Mohon tunggu...
maiyurnis aisyah
maiyurnis aisyah Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMAN 1 Bantan Bengkalis RIAU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inilah Guru Super Itu... Dahsyat!

23 Agustus 2012   00:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:26 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Super!

Setiap guru pasti ingin menjadi guru yang super dan  hebat. Super dalam profesi, secara sosial dan spritual. Bahkan memunculkan siswa-siswa yang super.

Sekarang saya akan mengantarkan kehadapan Anda suatu rahasia yang akan membuat Anda menjadi guru yang hebat dan super.

Inilah rahasia guru SUPER itu...

Coba Anda perhatikan dengan seksama judul tulisan ini.....’Inilah Guru SUPER itu....Dahsyat!’. Oke, kita akan fokus pada kata “SUPER” yang diketik dengan huruf besar ini. Karena kata inilah yang memuat rahasia yang akan saya bagikan khusus untuk Anda, rekan guru. J

S = Sukses

Sukses adalah cita-cita banyak orang, begitu juga dengan guru. Namun sukses disini jauh lebih besar, jauh lebih hebat! Kenapa? Karena sukses yang menjadi cita-cita ini akan menghasilkan energi yang dahsyat!, memberi kekuatan lebih..dan lebih. Kekuatan yang membuat guru mampu melakukan banyak hal dalam kehidupannya tanpa terbebani.Mampu mengatasi rintangan dan tantangan dan godaan.

Sukses seperti apakah itu?

Sukses yang saya maksud disini adalah sukses yang tidak dibatasi oleh rentangan waktu dan usia. Sukses yang terus berlanjut walaupun telah tutup usia, terus berlanjut sampai ...ke akhirat. Ya. Itulah sukses tanpa batas! Never Ending Succes!. Selanjutnya saya sarankan Anda sudah membaca tulisan sayatentang” RahasiaSukses Tanpa Batas” , agar bisa memahami rahasia yang pertama ini.

“Emang ada apa hubungan guru dengan tulisan tersebut?

Baiklah, mari kita lihat ya. Ada 3 rahasia yang terkandung dalam tulisan saya sebelumnya untuk mencapai sukses tanpa batas. Anda masih ingat?. Yups! Bagus. Yaitu Iman, Ilmu dan Dakwah. Untuk iman dan ilmu, saya yakin anda pasti bisa memahami hubungannya dengan guru, karena untuk sukses seorang guru harus punya ilmu yang memadai dan bahkan harus lebih dari siswanya. Dengan ilmunya guru akan lebih terangkat derajatnya baik dimata manusia daan di mata Tuhan.

Kemudian dengan dorongan iman yang mantap, seorang guru akan mempunyai kekuatan spritual dalam setiap aktivitas, kebeningan hati ketika berinteraksi dengan siswa dan orang-orang di sekitarnya, sehingga penerimaan terhadap apa yang disampaikan guru akan sangat baik.

Lalu apa hubungannya dengan dakwah?

Sejatinya seorang guru itu adalah da’i. Anda mungkin tidak percaya karena dalam pandangan umum, da’i itu, ya......itu tuh, yang biasa ceramah di masjid atau pas peringatan hari besar agama. Anda tidak salah. Namun ada yang perlu ditambahkan saja. Pada hakekatnya setiap kita , siapapun dia pada hakekatnya adalah da’i. Itu karena setiap kita wajib untuk melaksanakan perintah Allah SWT melaksanakan ‘amar ma’ruf nahi munkar. Ya, seorang da’i adalah penyeru kepada kebaikan dan mengajak manusia untuk meninggalkan kemaksiatan.

Bukankah seorang guru, apapun bidang studi yang diasuhnya, selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan? Bahkan diwajibkan di dalam kurukulum, memasukkan, menyisipkan, menanamkan, memberikan teladan, menguatkan karakter yang selaras dengan nilai-nilai agama ini. Atau yang disebut akhir-akhir ini dengan pendidikan berkarakter. Saya ulangi, pendidikan berkarakter. Jadi guru juga adalah seorang da’i, penyeru kepada kebaikan. Guru adalah sang pencerah!

Ketika seorang guru menanamkan dan mengajarkan kebaikan, hakekatnya juga ia sedang berdakwah. Bedanya hanya pada lembaga yang formal, dengan audiens yang berbeda. Anda sudah nampak benang merahnya dengan dakwah? Dengan demikian, ketika seorang guru melakukan ketiga hal tadi ; iman, ilmu dan mengajarkan kebaikan, maka baginya terbuka luas pintu-pintu kesuksesan. Sukses di dunia juga sukses di akhirat.

Barangsiapa yang menunjuki seseorang pada kebaikan, baginya pahala seperti pelaksananya”. Jadikan diri kita kran kebaikan yang mengalirkan air kesejukan, menyalurkan hidayah dan menggugah jiwa. Semakin besar kran kita buka, semakin besar pula air keluar, dan semakin besar pula kebutuhan kita untuk mensuplai diri.

Ya, mensuplai diri dengan energi kesholehan tiada henti. Imam syahid hasan Al Banna mengajari kita, “Orang yang tidak memiliki sesuatu, maka ia tidak bisa memberikannya pada orang lain’. Jangan sampai kita mengajak orang lain pada kebaikan, tapi melupakan diri sendiri. Allah SWT berfirman;

“Apakah kamu menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu telah membaca Al Kitab. Apakah kamu tidak berfikir?”

(QS Al Baqarah:44)

U = Ulet.

Ulet, tangguh, pantang menyerah, Kerja keras dan kerja cerdas. Inilah rahasia yang kedua. Ketika seorang guru sudah tahu rambu-rambu menuju kesuksesan tanpa batas itu, ia akan berusaha sekuat tenaga, memaksimalkan upaya mencapainya. Keterlambatan hasil, minimnya pencapaian, jauhnya perjalanan, kurangnya penerimaan tidak menyurutkan semangat.

Banyaknya rintangan, cemoohan, hambatan dan tantangan tidak membuat guru lantas berhenti berusaha, berkreasi dan berinovasi. Sebagaimana Nabi, seorang da’i, seorang murabbi, penyeru pada nilai-nilai kebaikan, terus melangkah dan setia pada nilai-nilai kebenaran.

Pada tahap ini, ketika ia masih berproses mencapai impiannya, sebenarnya ia telah menjadi guru yang super. Karena keyakinannya teguh. Bahwasanya Allah Azza Wajlla tidak melihat berapa atau jumlahyang telah ia seru pada kebaikan. Tapi apakah ia telah dan selalu menyeru pada kebaikan. Ya, Allah melihat proses dan bukan hasil.

Marilah kita lihat sebuah contoh yang paripurna dari sebuah keuletan, upaya tiada kenal lelah dan tiada kenal henti. Teladan dari Siti Hajar- istri Nabi Ibrahim.

Saat itu, ia berjalan bolak-balik, berkali-kali di tengah gurun yang tandus mencari air bagi anaknya. Shafa, arti harfiahnya “kesucian dan ketegaran”. Siti Hajar ketika itu berlari bolak-balik dari Shafa ke Marwa untuk mencari air. Ia tidak hanya berlari satu kali lalu berhenti ketika tidak menemukan air yang diperlukannya. Tidak! Ia kembali dan , dan berupaya lagi. Ketika gagal, maka ia berusaha lagi dan lagi.

Dalam hatinya yang suci dan teguh, ia hanya ingin menyelamatkan anaknya, karena Allah SWT. Meskipun sekian kali berusaha dan belum juga memperoleh air itu, ia masih terus berupaya dengan hati yang tegar tanpa kenal lelah. Setelah sekian kali berupaya, barulah ia menemukan mata air yang dibutuhkannya itu, atas pertolongan Allah Yang Maha Memberi.

Itulah perlambang suatu ketetapan hati (persistensi). Teladan dari seorang Siti Hajar. Kemudian diabadikan oleh Allah SWT untuk mengajarkan manusia tentang pentingnya suatu sikap “istiqomah”, atau upaya yang tiada kenal henti.

Sekarang, adakah yang mau mengambil pelajaran?

P = Penuh Cinta

Cinta memang misteri dan ajaib! , bekerja dengan atau tanpa cinta itu berbeda. Saya yakin anda pasti sudah pernah merasakannya. Ketika kita melakukan sesuatu atau aktivitas yang kita cintai, maka seakan tiada rasa lelah, kerja terasa enteng, penuh kegembiraan dan kerinduan. Ingin memberikan yang terbaik, menjaga dan melindungi, kesediaan berkorban apapun untuk yang dicintai.

Cinta akan memberikan energi dahsyat di dalam diri seseorang, memberikan motivasi dari diri sendiri – motivasi intrinsik- yang bertahan lama.Ya. The power of love adalah rahasia yang ketiga.

Guru yang penuh cinta akan melahirkan karya-karya besar, karena ia melakukan dengan sepenuh hati. Ya, cinta itu melibatkan hati. Bekerja dengan hati, berbicara dengan hati akan diterima oleh hati juga. Seperti sebuah ungkapan yang sangat terkenal, ” maa jaa’a minal qalbi yashilu ilal qalbi’. Apa yang datang dari hati akan sampai kehati.

Kenapa harus hati?

Inilah alasannya; pertama: karena hati merupakan the central of change, ia merupakan pusat perubahan. Di dalam hati inilah terdapat perubahan, bagaimana kita mengubah rasa bencimenjadi sayang dan seterusnya.

Kedua the central of decition, pusat keputusan. Bayangkan anda memimpin sebuah rapat yang penting. Alangkah indahnya dalam rapat tersebut dihasilkan keputusan-keputusan yang bijaksana dan itu lahir apabila hati kita memiliki cinta.

Ketiga adalah the control of wisdom, pusat kebijaksanaan. Dengan cinta kita akan menjadi orang yang bijaksana.

Bagaimana menumbuhkan cinta?

Ada pepatah mengatakan tak kenal, maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Artinya, untuk sampai ke tingkat mencintai sesuatu, harus ada proses,atau tahapan yang harus dilalui. Tahap awalnya adalah kenal. Semakin kenal semakin sayang..dan seterusnya.:)

Bagaimana menghidupkan cinta? Tidak lain dengan menghidupkan hati, dan minta kepada Yang Maha Menguasai, menguasai hati, Yang Maha membolak-balikan hati.

Nabi Muhammad SAW sebagai seorang guru, murabbi yang agung, Allah bekali dengan Al-Qur’an yang akan senantiasa mengarahkan hati.

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”.

(Asy-Syu’ara’: 192-194).

Ulama besar Imam Yusuf Al Qardhawi menyatakan dengan tegas rahasia kekuatan Al Qur’an:

القرآن روح رباني تحيا به القلوب والعقول

“Al-Qur’an adalah kekuatan Rabbani yang akan menghidupkan hati dan pikiran”.

Melalui Al Qur’an juga guru belajar mengenal dirinya. Seperti kata-kata hikmah “ Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya”. Kenal akan jati dirinya sebagai seorang manusia. Kenal akan tugas mulianya sebagai seorang guru-seorang murabbi- dan sekaligus seorang da’i.

Iapun tahu betul betapa besar ganjaran yang Allah sediakan bagi orang-orang yang mengajarkan kebaikan, Ia juga mengetahui betapa pentingnya menyandarkan diri kepada Yang Maha Menguasai hati, Yang membolak-balikan hati. Karena hidayah itu adalah rahasia Tuhan.Semua itu melahirkan kekuatan. Menumbuhkan energi yang dahsyat!. Mengenal diri dan Tuhan akan melahirkan kekuatan hati. Hati yang penuh cinta. Jadi, hati-hati dengan hati anda. J

Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah, jika ia baik, maka baik seluruh tubuh. Jika ia buruk maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.”

(HR. Bukhari Muslim)

E =Emotional Spritual Quotient (ESQ)

Ari Ginanjar Agustian- pakar ESQ – menyatakan; Kecerdasan emosi adalah: Kemampuan merasakan, memahami secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi adalah bahan bakar tak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi.

Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan transformasi. Sedangkan penalaran logis berfungsi untuk mengantisipasi dorongan. Disamping itu emosi pun ternyata salah satu kekuatan penggerak.

Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spritual seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadhuk), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan/sicerity (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan Akhlakul Karimah .Oleh karena itu kecerdasan emosisebenarnya adalah akhlak dalam agama Islam.

Selain faktor hidayah, akhlak adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap pesan-pesan kebaikan yang disampaikan.

Dalam satu kaidah disebutkan :

“Jangan remehkan soal peneguhan akhlak. Hati sekeras batu milik para kafir Quraisy pun dapat luluh dengan akhlak mulia”.

Tidak ada contoh terbaik peneguhan akhlak ini kecuali apa yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

004. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Bagi seorang Muslim, perhiasan terindah adalah akhlak mulia. Inilah perhiasan yang dapat dikenang sepanjang masa. Inilah perhiasan yang menjadikan pemiliknya mulia di hadapan manusia dan Allah SWT. Dengan akhlak mulia, seorang Muslim akan terlihat anggun dan cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkesima dan kagum oleh keindahan akhlaknya.

Dalam pandangan Rasulullah SAW, akhlak mulia menjadi bukti kemuliaan seorang Muslim. Beliau bersabda: ''Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling indah akhlaknya.'' (Ahmad)

Dalam sebuah syairnya Bilal mengatakan: Akhlak ialah bunga diri, Indah dilihat oleh mata, Senang dirasa oleh hati, Setiap orang jatuh hati….”

R = Ridho

Ridho dan tawakkal, inilah dua kata kunci yang terakhir. Dua kata yang sering di ucapkan namun berat dalam timbangan dan pandangan Allah SWT. Diantara buah tawakkal adalah ridho. Dengannya dada menjadi lapang dan hati menjadi luas.

Ulama berkata:

مَتَى رَضِيْتَ بِاللهِ وَكِيْلاً، وَجَدْتَ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ سَبِيْلاً.

“Kapanpun engkau ridha Allah sebagai wakil (pelindung), akan engkau temukan jalan menuju semua kebaikan”.

Ibnul Qayyim mengutip ucapan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

اَلْمَقْدُورُ يَكْتِنُفُهُ أَمْرَانِ: التَّوَكُّلُ قَبْلَهُ، وَالرِّضَا بَعْدَهُ، فَمَنْ تَوَكَّلَ عَلَى اللهِ قَبْلَ الْفِعْلِ، وَرَضِيَ بِالْمَقْضِيِّ لَهُ بَعْدَ الْفِعْلِ، فَقَدْ قَامَ بِالْعُبُوْدِيَّةِ.

Sesuatu yang ditakdirkan itu dikelilingi oleh dua perkara: tawakkal sebelumnya dan ridha sesudahnya. Siapa yang bertawakkal kepada Allah sebelum berbuat dan ridha dengan ketentuan Allah setelahnya berarti ia telah menjalankan ubudiyah kepada Allah”.

Bila ridho adalah buah dari tawakkal, kalau begitu apa yang dimaksud dengan tawakkal? Mari kita lihat ya.

Tawakkal adalah salah satu ibadah hati dan akhlaq keimanan yang paling afdhal. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tawakkal merupakan separuh din, karena din itu adalah ibadah dan isti’anah sedangkan tawakkal itu sendiri adalah isti’anah,Allah swt berfirman:

“Hanya Engkaulah yang Kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.

(Al-Fatihah (1): 5).

Secara etimologis tawakkal bermakna istislam (berserah diri). Sedangkan definisinya disebutkan oleh para ulama dengan redaksi yang berbeda-beda. Diantaranya definisi yang disebutkan oleh Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya-nya:

اِعْتِمَادُ القَلْبِ عَلَى الوَكِيْلِ وَحْدَهُ

Tawakkal adalah ketergantungan hati hanya kepada Al-Wakil subhanahuwata’ala semata.

Abu Said Al-Kharraz berkata bahwa tawakkal ialah:

ِاضْطِرَابٌ بِلاَ سُكُونٍ وَسُكُونٌ بِلاَ اضْطِرَابٍ

Gerakan anggota tubuh dalam berusaha tanpa perasaan bergantung kepada usaha, dan ketenangan hati hanya kepada Allah tanpa sedikitpun keraguan dengan-Nya.

Sedangkan buah tawakkal yang lain adalah; Ketenangan dan ketentraman, kekuatan, Kemuliaan, dan Optimisme.Orang yang bertawakkal kepada Allah amat yakin bahwa segala kekuasaan dan rencana berada di Tangan-Nya, Dia berbuat sesuai Kehendak-Nya, memutuskan menurut iradah-Nya, mencabut kekuasaan dari siapa saja yang Dia kehendaki, memberi kekuasaan kepada yang Ia kehendaki.

Jika Dia menghendaki yang miskin bisa menjadi kaya dan sebaliknya, yang lemah dijadikan-Nya kuat dan sebaliknya, yang sulit jadi mudah, yang sakit segera sembuh, yang hina menjadi mulia dan sebaliknya. Semua itu dilakukan-Nya dengan sebab yang terlihat atau tanpa sebab sama sekali, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Wallahu a'lam.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun