Mohon tunggu...
Kasi Pensus
Kasi Pensus Mohon Tunggu... -

kesatrian79

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Konflik

10 Maret 2015   08:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata-kata Konflik (conflict) sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui media cetak maupun elektronik. Yang menjadi pertanyaan bagi kitaapa sebenarnya konflik itu, apa penyebabnya, apa tanda-tandanya serta mengarah kemana konflik itu berakhir. Pertanyaan semacam itu sering berdengung di telinga dan terus berputar dalam fikiran kita. Oleh sebab itu pada bagian ini penulis ingin membahas tentang apa itu konflik, hal ini penting karena untuk bisa menyikapi secara utuh setiap potensi konflik maka kita harus paham dan mengerti apa itu konflik. Diharapkan nantinya setiap prajurit mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi setiap permasalahan yang bisa memunculkan konflik.

Setiap kelompok dalam satu organisasi dimana di dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan yang lainnya, mempunyai kecenderungan timbulnya suatu konflik yang tidak dapat di hindarkan. Konflik terjadi karena disatu sisi orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi mempunyai karakter, tujuan, visi dan misi yang berbeda-beda. Konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam suatu kelompok dan organisasi, konflik tidak dapat di singkirkan tetapi konflik bisa menjadi kekuatan positif dalam suatu kelompok dan organisasi agar menjadi kelompok dan organisasi berkinerja efektif. Seorang pemimpin yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan, konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Dalam menata sebuah konflik dalam organisasi di perlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang tepat agar konflik dapat terselesaikan dengan baik.

Berbicara tentang konflik, tentu banyak diantara kita yang sudah paham dan mengerti apa itu konflik, namun demikian kadang-kadang pendapat seseorang berbeda. Oleh sebab itu ada beberapa pengertian tentang konflik menurut para ahli.

1.Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

2.Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

3.Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

Kiranya, definisi-definisi konflik yang telah dijelaskan oleh para ahli memiliki sejumlah persamaan. Pertama adanya tujuan yang berseberangan atau terhalangi. Kedua adanya pihak-pihak yang menganggap bahwa konflik ada dan ini bisa individu, kelompok, tim ataupun bagian-bagian di dalam organisasi terhadap sesamanya. Ketiga konflik termanifestasi berupa rasa tidak nyaman atau permusuhan. Keempat konflik dapat disikapi baik secara negatif maupun positif bagi perkembangan organisasi. Kelima konflik adalah tidak terelakkan selama organisasi terus beroperasi karena terdiri atas kepentingan dan tujuan masing-masing.

Kesamaan tentang definisi konflik tersebut mengisaratkan bahwa konflik dapat di artikan sebagai bentuk dari benturan, biasanya berupa kekerasan antara kehendak manusia yang bertentangan dimana masing-masing berusaha memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Misalkan dalam konflik antar negara (Inter State Conflict) dan konflik di dalam negara (Intra State Conflict), sarana untuk memaksakan kehendak suatu negara dapat mencakup mekanisme diplomatik, ekonomi dan politik serta penerapan atau ancaman kekerasan oleh kekuatan militer.

Pada umumnya bangsa-bangsa bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya dalam rangka pencapaian tujuan politik, ekonomi, ideologi atau budaya. Ketika kepentingan-kepentingan dari bangsa-bangsa berada dalam harmoni, setidaknya tidak menimbulkan atau tidak dirasakan sebagai ancaman nyata satu sama lain, maka keadaan tersebut adalah damai. Namun, ketika tindakan atau kebijakan dari satu bangsa dipandang sebagai ancaman bagi kepentingan vital bangsa lain, maka suatu kondisi konflik akan muncul dan konflik dapat meningkat menjadi perang.

Banyak contoh konflik yang terjadi seperti, Konflik Vietnam, Konflik Timur Tengah, Konflik karena perbedaan ras dan etnis (Konflik Rwanda, Konflik Kazakhstan, Konflik Bosnia-Kroasia). Termasuk juga konflik yang terjadi didalam negeri seperti, Konflik Aceh, Poso, Papua, Ambon dan Konflik Pontianak.

Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.

Konflik memang merupakan permasalahan yang dialami oleh dua atau lebih individu yang memiliki tujuan berseberangan yang mengakibatkan timbulnya perasaan tidak nyaman atau permusuhan, namun demikian apabila konflik dikelola dengan baik maka tidak hanya berdampak negatif namun juga bisa berdampak positif.Dengan adanya konflik maka arah perubahan dan keinginan seseorang atau suatu bangsa dapat ditentukan. Dalam pandangan kontemporer mengenai konflik dianggap bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dan merupakan konsekuensi logis interaksi antar manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antar pribadi, antar organisasi maupun antar bangsa. Kol. Arm Totok Sugiharto, S.Sos Kapendam V/Brawijaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun