Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

38 Patung Dewa Kirab Keliling Malang

17 Juli 2016   18:57 Diperbarui: 18 Juli 2016   01:59 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Kencana di Kirab Ritual dan Budaya HUT ke-191 Klenteng Eng An Kiong Malang (dok pri)

Dalam rangka HUT Klenteng Eng An Kiong Malang yang ke – 191, diadakan Kirab Ritual dan Budaya keliling kota Malang pada hari Minggu 17 Juli 2016 yang berlangsung sejak jam 08.00 – 14.00. Start mulai dari Klenteng Eng An Kiong melewati beberapa jalan utama kota Malang dan finish kembali lagi ke Klenteng Eng An Kiong. Untuk acara ini mengundang beberapa Klenteng di Pulau Jawa, Bali dan Madura yang menyertakan 38 Patung Dewa untuk diarak dalam Kirab keliling kota Malang.

Peserta Kirab dari Bali (dok pri)
Peserta Kirab dari Bali (dok pri)
Peserta Kirab dari kelompok Umat Hindu desa Ngadas (dok pri)
Peserta Kirab dari kelompok Umat Hindu desa Ngadas (dok pri)
Dari beberapa berita dan cerita dari mulut ke mulut mengabarkan bahwa patung Dewa yang diajak dalam kirab kerap kali tidak berjalan lurus-lurus saja. Saya jadi penasaran dan ingin menyaksikan sendiri. 

Para patung dewa telah hadir sehari sebelumnya, sehingga para hari ini sudah siap kirab sejak pagi hari. Para patung dewa ini diletakkan di sebuah tandu yang dihias berbagai bunga dan disesuaikan dengan tradisi masing-masing daerah.

Punakawan sedang diajak foto bersama pengunjung (dok pri)
Punakawan sedang diajak foto bersama pengunjung (dok pri)
Sakerah dari Madura (dok pri)
Sakerah dari Madura (dok pri)
Selain mengundang klenteng dari berbagai daerah, panitia juga mengundang beberapa komunitas budaya seperti kelompok Punakawan, Sakerah dari Madura, Reog Ponorogo dan Jaran Kepang, Masyarakat Hindu dari desa Ngadas, Tumpeng raksasa hasil bumi dan lain-lain.

Salah satu tujuan dari kirab ini adalah untuk menjalin kebersamaan dan kerukunan antar umat manusia oleh sebab itu kepesertaan melibatkan berbagai pihak. Peserta kirab pun beragam mulai dari laki-laki dan wanita dewasa sampai anak-anak dilibatkan pada acara ini.

Anggota TNI AD unjuk kebolehan menampilkan tarian naga (dok pri)
Anggota TNI AD unjuk kebolehan menampilkan tarian naga (dok pri)
Pertunjukan di awali dengan barisan naga (leang-leong) dari grup TNI AD yang sering melakukan latihan di lokasi Klenteng. Mereka cukup tangkas mengayun-ayunkan barisan naga menjadi pertunjukan yang menarik untuk ditonton. Di belakangnya ada kereta kencana dan barisan patung dewa, dimulai dari tuan rumah yang disebut Kongco.

Kemeriahan benar-benar menyedot pengunjung, apalagi sejak Jumat harian Radar malang sudah mempublikasikannya. Masyarakat dari berbagai penjuru segera merapat untuk dapat menikmati pertunjukan ini. Tak kalah wisatawan mancanegara juga memanfaatkan momen ini untuk bisa foto bersama. Pedagang yang berjualan barongsai, ular naga dan balon juga memanfaatkannya untuk bisa menjual barang dagangannya.

Wisatawan mancanegara ikut menikmati sajian kirab ini (dok pri)
Wisatawan mancanegara ikut menikmati sajian kirab ini (dok pri)
Pedagang asongan juga dapat keuntungan dari kirab ini (dok pri)
Pedagang asongan juga dapat keuntungan dari kirab ini (dok pri)
Rasa penasaran saya pun terbayar sudah. Memang benar saya saksikan tandu para Dewa ini ada yang berjalan berputar-putar dan belok-belok, meskipun ada pula yang lurus-lurus saja mengikuti barisan.

Suatu saat saya tertarik untuk mengambil foto dari dekat peserta kirab yang tandunya berjalan menyerong ke kanan kiri dan berputar, tapi kemudian oleh panitia dari Klenteng yang bersangkutan diminta minggir karena berbahaya. “Ini kami dari Probolinggo, sejak dari berangkat sudah “kemasukan” sehingga jalannya terasa berat,” kata Ibu tersebut. Dari gerakannya memang nampak bahwa itu bukan kemauan pengangkat tandu, mereka hanya mengikuti arah gerakan tandu mau ke mana. 

Ini adalah ritual, sehingga percaya atau tidak, kembali pada pribadi masing-masing. Saya menyaksikan langsung bahwa tandu yang mengangkut Patung Dewa mempunyai kekuatan untuk menggerakkan arah tandunya. Tidak semua, karena ada juga tandu yang digerakkan oleh pemegang tandu dengan mengikuti gerakan irama musiknya.

Setiap peserta kirab dari klenteng rata-rata membawa panji-panji klentengnya, tandu patung Dewa dan iringan kelompok musik. Yang juga mengusik hati saya adalah, beberapa kelompok peserta kirab membawa kemoceng dan sapu, ada suatu kesempatan saya tanyakan kepada para peserta. Tujuannya adalah membersihkan jalan yang akan dilewati oleh Patung Dewa.

Adegan yang menegangkan juga saya saksikan di depan mata. Pada saat ada peserta kirab yang tiba-tiba tangannya diangkat dan badannya menjadi kaku, wajahnya memerah dan matanya melotot. Tiba-tiba dia masukkan sebatang besi ke pipi kanannya dan tembus ke pipi kiri. Wow... baru kali ini saya saksikan dengan mata telanjang. Orang itu benar-benar tak tampak kesakitan dan berdarah-darah.

Peserta kirab yang menusukkan besi pipinya (dok pri)
Peserta kirab yang menusukkan besi pipinya (dok pri)
Acara kirab ini hanya dilaksanakan setiap 3 tahun sekali, memang dengan kegiatan seperti ini arus lalu lintas menjadi terganggu, karena beberapa jalan utama, terpaksa dibuka tutup sementara waktu.

Tetapi kegiatan budaya seperti ini layak untuk dijadikan kegiatan rutin dan dilanjutkan. Agar budaya dan nilai-nilai luhur seperti kebersamaan dan kerukunan antar umat manusia juga bisa dilestarikan. Selamat Ulang Tahun ke – 191 kepada Klenteng Eng An Kiong Malang.

Majawati Oen

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun