Mohon tunggu...
maiyurnis aisyah
maiyurnis aisyah Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMAN 1 Bantan Bengkalis RIAU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Para Perindu Kematian , Inilah Jalanmu

30 Juli 2012   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kecelakaan itu terjadi begitu cepat.Tidak ada rambu-rambu yang menerangkan adanya pembatas yang memisahkan jalan itu, dan jalanan saat itu sangat gelap. Mobil bagian kiri menyerempet pembatas jalan dengan sangat kencang.Kang Bun yang tadinya berada di kursi belakang mobil,terpental hingga kekursi tengah. Ustazah Yoyoh sendiri tersungkur dari kursinya.

Saat itu Pak Budi langsung membantu Bu Yoyoh untuk duduk. Namun karena luka yang diderita beliau juga cukup parah, akhirnya Pak Budi hanya mampu mendudukkan ustadzah Yoyoh di bagian bawah mobil. Beliau tidak kuat mengangkat bu Yoyoh hingga duduk kembali di jok mobil.

Setelah dalam posisi duduk seperti itu, bu Yoyoh kemudian bertanya kepada ustadz Budi, “Sholah mana? Apa masih hidup? Mungkin karena posisinya di depan, ustadzah Yoyoh khawatir Sholah menderita luka yang paling parah. Setelah kemudian menanyakan kondisi putra-putranya yang lain dan juga kondisi penumpang yang lain, dengan tenang dan pelan ustadzah Yoyoh berkata kepada suaminya, :Abi....Ini ummi udah sakaratul maut.”

Pada saat itu pak Budi berfikir bahwa ustadzah putus asa, sehingga beliau mengucapkan kalimat demikian. Oleh beliau dijawab dengan nada pelan, “istighfar ummi....Istighfar.....”Karena ketaatan ustadzah Yoyoh, bahkan hingga kedetik-detik akhir hidupnya, beliau berucap dengan tenang, “astaghfirullahal adzhim.....”

Ketika itu Pak Budi tiba-tiba menjadi khawatir. Ia mendapat firasat , bahwa’ jangan-jangan’ apa yang diungkapkan ummi Umar saat itu benar. Maka jika benar, adalah kewajiban seorang mukmin untuk membimbing orang yang sedang sakaratul maut. Kemudian beliau mengoreksi nasehatnya, dengan pelan beliau berkata kepada ustadzah Yoyoh, “ummi.....nyebut ummi....nyebut....” Setelah itu keluar dari mulut beliau,”Asyhadu alla ilaaha illallah.” Setelah mengucapkan kalimat syahadat. Mobil ambulance kemudian datang. Itulah pembicaraan terakhir ustadz Budi dengan istrinya.

........

Dirumah sakit, Sholah yang tidak terluka sedikitpun, melihat satu persatu anggota keluarganya yang terluka. Setelah melihat adik-adiknya, ia melihat ke tempat tidur PakBudi, dan terakhir ke tempat tidur ibunya. Ketika melihat sekujur tubuh ibunya telah ditutup oleh kain, ia histeris dan menemui ayahnya, Pak Budi yang sedang terbaring.

“Abi....Sholah yang menyebabkan ummimeninggal,” ungkap Sholah ketika itu. Pak Budi langsung memegang tangan Sholah dan berkata, “Sholah, Sholah yakin ummi sudah meninggal? Dengan tenang Pak Budi bertanya. Sholah mengiyakan. Setelah itu Pak Budi memberikan HP kepada anaknya itu untuk memberikan kabar kepada orang-orang perihal kematian ustadzah Yoyoh. Ustadz Budi juga menenangkan Sholah dengan mengatakan bahwa kecelakaan ini adalah takdir, begitu pula dengan wafatnya ustadzah Yoyoh. Sama sekali bukan kesalahan dirinya.

Setelah merasa sedikit lebih baik, ustadz Budi menghampiri jenazah istrinya. Dengan perlahan beliau buka penutup wajah almarhumah. Dilihatnya kala itu istrinya tengah tersenyum. Senyumnya seumpama senyum anak-anak yang diperlihatkan burung-burung yang begitu indah. Seketika itu beliau berucap kepada ummu Umar, “Ummi....maafkan abi, ummi....ummi...Jazakillah atas segala jasa ummi,’ beliau mengulangi perkataan tersebut sampai tiga kali. “Ummi, jazakillah ummi. Semoga kita bertemu lagi di syurga. Narokum fil jannah,’ Pak Budi melanjutkan perkataannya dan mengulanginya kembali sebanyak tiga kali.

--------------


Tulisan yang ku baca itu semakin mengabur...keharuan yang menyeruak ke dada melimpahkan kolam air mataku akhirnya. “Ustadzah.....”bisikku . Aku yang tinggal di ujung sumatera memang belum pernah berjumpa dengannya. Tapi jalan dakwah ini telah memberikan ikatan batin itu. Rasa kehilangan itu begitu berat didada. Ah..apatah lagi mereka –orang-orang terdekat almarhumah- yang bergaul, dan merasakan sendiri kehalusan budi dan akhlaknya yang nyata. Bukan teori belaka.

Ku perhatikan dengan seksama foto wajah almarhumah yang tersenyum...ya..tersenyum menyambut kematiannya. Seakan menyambut kematian itu dengan kerinduan.” Apakah rahasiamu ummi.....”batinku.

Ku melanjutkan membaca buku- Srikandi Indonesia Yang Mendunia -ini.....menyibak sedikit demi sedikit kehidupan Ustadzah lewat tuturan teman-teman dan keluarga yang ditinggalkan.

............

“Ustadzah tidak pernah tidak sholat malam. Ada saja cara beliau ‘memaksa ‘saya untuk tahajjud. Beliau selalu membangunkan saya, kadang minta antar ke kamar mandi, atau disiramnya kaki saya. Kalau saya pesan”ka, nanti malam jangan bangunkan saya ya. Saya tidak mau tahjjud malam ini...saya mau tidur...’ oya, tidak saya bangunin. Tapi malamnya beliau bangun, lampu dinyalakan, mondar-mandir keluar kamar, jadi saya tidak bisa tidur, akhirnya ikut sholat...” kata ibu Nunung, teman satu kost Ustadzah ketika kuliah.

----------

Bu Syilvi- Sekjen PAHAM Indonesia dan aktivis Salimah- menuturkan.”Kalau saya berfikir, aktivis-aktivis internasional yang lain begitu sulit untuk masuk Gaza, sementara saya begitu mudahnya. Menurut saya itu karena Allah mengabulkan do’a beliau.......”

qiyamullail beliau tidak pernah putus. Perjalanan sesulit apapun, seberat apapun, setidaknyaman apapun, tetap jalan qiyamullail beliau. Padahal suhu tengah malam di Latakia-kota pelabuhan di Syiria-mencapai 10 derajat. Karena saat itu masih musim dingin. Dimalam hari, biasanya para ikhwan melakukan qiyamullail berjamaah. Dan setiap hari itu pula, ummu Umar melakukan qiyammullail berjamaah. Beliau satu-satunya perempuan yang ikut qiyammullail berjerjamaah....” lanjut bu Syilvi.

----------

Idealnya, perempuan mampu mensinergiskan kedua hal ini, Ia tidak hanya mampu menjadi da’iyah bagi masyarakat luas, tetapi juga terampil dalam urusan rumah tangga. Tak mudah memang, tetapi hal ini mampu secara nyata direalisasikan oleh ustadzah Yoyoh yusrah. Ibu dari 13 anak, daiyah, politisi, aktivis kemanusiaan dan juga seorang istri.

Ustadzah Yoyoh , disela-sela kesibukannya, beliau mampu untuk membaca Al-Qur’an minimal tiga juz........., Jika ketika awal menikah Bu Yoyoh telah memiliki hafalan 10 juz, maka sesudah menikah, beliau telah hafal lebih dari 20 juz.

Ketika ditanya bagaimana kiat mendidik 13 putra dengan kesibukan seperti Bunda Yoyoh? Jawab beliau;

Mereka milik Allah, kami hanya dititipi. Kami selalu mohon bantuan Pemiliknya untuk menjaga mereka, mendo’akan kebaikan dimanapun berada. Selebihnya seperti dalam QS An Nisaa’ ayat 9, cara membesarkan anak adalah dengan mewujudkan taqwa dalam amal & jujur dalam kata,”

-------------

“Pernah pula kami mengunjungi salah satu akhwat yang habis melahirkan. Saat itu ustadzah menumpang ke kamar mandi. Lama sekali beliau tidak keluar-keluar. Ketika keluar saya tanya,”Ummi koq lama sekali di dalam kamar mandi orang?” Ternyatadi kamar mandi itu beliau mendapati banyak pakaian bayi yang kotor. Akhirnya beliau mencuci seluruh pakaian kotor tersebut,”....

Terhenyak....seakan kaki tak berpijak, tatkala pagi sepi telepon berbunyi, seorang kawan memberitakan “mutiara kita telah pulang”. Yaaa Allah.....pemilik kehidupan dan kematian....

Beliau tinggalkan jejak sujud di lima benua, terbangkesana kesini ke mancanegara, menyambangi seantero nusantara, memenuhi kewajiban dakwah Ilahi........Aktivitasnya tak pernah berhenti, seperti mottonya: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”.....Tulis Dra Hj.Maswah Ubaidah –sahabat Bu Yoyoh-.

----------

Sebagai seorang Ibu, ia menggambarkan sosok ibu yang sangat penyabar dalam mendidik anak-anaknya dan sangat dermawan dalam memenuhi kebutuhananak-anaknya....., sebagai sosok istri ia adalah sosok yang menggambarkan istrisolehahyang dapat dilihat dari pelayanan yang beliau berikan terhadap suami walaupun dalam kondisi yang sangat lelah, tidak pernah keluar dari lisan beliau keluhan sedikitpun.....Ungkap Ibu Rojiah, adik ustadzah Yoyoh.

--------------

Subhanallah.......begitu banyak testimoni dari sahabat, anak-anak dan keluarga beliau yang mengungkapkan banyak sisi-sisi kebaikan, menyingkapkan sebuah kebesaran jiwa, terukir begitu indahnya dalam hati dan ingatan....terasa diri ini sangat malu membandingkan, jauh panggang dari api. Namun terbersit semangat untuk memperbaiki diri. Mencontoh srikandi yang telah pergi.

Dan kematian itu sungguh adalah perihal yang pasti. Namun yang tak pasti adalah bagaimana kita menjumpainya....

Tak banyak orang yang merindukan kematian. Namun, tampaknya , kematian justru menjadi momen yang ‘dirindukan’ oleh usatdzah Yoyoh, sebab ia mampu menghadap Rabb-Nya dengan tersenyum sumringah. Adakah lagi yang merindukan kematian sepertinya?......

Akhirnya ku kutip sepenggal puisi yang telah ditulis oleh Pak Cah khusus untuk almarhumah...

***

kami akan selalu mengenangmu, bunda

Di sini, di dada ini, di langkah ini, di jalan ini

engkau tidak menulis buku-buku, karena engkau sibuk mencetak

prestasi

engkau sibuk menyiapkan generasi

engkau sibuk menuliskan goresan kebaikan di setiap kesempatan

itulah yang akan selalu kami kenangkan

***

terang benderang jalanmu ini, bunda

jalan yang menghantarkanmu ke haribaanNya

jalan yang menghantarkanmu mendapatkan syurgaNya

jalan kenabian yang selalu mengajarkan kesetiaan

tak akan kami mengkhianatinya

***

tunggu kami di taman-taman keindahan itu, bunda

sebab kami hanya menanti janji

saatnya pasti kami tepati, menemanimu bercengkerama

di taman-taman indah itu

kini, biarkan kami mencemburuimu.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun