu....

Kursi kami pun kalian patahkan

Lupakah kalian?

Darimana kursi empuk yang kau duduki

Darimana asap dapurmu mengepul

Kerja harus benar bukan asal

- - -

Bapak Sutradara, Anda tak berdaya

Mereka berkuasa main sesuai skenario di tangannya

Akahkah ini menjadi panggung terakhirmu?

Siapkah akan lemparan bungkus rokok dan botol kosong?

Hari masih sore

Kau buat penonton pulang hampa

- - -

Cita-cita reformasi terkandaskan

Memaknai demokrasi kebablasan

Hingga Bapak Sutradara habis akal

Sudi gadaikan kepercayaan penonton

- - -

Drama Demokrasi Kebablasan

Berakhir satu babak....!

- - -

- - -

Ilustrasi : https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRwLHVaaZnynaOCBc-Nqu1yTsTfWyM15Xa6uduL8DVGToHmdJox

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun