Pengertian globalisasi dapat diartikan sebagai mendunianya berbagai persoalan lokal, nasional, dan regional.Masalah yang semula hanya berputar pada tingkat lokal, nasional dan regional secara cepat akan berkembang menjadi persoalan dunia.Batas-batas fisik antar Negara yang semula membatasi lalu lintas orang, tenaga kerja, barang dan jasa, modal, teknologi, informasi, dalam era globalisasi menjadi begitu transparans tanpa adanya garis geografis yang membatasinya lagi.Namun globalisasi bukanlah momok yang harus ditakuti dan dihindari, tetapi justru hasus disongsong dengan melakukan berbagai pembenahan sumber daya manusia yang diantaranya meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing.
Pengaruh globalisasi khususnya berkaitan dengan penguasaan teknologi informasi telah menimbulkan suatu perubahan tatanan kehidupan manusia yang sedemikian cepatnya, dimana tidak ada satupun daerah yang tidak terjangkau oleh penyebaran informasi.Dengan terjadinya perubahan yang cepat dalam masyarakat, maka bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan cepat dalam pola pikir dan perilaku tiap individu maupun organisasi, termasuk TNI.
Media komunikasi dan informasi, dimasa kini telah berkembang jaringan komunikasi langsung yang bernama internet.Seperti halnya dengan berbagai teknologi baru di masa lalu, internet dan jaringan informasi langsung lainnya pasti akan berpengaruh besar pula pada dunia militer.Para prajuritpun sudah sangat paham bahwa sistem informasi telah mengubah dunia dengan cepat.Organisasi yang menggunakan internet pasti akan mengalami kemajuan dibandingkan dengan organisasi yang tidak menggunakan internet, bahkan akan tertinggal atau mungkin tidak akan mampu menghadapi persaingan.Fungsi internet begitu pentingnya bagi manusia, diantaranyauntuk membuka semua pintu informasi dan data di seluruh dunia, untuk mengetahui berita maupun data yang nyata atau rekayasa untuk tujuan-tujuan tertentu, dan untuk mencari perbandingan-perbandingan data maupun informasi.
Di samping menguntungkan, kemajuan teknologi informasi juga menimbulkan suatu dampak yang negatif, terutama karena tingkat kesiapan masyarakat yang masih rendah dalam menerima dan menganalisis informasi.Apalagi informasi yang sifatnya menghasut, yang dapat menimbulkan ketidakstabilan kehidupan masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun Hankam.Bagi kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah, tidak menutup kemungkinan masyarakatyangsedemikianinimudahterpengaruhisuyangtidakbenardan menyesatkan, sehingga dapat menimbulkan kerawanan yang berakibat timbulnya perbuatan serta tindakan yang
amoral atau melawan hukum. Informasi yang tidak factual, apalagi yang mengandung agitasi dan propaganda harus diwaspadai karena dapat menyesatkan pikiran dan tindakanmasyarakat, terutama kelompok masyarakat berpendidikan rendah contoh isu seputar upah buruh dan outsourching yang dieksploitasi besar-besaran, seolah-olah pemerintah menyengsarahkan buruh.Akibatnya massa buruhbertindak brutal dan anarkhis.Demikian juga isu-isu SARA yang sering dipublikasikan besar-besaran di media massa, bila tidak disikapi secara bijak, akan mudah memancing emosi massa.
Apabila kita memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, yang dipublikasikan melalui media massa seperti peristiwa amuk massa, pengrusakan atau blockade fasilitas-fasilitas umum, jalan, tempat ibadah, perkantoran, pertokoan dll; makaperistiwa-peristiwa tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi, karena tindakan seperti itu, bukanlah karakter pribadi bangsa Indonesia, kepribadian kita adalah pribadi yang santun dan berbuat sesuai koridor hukum karena Negara kita adalah Negara hukum.Sebagai contoh Aksi Demonstrasi buruh yang turun ke jalan baru-baru ini, yang menuntut kenaikan upah buruh sebesar 50 % dan menolak kenaikan upah buruh sebesar 10 % serta menolak system Outsouching, yang dilakukan dengan mengganggu kelancaranarus lalu lintas danmelakukan sweping terhadap rekan-rekan mereka yang tetap bekerja dan tidak mau turun ke jalan.Kerugian dari peristiwa tersebut tidak hanya terkait dengan kerugian materi tetapi adanya kerugian yang jauh lebih mahal harganya, yaitu jatuhnya nama bangsa Indonesia.
Ada dua alasan mengapa masyarakat pada umumnya sangat mudah percaya olehisu-isu tanpa mengecek lebih dahulu kebenarannya, yaitu pertama, masyarakat Indonesia sudah terlalu sering menerima rekayasa informasi yang selama ini di kembangkan, sehingga sangat berpengaruh pada cara masyarakat memahami atau melihat suatu berita.Kedua, karena pendidikan sebagian besar masyarakat yang masih rendah, sehingga rentan terpengaruh oleh isu-isu dan gampangikut-ikutan masyarakat yang lainnya, meskipun isu tersebut belum tentu benar.
Implikasi lain dari kecanggihan teknologi informasi adalah bahwa rahasia Negara yangselama ini terjaga denganketat akan mudahdi aksesolehpihaklain.
Perlengkapan teknologi yang modern seperti alat penyadap elektronik rahasia, computer, kamera infra merah, satelit mata-mata merupakan sahabat aparat intelijen dari semua Negara.Sebagaicontohpenyadapan beberapa waktu lalu yang di sinyalir dilakukan oleh Negara-negara tertentu terhadap Indonesia, telah menyadarkan kita semua betapa pentingnya mengenali dan memahami cara kerja alat-alat komunikasi dan informasi sekaligus membentengi sistem informasi kita dari kemungkinan pembocoran atau penyadapan informasi rahasia.
Sejalan dengan hal itu, berbagai upaya, harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran isu-isu yang negatif yang dibuat atau dihembuskan oleh pihak-pihak yangtidak bertanggungjawab atau oleh masyarakat sendiri yang tanpa disadari telah menjadi agent of issue, baik dari luar maupun dalam negeri yang
hendak memecah belah bangsa Indonesia.Secara internal TNI sebagai kekuatan inti dalam system pertahanan Negara, harus membentuk personelnya menjadi prajurit yang memiliki jati diri dan kepribadian Sapta Marga serta memiliki keahlian dan ketrampilan di bidang Teknologi Informasi dan Sistem Informasi agar dapat mempelopori upaya-upaya untuk mencegah isu-isu yang negatif di lingkungan masyarakat Indonesia. Beberapa langkah yang dapat dilakukan, diantaranya :
Pertama, pembinaan.Untuk melaksanakan kebijakan dan strateginya secara optimal demi ketahanan masyarakat, maka diperlukan personel-personel yang tangguh, berkualitas dan mempunyai jiwa kejuangan yang tinggi.MakaTNI berupaya melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan profesionalisme personelnya di bidang komunikasi dan informasi dengan memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di sekitarnya.Dengan peningkatan profesionalisme di bidang komunikasidan informasi diharapkan agar anggota TNI dimanapun berada tetap mempunyai semangat juang tinggi, sifat kepemimpinan dan kepeloporan dalam upaya optimalisasi ketahanan masyarakat Indonesia terhadap informasi.Dengan sifat dan ketrampilan yang dimiliki, maka personel TNI dapat memberikan ketauladanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat secara bertahap dapat mencontoh TNI untuk menangkal terhadap beredarnya isu yang tidak benar.
Kedua, Ketauladanan.Seperti telah dijelaskan, bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini cenderung mudah percaya isu bahkan untuk menyebarkan isu yang belum tentu benar.Oleh karena itu sangat penting bagi setiap personel TNI untuk memberikan ketauladanan kepada masyarakat bangsa tercinta ini untuk menghilangkan atau mengurangi sikap mental yang mudah termakan oleh isu.Ketauladanan yang perlu ditampilkan adalah :
a.TNI sebagai organisasi, TNI menjadi pelopor memberikan informasi secara transparans, apabila tersebar berita negatif yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.Sedangkan sebagai individu setiap personel TNI jangan terlalu mudah percaya isu yang belum di uji kebenarannya.
b.Setiap anggota TNI mampu memberikan contoh dalam hal disiplin pribadi yang merupakan dasar disiplin nasional.Hal ini ditampilkan dengan menerapkan
setiap peraturan, norma ataupun hukum yang berlaku dalam setiap tindak tanduknya, disiplin pribadi juga mencakup keteguhan hati yang tidak mudah dibelokkan haluannya oleh isu, agitasi dan propaganda.
c.Menampilkan profilTNI yang tetap solid dalam menghadapi situasi apapun, walaupun misalnya diterpa isu yang menyatakan telah terjadi perpecahan dalam tubuh TNI.
Ketiga, pendekatan persuasif.Anggota TNI harus mampu menumbuhkan keyakinan dalam diri masyarakat agar mereka menyadari bahwa kepercayaan terhadap informasi yang belum di uji kebenarannya adalah sangat merugikan persatuan dan kesatuan bangsa.Diharapkan dengan keyakinan ini akan timbul kemantapan rasa harga diri masyarakat, merasa bahwa betapa rendahnya martabat bila memimpikan harapan-harapan kosong terhadap isu sesat.Di samping hal tersebut tentunya akan timbul suatu kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap setiap tindak tanduknya.Untuk dapat melaksanakan upaya mencegah terjadinya penyebaran isu dengan metode pembinaan, ketauladanan dan persuasif dapat digunakan cara-cara penyampaian dalam bentuk ceramah atau sosialisasi melalui komunikasi sosial dan informasi lainnya, dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat,agar dapat diharapkan terbentuknya masyarakat yang antisipatif terhadap isu yang negatif.Peluang untuk melaksanakan upaya ini cukup terbuka lebar, karena pada hakekatnya, TNI AD cukup mempunyai sumber daya manusia terutama disatuan-satuan Kowil untuk dapat diberdayakan dalam meningkatkan ketahanan masyarakat.
Akhirnya, sangat jelas bahwa dalam era globalisasi sekarang ini, yang ditandai dengan kemajuan Teknologi Informasi, kita senantiasa tidak hanya harus pandai menggunakan mediaInformasi, tetapi juga harus pandai mengelola dan menyikapi dampaknya.(TB 012015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H