Mohon tunggu...
Maizul Ackbar
Maizul Ackbar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Nice smile, patience, good looking, wise & mature, like music, hobbies : singing, swimming, working, fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peduli Setan dengan Kemiskinan Rakyat

10 Mei 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin anda dan kita semua akan marah apabila dengan jelas diucapkan kata-kata tersebut diatas, apalagi kalau itu ditujukan bagi rakyat miskin di Indonesia, karena siapapun rakyat miskin tersebut adalah tetap sebagai bagian dari diri kita yang merasa masih satu bangsa dan negara, namun memang kata-kata ataupun kalimat tersebut tidak pernah diucapkan secara lantang dan terbuka, namun secara tindakan dan sikap para pejabat ataupun pemerintahan di negara Indonesia, terutama hal ini sedang dibuktikan oleh sekelompok yang mengaku-ngaku dirinya sebagai wakil rakyat

Mengapa wakil rakyat yang harusnya memberikan contoh nyata dan melalui tindakan secara tingkah laku dan perbuatan yang sungguh nyata dan terlihat, bukan hanya pintar ngomong dan berbicara sehingga akhirnya seperti Tong Kosong Nyaring Bunyinya, namun memang begitulah kenyataannya yang terjadi dan tidak dapat terbantahkan atau dibantah oleh siapapun yang bisa melihat, merasakan dan berfikir secara jernih

Kenyataannya adalah sekelompok orang tersebut yang "mengaku sebagai wakil rakyat" tersebut sangat senang sekali pergi pelesiran / berlibur ke luar negri dengan "dana resmi dari APBN" negara Indonesia, bahkan hanya untuk menonton tari perut yang sejatinya gampang kita cari didaerah kota / gajah mada dan hayam wuruk, bahkan bukan lagi hanya "melihat perutnya saja", serta banyak lagi tempat diseluruh bagian Indonesia yang saya rasa bukan rahasia umum lagi sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang "matang dan dewasa"

Terbukti dengan pertemuan mereka yang tidak ada jadwal yang jelas dan juga tanpa agenda yang jelas sama sekali, apalagi studi bandingnya adalah terkait untuk pembahasan RUU mengenai fakir miskin, seakan-akan mereka ingin melihat kemiskinan yang terbaik dan hal tersebut berada di Australia, padahal gampang sekali mereka akan menemukan kemiskinan di Indonesia, bahkan disetiap perempatan jalan raya di Indonesia maka sekelompok orang yang "mengaku wakil rakyat" tersebut akan banyak sekali menemukannya

Serta ada hal yang sangat memalukan sekali, bahkan demi untuk menutupi ketidak perdulian mereka terhadap urusan yang seharusnya mereka ketahu seperti "alamat email" saja mereka harus berbohong kepada hadirin yang mendengarkan temu wicara dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA), kabar tersebut bisa anda search di mbah Google, dengan mengatakan pasti akan diberikan, padahal mereka sama sekali mengetahui bahwa tidak ada alamat email komisi 8 tersebut, lantas mengapa tidak jujur saja, itulah kalau sudah terbiasa mencari alasan ataupun berbohong, untuk hal kecil saja sudah terbiasa untuk mencari alasan dan pembenaran serta berusaha untuk menutupi, bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun, atau mungkin ada alamat email resminya namun memang mereka sama sekali tidak perduli atas hal tersebut

belum lagi kebiasaan lama masih banyak dijadikan adat istidat, seperti datang, duduk, diam, duit, malah ditambah lagi dengan kebiasaan baru dikala rapat paripurna ataupun rapat-rapat lainnya, yaitu baca koran, tidur, dan yang paling trend adalah nonton film porno, apakah kita tidak muak dan sakit hati melihat semua perbuatan yang sangat tidak terpuji ini, karena kalau mau kita diamkan hal ini, maka hati kita berontak melihat semua kebobrokan ini, kalau mau disuarakan lama-lama kita "jadi kotor juga" karena kerjaannya hanya mencemooh & mungkin lama-lama setelah kita bosan sendiri, bukan tidak mungkin kita sendiripun akan tertular, bahkan mungkin lebih "kotor dan jahat" daripada yang sekarang ini

Namun bagaimana caranya untuk menghentikan semua "sifat penjajahan" yang telah tertanam di sebagian besar masyarakat Indonesia (terutama oleh seluruh pejabat pemerintahan dari pusat hingga PEMDA hingga MPR/ DPR), mungkin tradisi dan adat istiadat dan ilmu dari "Belanda & Jepang" serta diwarisi oleh jaman orde baru hingga sekarang, caranya adalah tegakkan hukum & keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa perbedaan sedikitpun antara rakyat kaya dan miskin, serta mengadakan pertobatan nasional yang dimulai dari Presiden hingga jajaran terbawahnya, dari wakil rakyat hingga rakyat miskin terbawahnya, dan mencarikan jalan keluar yang akan membawa rakyat Indonesia kedalam kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran

Mungkin ini saat yang sangat tepat untuk para Presiden, Pejabat pemerintah dari pusat hingga ke daerah & Wakil Rakyat untuk membuktikan bahwa mereka bisa menjadi contoh nyata dan tauladan sejati, bahwa mereka semua benar-benar memikirkan dan mencarikan jalan keluar agar rakyat Indonesia semakin damai & sejahtera, dengan cara berempati dan mencoba merasakan kesusahan dan kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-harinya, tidak merasa kenyang dengan tenang apabila masih ada orang yang tidak bisa makan hari ini, tidak bisa tidur dgn nyaman apabila ada orang yang kepanasan/kehujanan karena tidak punya gubuk yg layak, tidak merasa tentram apabila ada orang yang tidak mampu sekolah, tidak merasa bahagia dengan seutuhnya apabila melihat ketidak adilan & kejahatan menguasai bumi ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun