Lekat dalam ingatanku, Nda
Tak seluruh bilangan hari berlaku ramah, bahkan antar aku dan lelakimu
Segala benang kasih setegang urat saraf, kala ia teriaki telingaku atas dosa yang kubuatÂ
Dan kau tahu, aku menyingkir jauh
Lari dari ledak murka demi menghindari perang yang lebih besar
Barangkali waktu itu wajahku adalah terlarang bagi matanya yang panas amarah, biarlah
Maka kupilih jalanku sendiri, Nda, tak peduli sepi, lemah, dahaga
Asal tak tercemar telingaku oleh caci yang remukkan hatiÂ
Saat itulah kau datang, beserta segala keajaibanÂ
Masih pekat dalam ingatanku, Nda
Sembunyi kau dari sesiapa agar sampai hidanganmu di meja lusuhku dengan selamat
"Ini nanti buat sahur" bisikmu, tak ada boleh orang lain tahu
"Ini buat nanti buka" waktu lain berbeda lagi kau bawa
Dan tahukah kau, Nda
Tunai shaumku berbasuh airmata paling engkau
Manakala tiada benci kau sertakan
Padahal sudahpun menggunung kesalahan kubuat tinggalkan gurat duka di lamat do'a yang kaupanjatÂ
Hingga kemudian bulan itu lagi tibalah, dan segalanya berbeda
Menanti hilal, tapi tanpamu kini- aku seperti duduk sendiri pada bentang tanya atas waktu sua kita
Rindu tetiba sesak pada suguh yang kau sisihkan
Saat kutersembunyi dan kau benteng paling asih
Barangkali tak kutemu lagi perkasa nan sehalus itu, Nda, tempatku selalu boleh menjadi kanakÂ
Barangkali tak kutemu lagiÂ
Barangkali...
*Buat Nda, selirih persembahan, Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H