Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Akhir Pekan

22 Oktober 2016   17:21 Diperbarui: 22 Oktober 2016   22:15 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: materi7ku.web.id

Hujan itu mantra lahir dari bibirmu yang kurapal tanpa hela napas. 

Kukecup baitnya penuh cinta lalu terus mengalir kau tanpa jeda segaris jua. 

Kusesap rindu, hujan adalah bilah lidahmu menampar sunyi antara jarak spasi. Disitulah aku lelakon jelata kosong terngilu gigil meresapi.

Pada derasmu berhitung detik yang dibelah butir, cuma utas dari potongan syair.

Sisa panjang untainya kucuri dari patah-patah petir, mengikat erat getar gusar dalam desisan getir. Dan masihlah aku, pemulung masa yang dijatuhkan kilat serupa takdir.

Manakala kau akan rangkumkan hujan pada sajak terbaik di tiap petikan musim yang landai basah, aku tetap menatap siaga detak isyarat hingga kau pulang pada tempo berjuluk reda.

Tapi . . .

Tapi . . .

Tapi . . .

Oh itu mendung digantung sepi.

Aku cawan memagut kosong, memeluk nyeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun